Bab 4 Antara Arkana dan Judi
Bab 4 Antara Arkana dan Judi
Hasbi sampai di depan Butik Arkana. Dia mengernyitkan dahi melihat tampilan butik ini. Ini kalau di animasi, mungkin Hasbi akan mendengar desis angin saking sepinya tempat itu.
Tanda Close terlihat di depan pintu butik. Hasbi sendiri bingung, apa ia harus masuk atau keluar? Hasbi tidak masalah kalau berhadapan dengan setan. Ia lebih takut berhadapan dengan ibunya sendiri yang sepertinya merupakan reinkarnasi dari Ratu Demit.
Tak lama kemudian Dika muncul dari balik pintu. Dibandingkan tampilannya saat pertama kali ketemu, Dika yang Hasbi lihat saat ini lebih perempuan. Nggak cantik sih, tapi ya mending lah. “Kupikir kamu nggak datang.”
“Hampir.”
“Dika hanya memutar bola matanya. Sepertinya berhadapan dengan Hasbi harus punya stok sabar yang tinggi. “Masuk!” Dika kemudian berbalik dan Hasbi menyusul di belakangnya.
Mata Hasbi mengedar di sekitar ruangan butik yang dimiliki Dika. Bajunya lumayan keren, tapi kenapa nggak laku ya?
“Duduk.” Hasbi lalu duduk di depan Dika yang sedang menghadap ke arah laptop. Hasbi masih bertanya, ini dia akan diwawancara atau digimanain ya ini. Hasbi hanya bisa melihat Dika yang sejak tadi belum juga menatapnya.
“Kamu tahu buat apa ke sini?” tanya Dika tiba-tiba.
Hasbi berjengit ke belakang dan menatap Dika tak percaya. “Eh Mbak, situ yang minta saya ke sini. Trus Mbak ngapain nanya ke saya?”
“Oh iya ya.” Hasbi sering heran, manusia apa yang ada di hadapannya kali ini?
“Ini kalau saya nggak ngapa-ngapain dan hanya di sini buat nemenin Mbak, mending saya pulang deh.” Hasbi hendak beranjak namun tangan Dika yang tiba-tiba ada di lengannya menahan agar tetap duduk membuatnya berhenti.
“Eh, tunggu tunggu tunggu. Masa diajak bercanda nggak bisa sih?” Dika mencebik dan menarik tangannya. Dika menunggu reaksi Hasbi tapi Hasbi sendiri justru hanya terdiam. Meminta penjelasan. “Gini, eh siapa nama kamu?”
“Hasbi,” jawab Hasbi sedikit emosi. Orang macam apa yang mengundang seseorang untuk datang ke tempatnya tanpa tahu siapa orang itu?
“Oke Hasbi, gini, kan kemarin kamu bilang kamu suka judi, nah, gimana kalau coba judi secara online? Lumayan tuh hasilnya bisa 5x lipat lebih kalau kamu bisa menang.”
Hasbi yang dari tadi sedikit emosi, kini matanya sudah berbinar. Tertarik. “Kita, kamu tepatnya, main judi bola.”
Hasbi yang tadi tertarik, kini menjadi ragu. “Tunggu, saya nggak tahu mbak itu siapa dan kenapa tiba-tiba ngajak saya buat main judi online? Saya nggak kenal Mbak lho, dan Mbak juga nggak kenal saya.”
Dika lalu mengulurkan tangannya. “Kenalin, Dika, desainer dan pemilik Butik Arkana dan hacker.” Melihat Hasbi yang tak kunjung menjabat tangannya, Dika menarik kembali tangannya lalu berdehem untuk memecah kecanggungan.
“Sebenernya, saya lagi gabut, trus tiba-tiba kemarin ketemu kamu dan ternyata kamu tertarik judi. Jadi, kalau aku tertarik dan kamu tertarik main judi online dan dapat uang banyak, kenapa enggak?” Dika kemudian menatap laptopnya dan mencoba membuka website judi online. Ia menyodorkan layar laptop itu ke Hasbi. “Kita akan main di situ. kalau kamu setuju, aku bakal buat akunnya.”
Hasbi berfikir keras. “Berapa modalnya?” Tentu modal sangat perlu untuk ditanyakan, apalagi Hasbi hanya punya uang saku yang pas-pasan.
“Untuk modal, kamu nggak perlu khawatir, aku yang tanggung.” Hasbi masih terdiam. “Apapun itu aku yang tanggung. Kamu hanya perlu bermain saja.”
Hasbi masih berfikir keras. Ia kemudian membayangkan dirinya kaya hanya dengan permainan online. ia bisa nongkrong di café sesuka hati, beli baju cakep, mermak muka biar cakep kayak Nicholas Saputra.
“Gimana?”
“Okey!!”
Keduanya kemudian bersemangat. Dika mulai mendaftarkan Hasbi. Jelas, ia tidak akan menggunakan nama aslinya karena itu sama saja dengan bunuh diri. Dika masih berkutat dengan laptopnya sementara Hasbi berkeliling di butik yang luasnya tak seberapa. Dika terkadang terkekeh melihat gaya Hasbi di depan kaca yang berlagak seperti model papan tipis.
Tring…
“Yes!” Dika sudah mendaftarkan Hasbi. “Bi!” Hasbi menoleh dan mendekat pada Dika. Dia melihat ke bagian layar laptop Dika.
“Brondong Gondrong? Are you kidding me?” tanya Hasbi tak percaya. Ia menatap Dika dengan mata terbelalak.
“Kita tak perlu pakai nama asli hehe.”
“Setelah ini, kita bagaimana?” tanya Hasbi pada Dika. Ia terlihat tak sabar untuk mencoba bermain.
“Kita coba pakai cara normal terlebih dahulu. Kamu nggak mau kan ketangkep di percobaan pertama?” Hasbi menggeleng. Ia masih memikirkan masa depannya. Setidaknya, ia tidak ingin masuk penjara di usia yang begitu muda.
“Mari kita coba!” Dika kemudian melakukan top up dan memulai berjudi.
***
Entah sudah berapa lama Dika dan Hasbi bermain judi online. Kini, mereka bedua berteman dan bahkan Dika sudah tak canggung ketika sedang main ke rumah Hasbi. Namun, kedekatan keduanya sebenarnya hanya sebatas partner of crime yang saling menguntungkan di permainan judi apa pun. Mulai dari judi bola hingga judi online yang lainnya.
Sudah tak terhitung berapa kali mereka menang dalam 1 bulan ini. Kalau bukan karena kemampuan dari Dika, mungkin mereka sudah merugi. Hasbi sepertinya memang terlahir sebagai loser. Dia sama sekali tak berbakat berjudi.
Tukang judi yang tak bisa berfikir licik. Itulah Hasbi.
Sedikit demi sedikit pundi-pundi uang diperoleh oleh mereka berdua. Bahkan, saking serunya bermain judi online, Hasbi sudah jarang keluar dan duduk santai di gardu hingga pak Bardi kerap menanyakannya.
Sejujurnya, Hasbi juga kangen ke gardu walaupun hanya sebatas menghabiskan kacang rebus. Namun, mencoba judi online itu lebih menggiurkan untuk saat ini. Sebisa mungkin, Hasbi mengumpulkan uang. Nanti, setelah kaya, Hasbi akan bertobat.
Balik lagi ke judi, akun Hasbi ‘Brondong Gondrong’ sudah mendapatkan verifikasi. Bagaimana tidak, dalam 100 kali main, Hasbi sudah menang sebanyak 90 kali. 7 seri dan 3 kalah. Hebat nggak tuh?!
Sayangnya nih, Dika dan Hasbi lupa, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan tergelincir lalu mak gedebug, jatuhnya sakit sekali. Mereka terlalu asyik dan menikmati kesenangan ini hingga lupa bahwa akan ada petaka, sekecil apa pun itu.
Seperti saat ini.
Saat sedang bermain judi online di teras rumah Hasbi, layar laptop milik Dika berubah menjadi hitam. “Hei, ini kok hitam begini? Laptopmu normal kan, Dik?” tanya Hasbi panik. Ia jelas tidak mau kalah karena tinggal selangkah lagi, kemenangan bisa ia peroleh dan keuntungan 5x lipat bisa ia dapatkan.
Dika yang tak tahu menahu kondisi laptopnya juga bingung. Laptopnya dalam kondisi baik-baik saja dan tidak kepanasan. Baterainya juga masih banyak. Ya kali laptop berlambang apel bekas gigitan ulet bisa eror segampang ini?
Di sisi lain, Hasbi hanya bisa mondar-mandir. Ia adalah tukang yang terima bongkar tapi tak terima pasang. Ia bisa saja membongkar laptop itu tapi tak ada jaminan 100% laptop bakal berfungsi seperti sedia kala.
Tiba-tiba, laptopnya nyala lagi. Dika segera mengecek apakah ada yang aneh dengan laptopnya. Tak lama kemudian, layar laptopnya berubah menjadi merah dan terdapat tanda silang. “Mampus!”
Hasbi yang mendengar Dika mengumpat langsung mendekat. “Kenapa Mbak?”
“Kita ketahuan Bi,” jawab Dika.
“Ketahuan gimana?” Dika tidak menjawab pertanyaan Hasbi. Dia kemudian tidak bisa berpikir positif. Ia merasa ada yang tidak beres. “Mbak, kita main aman kan ya selama ini?”
Dika lalu menoleh ke arah Hasbi dan melotot. “Jelas!!! Enggak mungkinlah!” Dika kemudian menuliskan kode yang Hasbi sendiri tidak tahu apa artinya itu. “Kita nggak akan mungkin menang sebanyak itu kalau cuma mengandalkan kemampuan kamu yang nggak seberapa itu! Aish… fuck!”
Sebenarnya, bukan pertama kali Dika ‘bermain’ seperti ini. Bedanya, kali ini pertahanan websitenya lebih ampuh dan Dika kualahan menghadapinya. Masalahnya lagi, data dan semua yang digunakan DIka di situ adalah datanya Hasbi. Ia terlalu sombong untuk tidak memalsukan data penting yang ia masukkan. Jadi ia memasukkan data asli milik Hasbi.
Hasbi sendiri mulai merasa mulas. Ia merasa ingin boker. Hasbi kemudian melihat jika ada tanda silang merah besar di akun profilnya dengan tulisan ‘BLOCKED!!!’. Hasbi melototkan matanya.
Hasbi memang tidak tahu menahu tentang dunia hacking tapi dilihat dari tampilannya di profil judinya, ia tahu bahwa itu bukan pertanda baik.
“Modyar aku! (mampus aku!),” gumam Hasbi dengan lirih.
***