Bab 12 . Mengajukan Permintaan
Eleanor berusaha menghentikan tawanya dan itu berhasil.
"Buka matamu dan lihat dengan cermat! Tidak sulit menemukan siapa yang ingin menyakiti diriku!" jawab Eleanor.
Go Jia Zhen tentu tahu dengan apa yang dimaksud oleh wanita itu. Seluruh penghuni kediaman ini tentu ingin menyakiti Zhu An Chi. Namun, mulai detik ini semua akan berubah. Apalagi Raja sudah memperingati sang Jenderal, agar menjaga keselamatan putri ke-3, tidak peduli apapun rumor yang ditimbulkan. Raja hanya ingin pada saatnya nanti, Zhu An Chi dapat melangkah masuk ke dalam istana dalam keadaan sehat dan perawan. Ya, dirinya juga telah mendapatkan ultimatum.
"Semua akan berubah! Kamu akan diperlakukan dengan baik setelah semua yang terjadi," ujar Go Jia Zhen dan berdiri dari duduknya, melangkah keluar dari kamar ini.
Apakah itu lelucon? Atau sesuatu yang dikatakan untuk menghibur dirinya? Apapun itu, satu hal yang pasti dirinya tidak akan membiarkan siapapun merisaknya. Mulai dari detik ini, pukulan akan dibalas dengan pukulan, cacian akan dibalas dengan tamparan dan sudah saatnya untuk menonjolkan kecantikan, serta kecerdasannya. Eleanor bersumpah, akan membuat kediaman Zhu tidak lagi akan damai.
Ya, Eleanor bersemangat. Namun, hal pertama yang harus dilakukan adalah memulihkan tubuh ini terlebih dahulu.
Malam itu juga, Eleanor mengatur tata letak tulang dan sendinya kembali. Dengan mulut mengigit gulungan kain tebal, Eleanor mulai melakukannya. Dirinya mengira akan pingsan karena rasa sakit ini, ternyata tubuh Zhu An Chi cukup kuat.
Akhirnya dengan peluh memenuhi seluruh tubuhnya, Eleanor tertidur.
Tiga minggu, ya dalam tiga minggu dirinya sudah dapat berjalan dengan normal. Jika tulangnya tidak diatur kembali, maka dirinya akan berakhir pincang. Beruntung dirinya memiliki kemampuan itu.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah meminta kamar baru. Dirinya tidak tahan tinggal di kamar ini, sangat pengap dan setiap hari asap masakan memenuhi kamar ini.
Kamar baru dan pakaian baru. Eleanor senang semua hal yang indah dan pakaian yang dikenakannya amat jelek, berbeda jauh dengan milik saudarinya.
"Nona, hendak ke mana?" tanya Fen risau. Kelakuan Nona berubah drastis, apakah karena benturan di kepala? Ya, Nona membaca begitu banyak buku, selama masa penyembuhan di kamar. Hanya saja, Nona membaca begitu cepat. Fen ragu, apakah sang Nona benar-benar membacanya atau tidak. Selain itu, Nona menjadi begitu pemilih. Mulai dari makanan sampai air mandi. Namun, bukankah itu seharusnya yang dilakukan oleh seorang putri Jenderal?
Eleanor melangkah dengan pasti ke ruang depan, mengabaikan pertanyaan sang pelayan. Ya, sejak umur 5 tahun, jiwanya masuk ke dalam tubuh Zhu An Chi untuk mengamati. Eleanor mulai belajar tulisan kuno. Ya, itu adalah salah satu hobi aneh yang dilakukannya dan didukung dengan IQ di atas rata-ratanya, semua dapat dipelajari dengan cepat.
Selain itu, setiap melihat bagaimana An Chi ditindas, maka Eleanor akan bersumpah dirinya tidak akan mengizinkan hal itu terjadi padanya. Karena itulah Eleanor mempelajari bela diri, seni pedang dan sastra kuno. Ayahnya hanya akan menggelengkan kepala, saat Eleanor mengucapkan apa keinginannya.
Dulu, ya dulu sekali Eleanor pernah berpikir, jika dirinya mengendalikan tubuh ini maka semua hal buruk tidak akan diizinkan terjadi. Ya, hal itu terjadi saat ini dan Eleanor merasakan tangannya amat gatal, untuk membalas.
"Nona, apa yang Nona lakukan?" seru Feng ngeri saat melihat Nona ke-3, melangkah dengan santai ke ruang utama.
Di ruang utama Nyonya Besar dan para istri muda berkumpul. Ketiga putri Jenderal yang lain juga ada di sana. Zhu Jia Li, Zhu Fang Yi dan si bungsu yang berusia 15 tahun, Zhu Lien Hua.
Suara canda tawa terdengar jelas dan Eleanor yakin, itu akan segera menghilang saat dirinya melangkah masuk.
Seperti perkiraannya, seisi ruangan menjadi hening saat Eleanor melangkah masuk.
Ini kali pertama Zhu An Chi berani muncul di tengah keluarga yang sedang berkumpul. Semua mata tertuju padanya. Ya, Eleanor yakin mereka menganggapnya gila. Siapa yang peduli? batin Eleanor.
"Salam hormat, Nyonya Besar Zhu!" sapa Eleanor sopan, sambil membungkuk memberi hormat.
Ya, Eleanor hanya akan menyapa si pengambil keputusan. Yang lainnya, tidaklah penting.
"Kamu hanya menyapa diriku? Tidakkah kamu lihat ada siapa lagi di sini?" tanya Nyonya Besar Zhu dengan mendelikkan matanya.
"Tentu aku melihat mereka semua. Namun, aku hanya ingin menyapa Nyonya Besar. Sebab, Nyonya Besar adalah yang paling berkuasa di antara mereka semua!" jawab Eleanor pasti. Ya, jawabannya cukup menyanjung wanita tua gila hormat itu.
Ha Ha Ha!
"Ini kali pertama aku mendengar ucapan paling masuk akal dari mulutmu itu!" ujar Nyonya Besar yang merasa begitu bangga.
Dapat dibayangkan betapa buruk wajah kedua istri muda sang Jenderal, beserta saudari-saudarinya? Hanya si bungsu yang ikut tersenyum, karena masih begitu muda dan belum tahu betapa kerasnya kehidupan di kediaman ini.
Zhu Fang Yi berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Zhu An Chi. Rasa bencinya belum terbalaskan, apalagi saudarinya itu tidak mati. Namun, satu hal yang menguntungkan, yaitu pikiran An Chi terganggu. Ini saat yang tepat untuk memastikan apakah An Chi benar-benar lupa akan apa yang terjadi.
Walaupun, pada kenyataannya tidak akan ada yang terjadi pada Fang Yi, jika ingat bahwa dicelakai olehnya. Hal itu sudah diketahui oleh kedua orang tuanya dan dirinya hanya ditegur. Itu saja! Namun, setidaknya pihak di luar kediaman percaya bahwa An Chi mencoba bunuh diri.
"Adikku, apakah tubuhmu sudah pulih?" tanya Zhu Fang Yi saat berdiri di hadapannya.
"Mengapa Kakak peduli dengan kesehatanku, padahal aku yakin Kakak masih kesal!" balas Eleanor santai.
Mata Zhu Fang Yi menatapnya dengan tatapan ingin membunuh. Namun, dirinya harus tampil anggun di depan keluarga dan menjadi korban.
Air mata mengalir di wajah munafik Fang Yi. Wow, Eleanor kagum bagaimana wanita itu mampu mengatur kapan air mata itu mengalir keluar.
"Aku sudah memaafkan dirimu, tetapi mengapa kamu masih mengungkit hal tersebut? Itu amat menyakiti perasaanku!" ujar Fang Yi di sela isak tangisnya.
"Sudahlah adik ke-2. Tidakkah kamu ingat perkataan tabib, pikiran adik ke-3 sedikit terganggu!" ujar Zhu Jia Li dari tempat duduknya.
Seperti inilah yang selalu dialami Zhu An Chi. Kedua saudarinya akan bermain licik seperti ini, saling mendukung untuk menjatuhkan dirinya.
"Bukan begitu Kakak, hanya saja suami Kakak begitu lemah. Awalnya, aku hanya ingin mengetahui apakah suami Kakak adalah suami yang setia. Namun, ternyata suami Kakak tidak setia! Kami berciuman dan –"
"DIAM!" raung Zhu Fang Yi dengan tangan yang sudah melayang ke udara. Tamparan kuat hendak didaratkan ke wajahnya.
Seketika, Eleanor mengalami dejavu. Ya, tatapan itu yang penuh rasa ingin membunuh, terasa pernah dilihat. Ya, tiga minggu lalu juga kedua wajahnya bengkak. Apakah karena tamparan dari Fang Yi?
Namun, Eleanor menghentikan rasa tercengangnya dan menangkap tangan itu sebelum mendarat ke wajahnya.
"Kakak, mengapa Kakak menjadi seperti ini? Maafkan aku! Waktu itu aku hanya ingin melihat apakah Pangeran ke-3 adalah pria yang layak dikagumi atau tidak! Namun, aku tidak tertarik dengan pria seperti itu!" ujar Eleanor dengan wajah memelas. Namun, tangannya cukup kuat mencengkeram pergelangan tangan Zhu Fang Yi.
"Kau gila! Ya, kamu gila! Silakan berkelit, tetapi aku yakin kamu lupa apa yang–"
BRAKKK!
"CUKUP!"
Nyonya Besar memukul meja dengan keras dan memerintahkan mereka untuk berhenti. Jika terus dilanjutkan, maka Fang Yi akan mengakui semuanya. Nyonya Besar tidak ingin terlibat masalah, karena saat ini Zhu An Chi penting bagi istana.
"Fang Yi, apakah kamu lupa akan pesan Ayah?" tegur Nyonya Besar.
Fang Yi hendak melepaskan tangannya dari cengkeraman Eleanor, tetapi itu sulit. Ya, walaupun memasang wajah memelas, tetapi kekuatan cengkeraman itu membuatnya meringis kesakitan.
"Zhu An Chi, apa yang membawamu kemari?" tanya Nyonya Besar.
Eleanor melepaskan tangan Fang Yi dan berjalan beberapa langkah, mendekati tempat di mana Nyonya Besar duduk.
"An Chi tahu, Nyonya Besar adalah orang yang bijaksana dan berhati mulia. Hari ini, An Chi memberanikan diri datang bertemu dengan Nyonya Besar untuk mengajukan permintaan," ujar Eleanor lancar. Ya, jika ini Zhu An Chi, maka tidak akan mampu melakukan ini. Bagaimana tidak, sedari dulu An Chi sudah dibuat begitu ketakutan oleh mereka semua.
"Katakan apa permintaanmu?" tanya Nyonya Besar dengan kepala terangkat semakin tinggi, karena pujian yang dilontarkan oleh Eleanor.
"Aku ingin pindah kamar dan membeli beberapa pakaian baru. Aku ingin seperti saudari-saudariku yang begitu memukau!"