Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Bak Malaikat Penolong

Bab 9 Bak Malaikat Penolong

Setelah Bening tak sengaja melampiaskan semua emosinya, Bening kini hanya bisa menangis, sejujurnya Bening takut apalagi kini yang membantunya bebas dari kejahatannya Dwita dan kawan-kawannya adalah Benua.

“Sudah kamu tidak perlu takut, urusan Dwita nanti aku yang tangani,” ucap Benua seakan tahu apa yang sedang Bening pikirkan.

“Tidak usah, aku tidak mau kena masalah lagi, lebih baik kamu menjauh saja, mungkin itu sudah cukup,” desis Bening benar-benar pasrah.

“Kamu tidak akan kena masalah, aku pastikan itu. Lagi pula aku mau berteman dengan sama siapa pun itu hak aku kenapa kamu jadi yang mengatur dan mesti menjauhimu?!!”

“Ya, karena kamu sudah punya pacar, Benua! Dan pacar kamu marah ke aku! Aku yang sengsara!!!” Bentak Bening tiba-tiba namun dilanjutkan oleh isak tangis.

Bening kembali menangis membuat Benua merasa benar-benar marah atas apa yang dilakukan Dwita dan kawan-kawannya. Benua juga benar-benar terkejut atas apa yang telah menimpa Bening, dia pikir bahwa Dwita dan kawan-kawannya hanya membully Bening karena Bening merupakan anak baru pindahan dari desa. Tak tahu apa yang kini Benua rasakan yang dia tau dia saat ini hanya ingin melabrak Dwita.

“Sudah kamu tidak usah percaya apa yang dia katakan, dia memang selalu mengejar-ngejarku, tapi tidak pernah aku gubris, dia sama sekali bukan pacarku,” ucap Benua berusaha membuat Bening tenang.

“Uhukkkkk!!! Uhuuuuuk!” Bening kembali terbatuk. Mungkin karena debu yang masih karena ruangan olahraga cukup berdebu tadi da juga Bening lumayan lama menghirup udara di sana.

“Ini, minum air hangat!” Benua menyodorkan air.

“Terima kasih, Benua!”

“Nah, begitu jangan panggil-panggil aku, Mas! Kamu kira aku kakakmu?”

Bening baru sadar sedari tadi karena emosi dia tak lagi memanggil Benua dengan sebutan “Mas” tak tahu kenapa dia reflex memanggil Benua hanya karena ia emosi memikirkan bahwa apa yang menimpanya ini ada sebagian pengaruh dari Benua.

Namun setelah mendengar perkataan Benua, Bening tahu bahwa semua hanyalah kelakuan konyol dari Dwita dan kawan-kawannya.

Entah apa yang akan di lakukan Dwita dan kawan-kawannya terhadapnya lagi Bening tak mau memikirkannya dahulu, karena melihat kondisinya sekarang untuk bernapas dengan lega pun ia belum bisa.

“Sudah jangan dipikirkan, lebih baik kamu istirahat dulu, aku akan menemani kamu di depan,” ucap Benua lagi-lagi tahu akan apa yang Bening pikirkan.

“Iya,” jawab Bening lesu.

“Oiya, itu baju kamu kenapa?” tanya Benua menunjuk noda yang ada di bajunya Bening.

“Iya ini tadi disiram es kopi oleh Dwita,” jelas Bening.

Ya ampun ... Dwita dan kawan-kawannya benar-benar harus diberi pelajaran, karena ulahnya bisa-bisa orang lain celaka, untung saja Bening cepat ia tolong kalau tidak, tak tahu apa yang akan terjadi terhadap Bening.

“Ya sudah kamu tidur saja dulu,” ucap Benua.

Namun, ternyata ketika dilihat, Bening sudah tertidur pulas. Benar apa yang dikatakan oleh teman-temannya Bening ini cantik, bahkan menurut Benua dalam kondisi sekarang saja dia masih sangat-sangat cantik.

Benua menelan ludahnya sendiri.

Benua pun berpikir, bagaimana caranya agar dia dapat melindungi Bening dari Dwita atau bahkan siapa pun yang ingin menyakitinya.

****

Bel pulang pun berbunyi, Benua segera menelpon teman-temannya untuk segera datang ke UKS, karena ia pikir bahwa kalau dia meninggalkan Bening di sini sendiri, itu bisa saja membuat Dwita melihatnya dan bisa-bisa berlaku jahat lagi terhadapnya.

“Bro cepat turun aku di UKS bawakan tasku. Cepat!” ucap Benua dari telpon genggamnya.

“Hah ... kamu benar sakit? Aku pikir kamu cuma pura-pura?!” sahut temannya yang malah heboh Benua benar ada di dalam UKS.

“Jangan banyak bicara! Cepat!” perintah Benua layaknya bos besar.

Karena mendengar Benua benar-benar ada di UKS Ferdian dan Nathan bergegas pergi ke UKS biar begitu pun Benua, Ferdian dan Nathan sudah bersahabat dari kecil, jadi kekhawatiran akan satu sama lain sangatlah kuat. Meski orang lain hanya mengetahui bahwa mereka merupakan kumpulan anak-anak jail namun dibalik itu mereka bertiga benar-benar layaknya sahabat yang bisa saling menjaga satu sama lain. Bahkan ketika seorang lelaki bisa menjaga persahabatannya itu bisa bisa lebih kuat solidaritasnya di banding persahabatan perempuan.

Tak perlu waktu lama Ferdian dan Nathan datang ke UKS.

“LAHHH ... kamu kok ada di depan? Bukan istirahat. Bohong kamu ya ... iya kan?!” serbu Ferdian dengan bawelnya.

“Tuh!” dengan santainya Benua melirikkan matanya menandakan perintah untuk Ferdian melihat ke dalam UKS.

Akhirnya Ferdian dan Nathan melihat ke dalam mereka terkejut dengan adanya Bening yang sedang tertidur di kasur UKS dengan wajah yang sangat pucat.

“Kamu apakan anak orang? Kok dia sampai pucet begitu? Gila kamu!” tuduh Nathan.

“Kamu yang gila, memang aku apakan? Perbuatan si Dwita and the genk itu,” singkat Benua.

“Hah gila mereka. Kelewatan ini namanya, anak orang sampai begitu.”

Ferdian dan Nathan juga akhirnya geram setelah Benua menceritakan apa yang Bening katakan terhadapnya, kini Benua ingin melabraknya dan mengancamnya untuk tidak melakukan itu lagi terhadap Bening.

Kawan-kawannya pun setuju untuk ikut membela Bening, apa yang sudah dilakukan oleh Dwita dan kawannya sudah membahayakan orang lain.

Bening pun terbangun.

“Eh kamu sudah bangun?” tanya Ferdian.

Bening yang terkejut melihat Benua dan kawan-kawannya ada di ruangan tersebut langsung duduk di kasurnya saat ini.

“Ada apa kalian ke sini?”

“Sudah jangan banyakan bicara, pakai ini aku antar pulang,” ucap Benua sambil memberikan baju.

“Aku pakai ini?”

“Kamu itu bodoh atau apa sebenarnya, sih? Lihat baju kamu itu. Sudah cepat pakai bajunya,” ucap Nathan yang gemas terhadap perilaku Bening.

“Iya ... iya ... maaf.”

Akhirnya bening menuruti yang diminta oleh Benua karena sadar dia sedang dalam keadaan yang sangat-sangat kotor.

Bening pun izin kepada mereka ingin ke toilet, ketika selesai ganti baju ternyata di kamar mandi tersebut sedang ada Dwita dan kawan-kawannya.

“Loh kok dia ada di sini?” ucap Salay yang terkejut.

Dwita yang langsung kaget karena dia mengetahui baju yang sedang di pakai oleh Bening adalah baju yang sering dipakai Benua saat basket.

Dwita menjambak Bening seraya berkata, “Kamu masih berani ganggu pacarku?! Kamu memang tidak ada kapok-kapoknya ya?!”

“ADUHH APAAN SIIIH?” teriak Bening kesakitan.

Sambil menjambak Bening, Dwita dan kawan-kawannya keluar untuk membawanya entah ke mana.

Namun tiba-tiba…

Hentakan tangan seorang lelaki melepaskan jambakan tangan Dwita di atas rambut Bening.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel