Bab 10 Kemarahan Benua
Bab 10 Kemarahan Benua
Kini Benua melihatnya secara langsung bagaimana kasarnya Dwita atas Bening, tega-teganya dia menjambak rambut Bening padahal bisa terlihat jelas wajah Bening masih pucat pasi yang pasti dia mengetahuinya bahwa itu adalah akibat perbuatannya.
Bagaimana dia disekap di Gudang olahraga hampir satu jam tanpa ada yang membantunya, kini setelah lepas, dia masih saja mengganggu Bening dengan perlakuan yang sangat-sangat kasar.
Benua dan kawannya bergegas untuk menolong Bening, karena melihat bahwa Dwita ingin membawanya kembali ke tempat yang Benua tidak tahu ke mana.
“LEPAS!!!” teriakan Benua sambil menghentakan tangan Dwita yang sedang menjambak Bening.
Bening yang hanya menangis kesakitan kini dilindungi oleh dua teman-temannya Benua.
“KAMU ITU MANUSIA BUKAN?!!” bentak Benua terhadap Dwita.
Dwita benar-benar panik dan hanya bisa terdiam di hadapan Benua saat ini. Dia hanya memasang wajah memelasnya yang ia pikir itu dapat membantunya sekarang, namun bukannya kasian Benua malah makin muak dengan muka sok polos padahal ada sosok setan di dalamnya.
“Aku tanya kamu! Kamu! Kamu! Kalian ini manusia bukan?!!!” bentak Benua lagi sambil menunjuk Dwita, Salay, Amel satu per satu.
Muka memerah yang menandakan dia benar-benar marah saat ini.
“Untung kalian ini perempuan! Kalo tidak, sudah aku hajar kalian di sini habis-habisan!!!’’
“Heuumm bukan begitu, Ben...” Gadis itu mulai panik merasa takut akan suara menggelegar di ruangan itu.
“Tidak perlu ngomong apa-apa lagi lah! Aku sungguh muak dengan perbuatan kalian, kalian sadar tidak apa yang kalian perbuat itu bisa menghilangkan nyawa orang?!!”
“Apaan sih, dia saja yang lebay!” Bukannya bersalah Dwita malah membuat Benua semakin marah.
“Kamu bilang lebay? Kamu gila, murahan sekali jadi perempuan, mengaku-ngaku jadi pacarku. Kamu itu gila. Mana ada yang mau dengan perempuan seperti kamu ini, kelakuan bagai setan!”
“Kamu bilang aku setan, Ben?!”
“Iya setan, mana ada manusia yang tega menyekap orang di gudang yang gelap, pengap berdebu begitu? Kamu kira, kamu manusia setelah melakukan itu?!”
Dengan Benua berbicara seperti itu Dwita benar-benar terkejut karena Benua ternyata mengetahuinya, dia telah melakukan hal itu terhadap Bening. Sejujurnya Dwita dan kawan-kawannya itu hanya berani terhadap orang-orang yang tidak akan berani melawannya, dia hanya berani dengan lawannya yang tidak sebanding dengannya atau bahkan yang tidak akan berani melawannya karena tau Dwita orang yang selalu mengandalkan apapun dengan uang.
Tapi tidak dengan Benua, tak ada yang ia takuti selagi apa yang dia lakukan itu benar, apalagi untuk membela orang yang telah di sakiti seperti ini oleh Dwita, tak akan dia kasih lepas orang tersebut sampai dia benar-benar jera dan tak akan melakukannya lagi.
Bening benar-benar pusing melihat keributan yang ada di depannya sampai akhirnya kepalanya pun terasa sangat berat dan pandangan matanya pun kabur serta badannya benar-benar lemas sampai akhirnya…
BUKKKKKK!
Bening jatuh pingsan lagi!
“Ben ini bagaimana si Bening pingsan lagi?! Kita bawa UKS saja atau bawa pulang?” tanya Nathan sembari memegang Bening.
“Bawa saja ke mobil kamu Nath, nanti kita antar pulang, percuma kalo di UKS juga pasti sudah tutup. Sudah jam pulang.”
Benua mengambil tangan Dwita sambil berkata, “Kamu lihat kan? Kalau sampai dia kenapa-kenapa kamu yang aku bawa sampai kasus ini selesai! Aku tidak akan takut bawa ini ke pihak sekolah ya! Bahkan jalur hukum sekali pun! Aku tidak TAKUT!! PAHAM KAMU ? AWAS KALAU KAMU SAMPAI BERANI MACAM-MACAM LAGI, dan satu lagi, najis aku punya pacar seperti kamu!!!”
Dwita yang mengernyit kesakitan dan hanya bisa mengiakan ancaman Benua, karena ia sudah benar-benar takut atas ancaman yang di berikan Benua kepadanya.
*****
Benua dan kawan-kawannya berada di area parkir, Bening yang masih belum sadar kini ada di dalam mobil Nathan.
“Bro aku pinjam dulu mobil kamu, kamu pakai motorku,” ucap Benua.
“Iya, pakai saja, nanti aku bisa ambil di rumah kamu.”
“Ya sudah aku bawa dulu ya mobil kamu, kalau mau dipakai buru-buru ambil saja di rumah ya.”
“Iya santai saja bro,” jawab Nathan santai.
Akhirnya Nathan dan Ferdian pergi ke parkiran motor, karena Ferdian juga orang yang senang membawa motor sama seperti Benua, jadi mereka menuju area parkir motor sekarang untuk mengambil motor dan juga pulang ke rumah mereka masing-masing.
Benua pun sama halnya dengan Ferdian dan Nathan dia harus segera pulang, apa lagi dia membawa Bening yang sekarang masih saja pingsan. Benua tak berpikir bahwa Bening dapat selemah ini, namun Benua tetap tak bisa menyimpulkan apa-apa mungkin saja kondisi badan bening yang sekarang lagi lemah ditambah kejadian yang menimpanya hari ini.
Ketika sedang di jalan…
Tubuh Bening bergerak, Bening merintih kesakitan.
“Kenapa?” tanya Benua.
“Tidak apa-apa, cuma pusing saja,” jawabnya masih setengah sadar. “Hah kita di mana?” Bening terkejut dia sedang berada di dalam mobil bersama dengan Benua.
“Kamu tidak ingat tadi pingsan?”
“HAH?!!”
“Hah hoh hah hoh, memang bener kata Nathan, kamu ini bodoh atau bagaimana?!” jawab Benua geram.
“Aku benar-benar tidak tahu, yang aku tahu tadi kamu marah-marah, terus kepala aku sakit banget, dan tiba-tiba aku ada di sini,” penjelasan Bening yang terdengar benar-benar polos.
“Iya tadi kamu pingsan jadi aku pinjam mobil Nathan untuk antar kamu pulang,” ucap Benua dengan nada santai.
“Heummm terima kasih ya, kamu sudah menolongku hari ini,” ucap Bening penuh ketulusan.
Namun tiba-tiba Bening terdiam kembali di dalam mobil, tetap saja ketakutannya akan Dwita yang masih saja menghantuinya cukup mengganggu pikiran Bening saat ini, meski Benua sudah melabrak Dwita bisa saja itu menjadi penyebab di lain waktu Dwita melakukan hal yang sama terhadapnya karena pikir Dwita ia sudah memberitahu Benua atas apa yang telah Dwita lakukan.
“Kenapa lagi?” suara Benua memecah hening.
“Tidak apa-apa, cuma masih sedikit takut,” ucap Bening jujur.
“Sudah, tidak usah takut. Kalau dia macam-macam lagi bilang sama aku,” ucap Benua seakan meyakinkan Bening tak akan ada hal serupa menimpanya lagi.
Tak sadar kini ia telah memasuki pagar rumah Benua, Benua memarkirkan mobilnya dan Bening pun turun.
“Terima kasih ya Ben, eh Mas Ben,” ucapnya kembali memakai Ben karena takut dikira tidak sopan oleh Pak Sulaiman.
“Tidak usah panggil aku Mas, santai saja,”
“Iya, Ben terima kasih sekali lagi,”
“Jangan terlalu banyak mengucapkan terima kasih. Setelah ini kamu harus ikuti semua perintahku,” tegas Benua membuat Bening menciut.
Aduh apalagi ini, batin Bening meringis karena ia takut karena Benua sudah menolongnya ia malah kembali menyuruh-nyuruh Bening seenaknya, namun bening tak bisa berbuat apa-apa karena ini sudah di rumahnya terpaksa ia harus mengiyakan perkataan Benua, karena tak enak atas apa yang sudah Benua lakukan dan keluarganya yang sudah banyak membantu dirinya.
Kira-kira apakah yang akan dilakukan Benua selanjutnya???