Bab 11 . Tidak Baik-Baik Saja
Fen berlari kecil kembali ke kamar sang Nona. Dirinya bukan pelayan pribadi Nona An Chi, tetapi sejak masuk ke dalam kediaman ini, Fen lebih senang melayani Nona ke-3 ini. Apakah karena Nona ke-3 sering dihina dan ditindas? Atau karena tidak ada pelayan yang bersedia melayani Nona ini? Entahlah, Fen tidak tahu alasannya.
Berdiri di depan pintu kamar dan sibuk memilin ujung lengan pakaiannya. Fen ragu apakah harus menyampaikan apa yang barusan didengarnya kepada Nona? Namun, bagaimana caranya? Apakah Nona akan mempercayai ucapannya? batin Fen khawatir.
Belum sempat rasa khawatirnya hilang, Fen mendengar ada keributan di ruang depan dan buru-buru dirinya berlari ke sana.
Di ruang depan.
"Pangeran ke-3, apa yang membawamu ke kediaman kami? Bukankah, Fang Yi berada di istana?" tanya Nyonya Besar Zhu dan berdiri dari duduknya, saat melihat siapa yang datang.
"Aku ingin menjenguk An Chi! Bukankah dia sudah sadar?" jawab Jia Zhen apa adanya.
Malam itu, dirinya seperti orang gila. Apalagi, saat mendapat laporan bahwa Zhu An Chi disergap di luar istana. Ya, dirinya yakin istrinya yang terlihat tenang, akan melakukan sesuatu karena kejadian waktu itu.
Kuda yang ditunggangi Zhu An Chi tergeletak tak bernyawa di jalan setapak hutan. Mengetahui hal tersebut, tanpa berpikir dua kali, Jia Zhen meminta bantuan Pangeran ke-1 untuk mengerahkan prajurit, menyisir hutan dan menemukan Zhu An Chi. Militer Kerajaan di pimpin oleh Go Xiu Huan, Pangeran ke-1, putra dari sang Ratu. Go Xiu Huan juga adalah putra mahkota yang sesungguhnya.
Sampai pada matahari cukup tinggi, Zhu An Chi ditemukan oleh prajurit kerajaan. Ya, Zhu An Chi ditemukan di dasar tebing. Wanita itu cukup beruntung, tidak terluka parah atau bahkan mati. Seakan ada Dewa maupun Dewi yang melindunginya.
Setidaknya kejadian ini tidak membuat mereka kehilangan calon permaisuri, untuk putra mahkota saat ini. Ya, putra mahkota saat ini adalah Go Huan Ran, Pangeran ke-2, putra dari selir dan memiliki keterbelakangan mental.
"Adik ipar, bukankah tidak tepat untuk menjenguknya saat ini? Apa yang akan orang-orang katakan? Saat ini, rumor sudah tersebar luas di seluruh penjuru negeri!" Zhu Jia Li mengingatkan sang pangeran ke-3.
"Aku hanya ingin mengetahui keadaannya. Rumor sudah berhembus begitu kencang, maka tidak akan ada masalah jika ditambah sedikit masalah lainnya. Lagipula, hal ini tidak akan diketahui orang lain, jika kalian tidak mengatakannya!" jawab Jia Zhen dingin.
Nyonya Besar dan Jia Li, terdiam. Bagaimanapun pria ini adalah pangeran ke-3, jadi mereka harus sopan dan tidak mencari masalah.
"Di mana kamar Zhu An Chi?" tanya Go Jia Zhen.
"Mari, hamba antar Pangeran," seru Fen yang langsung muncul di hadapan Go Jia Zhen.
Mengabaikan Nyonya Besar Zhu dan putrinya, Jia Zhen langsung melangkah pergi meninggalkan ruang depan, mengikuti Fen menuju kamar Nona ke-3.
"Mohon tunggu sebentar, hamba akan mengabarkan kedatangan Pangeran ke-3 kepada Nona terlebih dahulu," pinta Fen sopan dan langsung masuk ke dalam kamar.
Go Jia Zhen menatap sekeliling. Terlihat jelas letak kamar ini berada di bagian paling belakang kediaman. Bahkan, bersebelahan dengan dapur. Apakah Zhu An Chi diperlakukan begitu buruk oleh kelurganya? Jia Zhen tahu, selama ini An Chi diperlakukan berbeda dari saudarinya yang lain. Namun, tidak menyangka akan seperti ini. Kenyataan ini, membuat hatinya sedikit tergerak.
Di dalam kamar.
"Nona," panggil Fen perlahan, saat melihat sang Nona memejamkan mata. Apakah Nona terlelap? Namun, Fen tahu betapa pentingnya sang pangeran untuk Nona. Jadi, bagaimanapun Nona harus bertemu dengan sang pangeran. Kapan lagi pangeran akan datang ke kediaman ini, khusus untuk menjenguk Nona ke-3? batin Fen.
"Nona!"
Eleanor membuka mata dan memalingkan wajah menatap Fen. Sial! Dirinya masih terjebak di tubuh ini. Walaupun sudah tertidur dan terbangun, tidak ada yang berubah. Seluruh tubuhnya masih sakit dan dirinya, berada di dalam ruangan yang tidak pantas disebut kamar. Ini seperti gudang.
"Ada apa?" tanya Eleanor pelan.
"Pangeran ke-3 datang menjenguk dirimu!" seru Fen dengan wajah yang begitu antusias.
Pangeran ke-3? Go Jia Zhen? Cinta mati Zhu An Chi? Eleanor merasa mual seketika. Apalagi mengingat apa yang dikatakan Fen tentang alasan An Chi, memilih bunuh diri.
"Nona..., Nona tidak bahagia? Apakah Nona ingat akan Pangeran ke-3?" tanya Fen cemas. Ya, ekspresi wajah sang Nona begitu dingin bahkan terlihat tidak suka, saat mendengar dirinya menyebutkan Pangeran ke-3. Apakah Nona lupa akan siapa pangeran itu? batin Fen risau.
"Tentu aku ingat! Walau tidak semua!" balas Eleanor tidak peduli.
"Jika begitu, aku persilakan sang Pangeran masuk!" ujar Fen dan langsung hendak berbalik keluar.
"Tunggu!"
Perintah Eleanor, membuat Fen menghentikan langkahnya dan berbalik menatap sang Nona.
"Bantu aku duduk!" perintah Eleanor.
"Tapi, Nona.... Kata tabib–"
"Bantu aku!" tegas Eleanor sekali lagi.
Eleanor tahu tentang keadaan tubuh ini dengan jelas. Senang melakukan olah raga ekstrim, membuat Eleanor mempelajari dasar-dasar pemulihan dari cedera. Dirinya perlu menggeser beberapa bagian dari tubuh ini. Setidaknya itu akan membuatnya dapat berjalan dan duduk sendiri, lebih cepat. Namun, nanti saat orang-orang tertidur. Sebab, itu akan amat menyakitkan.
"A-Apa yang harus aku lakukan Nona?" tanya Fen khawatir.
"Hanya ulurkan tanganmu! Aku butuh tempat untuk menopang berat tubuhku! Jadi, berdiri yang benar!" perintah Eleanor.
Eleanor meringis kesakitan, sampai peluh memenuhi pelipisnya. Namun, setidaknya dirinya berhasil duduk dan bersandar di kepala ranjang bambu ini.
"Nona, baik-baik saja?"
Eleanor mengangguk.
"Biarkan dia masuk!"
"Baik, Nona."
Fen keluar dari kamar dan mempersilakan sang pangeran masuk.
Eleanor menatap ke arah pintu dan melihat sosok yang begitu dikagumi pemilik tubuh ini. Ya, pria itu tampan, tetapi hanya itu. Banyak pria tampan di masanya, jadi Eleanor hanya menatap pria itu dengan tatapan biasa-biasa saja.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Jia Zhen dan melangkah mendekati ranjang. Duduk di sisi ranjang dan menatapnya dengan tatapan penuh iba.
Memuakkan! Itulah yang dirasakan Eleanor.
"Terjun dari tebing setinggi itu dan tidak mati, itu artinya aku tidak baik-baik saja!" jawab Eleanor datar.
Jia Zhen menatap Eleanor. Terlihat jelas, pria itu terkejut dengan jawabnnya.
Seketika laporan tabib kerajaan, kembali memenuhi benak Jia Zhen. Pikiran Zhu An Chi sedikit terganggu karena benturan keras di kepala wanita itu. Tanpa ragu, Jia Zhen mengulurkan tangannya dan menyentuh memar di pelipis wanita itu.
Spontan, Eleanor menghindari sentuhan pria itu.
Tangan Jia Zhen mengambang di udara, ya wanita itu menghindar.
"Kamu ingat apa yang terjadi?" tanya Jia Zhen dan menurunkan tangannya.
"Tidak!" jawab Eleanor jujur.
"Bagus, lupakan hal itu dan tidak perlu mengingatnya kembali. Kamu cukup melanjutkan hidupmu dengan baik," pesan Jia Zhen.
Mengapa ucapan pria itu terasa mencurigakan? batin Eleanor.
"Mengapa? Apakah yang terjadi tidak seperti rumor yang berhembus kencang?" tanya Eleanor.
Go Jia Zhen tersenyum dan berkata, "Satu hal yang pasti! Kamu datang ke kediamanku, masuk ke kamarku dan kita berciuman. Fang Yi memergoki kita dan kamu langsung berlari keluar dari kamar! Setelah itu apa yang terjadi, aku juga tidak tahu pasti dan aku akan mencari tahu!"
Eleanor terdiam sejenak. Berarti Zhu An Chi benar-benar pergi untuk menggoda pria ini? Walaupun pria ini sebenarnya tidak pantas digoda, tetapi Eleanor cukup takjub dengan keberanian pemilik tubuh ini. Namun, karena keberaniannya itu juga membuat Eleanor terjebak dalam tubuhnya. Yang dapat disimpulkan adalah Zhu An Chi benar-benar mari saat terjatuh dari tebing. Karena itulah, jiwanya dapat mengendalikan tubuh ini.
"Mengapa? Mengapa Anda hendak mencari tahu? Bukankah akan lebih baik mempercayai rumor yang telah beredar?" tanya Eleanor.
"Karena aku ingin tahu apakah ada yang ingin mencelakai dirimu!" jawab Jia Zhen.
Ha ha ha!
Eleanor tertawa geli. Tawanya tidak mampu ditahan, walaupun seluruh tubuhnya kesakitan saat tertawa seperti ini.
"Apa ada yang lucu?" tanya Jia Zhen yang merasa tersinggung.