Bab 13 . Baru Permulaan
Semua terdiam saat mendengar permintaan yang meluncur dari bibir Zhu An Chi. Namun, hanya untuk sepersekian detik. Setelah itu senyum meremehkan muncul di wajah semua orang. Ya, mereka yakin otaknya bermasalah, karena berani menyamakan diri dengan putri Jenderal yang lain. Mereka merasa, Zhu An Chi tidak tahu malu.
"Hmmm, jika Nyonya Besar sulit membuat keputusan, maka An Chi akan mengirim surat kepada Ayah di perbatasan. Maafkan An Chi yang membuat Nyonya Besar kesulitan," ujar Eleanor dengan wajah polos tak berdosa. Arti lain dari ucapannya adalah jika wanita tua itu tidak menyetujui, maka dirinya akan melapor kepada Jenderal. Walaupun, Eleanor yakin jawaban dari sang Jenderal tidak berbeda jauh dari istrinya itu.
Namun, jawaban Nyonya Besar membuat Eleanor tercengang.
"Baiklah! Kamu juga adalah putri dari Jenderal Zhu Ju Long dan sudah seharusnya sedari dulu kamu memperhatikan penampilanmu! Kamu boleh pindah ke salah satu kamar tamu," ujar Nyonya Besar. Bukankah suaminya sudah berpesan agar memperlakukan An Chi dengan baik? Ya, Nyonya Besar tidak ingin An Chi mengirim surat ke perbatasan hanya karena masalah sepele seperti ini. Namun, mengapa Zhu An Chi terasa semakin berani dan lancang?
Mengapa ini begitu mudah? Permintaannya dikabulkan begitu saja. Ini aneh! Apakah ada yang direncanakan oleh mereka? batin Eleanor penuh curiga. Namun, Eleanor tidak berencana membuatnya mudah bagi wanita tua itu.
"Terima kasih, Nyonya Besar. Namun, An Chi tidak ingin pindah ke kamar tamu. An Chi ingin menempati kamar Kakak ke-2. Bukankah setelah menikah, kamar itu tidak digunakan oleh Kakak ke-2 lagi?" ujar Eleanor polos. Mulai sekarang dirinya akan membuat hidup semua orang di kediaman ini menjadi tidak mudah.
"KAU!" seru Fang Yi yang berada di belakangnya.
Dengan langkah lebar, Fang Yi melangkah ke arahnya dan berdiri tepat di depan.
"Kau gila? Ya, aku yakin otakmu bermasalah! Sekarang kamu ingin merebut kamarku? Bahkan, kamu berani menggoda suamiku! Kau pikir, siapa dirimu?" tandas Fang Yi begitu kesal.
Eleanor dapat melihat tubuh Fang Yi yang gemetar,terlihat jelas betapa murka wanita itu. Bagus! Itu yang diharapkan.
"Gila? Apakah karena menginginkan kamar yang tidak terpakai pantas disebut gila? Merebut? Apakah ingatan Kakak ke-2 bermasalah? Apakah Kakak ke-2 lupa, siapa yang merebut sang Pangeran terlebih dahulu?" tanya Eleanor dengan suara bergetar. Bahkan matanya mulai berkaca-kaca. Bukan hanya mereka yang handal bermain drama, dirinya juga. Untuk mengurangi rasa jenuh di kastil, Eleanor senang memutar film dan berakting sesuai dengan adegan yang dilihatnya. Tidak hanya handal, tetapi dirinya juga amat jago.
"CUKUP!" Kembali Nyonya Besar berteriak, untuk menghentikan mereka.
"Gunakan kamar itu! Lagipula, Fang Yi sudah tidak tinggal di sini. Kediamannya saat ini adalah di istana, bersama sang suami!" tegas Nyonya Besar.
"Terima kasih, Nyonya Besar. Apakah Nyonya Besar dapat memberikan jatah uang yang selama ini tidak An Chi ambil? Sekarang, An Chi butuh banyak uang untuk membeli pakaian dan perabotan baru!" ujar Eleanor kembali. Ya, Zhu An Chi begitu bodoh dan tidak menyadari betapa besarnya kegunaan uang. Setiap bulan setiap Nona akan mendapatkan jatah uang saku masing-masing. An Chi tidak pernah diberi dan juga tidak pernah menuntut.
"Bukankah kamu sudah keterlaluan?" tanya Nyonya Besar yang jelas-jelas terdengar mulai naik pitam.
"Keterlaluan? An Chi rasa tidak! Sebab, An Chi hanya menuntut diperlakukan adil dan menerima apa yang seharusnya diterima!" jawab Eleanor dingin.
Nyonya Besar Zhu tidak pernah menyangka Zhu An Chi mempunyai keberanian seperti itu. Jari jemari gemuk dengan cincin giok indah, memijat pelipisnya sendiri. Sepertinya tekanan darahnya naik.
"Lakukan apa yang kamu inginkan! Aku akan mengirimkan uang saku milikmu nanti!" ujar Nyonya Besar lemah.
"Terima kasih, Nyonya Besar."
Lalu, dengan langkah lebar Zhu An Chi meninggalkan ruang utama kediaman ini. Kedua kakaknya menatap dengan penuh kebencian dan dendam. Kedua istri muda menatapnya dengan tatapan seakan wanita itu gila. Hanya tatapan adik bungsu, yang menatap penuh puja.
"Nona, Nona!" seru Fen saat melihat Nona nya itu.
"Ada apa?" tanya Eleanor.
"Nona, hebat!" puji Fen dengan mengacungkan jari jempolnya dan tersenyum lebar. Ya, sedari tadi Fen mengintip dari balik tembok.
"Ini baru permulaan. Ayo, kita akan sibuk beberapa hari ke depan," jelas Eleanor dan kembali ke kamar, berkemas untuk pindah.
Kembali ke ruang utama.
"Ibu! Mengapa Ibu menyetujui semua permintaan An Chi?" rengek Jia Li kepada Nyonya Besar, ibunya.
Sedangkan istri ke-2 berusaha menenangkan putrinya, Zhu Fang Yi yang menangis histeris karena kesal.
"Ibu hanya mengikuti perkataan Ayah kalian. Bersabarlah untuk sementara waktu. Ini hanya sementara dan akan berakhir saat titah diturunkan!" jelas Nyonya Besar dengan lemah.
"Tapi, berapa lama? Aku bahkan tidak akan bertahan dengannya hanya untuk satu hari!" gerutu Jia Li kembali.
"Saat purnama tiba, peramal kerajaan akan memilih hari baik untuk menyelenggarakan pernikahan."
***
Keesokan harinya.
Zhu An Chi dan pelayan Fen meninggalkan kediaman, pergi ke pusat kota untuk berbelanja. Semua mata di kediaman menatap takjub akan perubahan Nona ke-3. Sebagian menyebutnya tidak waras.
Kereta kuda Keluarga Zhu mengantar mereka ke pusat kota dan Eleanor serta Fen langsung turun. Eleanor memang meminta menggunakan kamar Kakak ke-2, tetapi hanya ruangannya saja. Semua perabotan di dalam, dilempar keluar. Semua pelayan kediaman dibuat bekerja tanpa henti seharian dan hasilnya, saat ini kamar itu kosong melompong. Alasan itulah yang membawa mereka ke pasar kerajaan yang ramai.
Ini kali pertama Eleanor melihat keramaian seperti ini. Sebelumnya, semua yang dilihat melalui mata Zhu An Chi hanya lingkungan disekitar kediaman dan istana. Yang paling sering adalah wajah Pangeran ke-3, Go Jia Zhen yang membuatnya mual.
Eleanor melihat ke sekeliling dan takjub dengan barang-barang yang dijual di sana. Toko-toko seni menarik perhatiannya dan Eleanor masuk ke toko itu satu persatu, membeli barang yang disukainya.
Setelah itu ke toko kerajinan tangan, membeli perabotan kayu. Dirinya tidak peduli dengan harga, karena itu akan diantar ke kediaman dan ditagih di sana. Eleanor berubah pikiran, dirinya tidak akan menggunakan uang sakunya untuk perabotan dan pakaian. Dirinya hanya perlu berkelit.
Mereka juga masuk ke toko kain dan Eleanor memilih kualitas terbaik. Semua diminta diantar ke kediaman. Satu hal yang tidak disadari Eleanor adalah kehadirannya sebagai Nona ke-3 menarik perhatian orang-orang. Nona ke-3 keluarga Jenderal, berfoya-foya dan tidak tahu malu keluar ke keramaian setelah rumor yang beredar luas.
Sampai pada satu toko yang menarik perhatiannya. Toko dengan papan nama kecil dan reyot, bahkan Eleanor kesulitan membaca nama toko itu. Namun, pengunjungnya begitu ramai.
"Toko apa ini?" tanya Eleanor pada Fen.
"Ini toko pegadaian, Nona. Akan ada lelang besar yang diselenggarakan setiap sebulan sekali," jelas Fen.
Pegadaian? Apakah di zaman seperti ini sudah mengenal sistem lelang? Entahlah, dirinya akan memeriksa saat kembali. Namun, selama ini Eleanor mencari tentang sejarah mengenai Kerajaan Yanzhou, hasilnya nihil. Kerajaan ini tidak pernah tercatat dalam sejarah. Apakah tempat ini berada di dimensi yang berbeda?
Tanpa ragu, Eleanor melangkah masuk ke dalam toko itu.
"Nona! Kita tidak boleh masuk ke toko ini!" Fen memperingati sang Nona.
"Mengapa?" tanya Eleanor dan menatap ke dalam sekeliling toko dengan takjub. Dari luar, toko ini terlihat biasa saja dan sempit. Namun, saat berada di dalam ternyata toko ini begitu luas.
"Orang-orang jahat yang masuk ke tempat ini! Mereka menjual informasi atau barang-barang terlarang ke toko ini! Jadi pada saat lelang nanti, barulah orang-orang terhormat yang masuk ke tempat ini!" jelas Fen dan menarik lengan Nona nya itu, agar mereka segera keluar sebelum terlibat masalah.
"Sebentar saja!" ujar Eleanor dan terus melangkah masuk.
Kehadiran mereka, menarik perhatian orang-orang di dalam toko. Di depan toko, orang-orang juga sudah berkumpul. Seakan mereka menunggu Nona ke-3 itu melakukan sesuatu yang gila.