Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Kekhawatiran Benua

Bab 8 Kekhawatiran Benua

Benua yang kini merasa begitu khawatir akan keberadaan Bening apa lagi ketika mengetahui bahwa Dwita dan teman-temannya itu tadi sempat berperilaku kasar terhadap Bening.

Namun kini aneh, Benua yang tadinya bersikap acuh terhadap Bening kini merasa begitu khawatir, rasa aneh yang ada dalam dirinya namun dia hanya memaknainya hanya sebagai rasa tanggung jawab atas perkataan ayahnya yang seakan memintanya untuk melindungi Bening karena Bening baru saja tinggal di daerah Ibukota seperti ini.

Benua yang benar-benar tak bisa lagi menahan rasa khawatirnya karena Bening pun tak kunjung memasuki kelas, padahal sudah hampir setengah jam setelah bel masuk berbunyi. Akhirnya Benua pun mencari alasan agar dia bisa keluar pada saat jam pelajaran yang sedang berlangsung saat ini.

Dia pikir kalau hanya izin ke kamar kecil Pak Sutoyo akan mencurigainya, karena pergi ke kamar kecil tidaklah memakan waktu yang lama, sedangkan dia saja belum mengetahui dimana Dwita dan teman-temannya itu menyekap Bening.

“Permisi pak, saya izin tidak mengikuti pelajaran bapak hari ini pak, saya pusing, dan izin untuk pergi ke UKS,” izin Benua yang tidak memakai tedeng aling langsung to the point.

“Kamu sedang tidak membohongi saya kan? Awas kamu kalau bohong saya akan cek daftar orang sakit di UKS nanti,” ujar Pak Sutoyo tegas.

Pak Sutoyo memang merupakan salah satu deretan guru-guru killer di sekolahnya kini, namun Pak Sutoyo akan berbuat sangat baik kepada murid-muridnya yang jujur, bahkan ketika tidak bisa mengikuti pelajaraannya sekali pun, Pak Sutoyo tak masalah asalkan muridnya itu berkata jujur, karena beliau benar-benar menjujung tinggi nilai kejujuran. Bahkan saking menghargai kejujuran disaat ulangan sekalipun tidak ada murid yang berani untuk menyontek, dan karena memang kejujuran yang dihargai, anak-anak pun tidak berpaku pada nilai yang tinggi tapi proses yang jujur pada saat mereka ulangan.

“Iya pak saya tidak ,” ujar Benua yang sebenernya akan semakin repot karena ia harus mengisi daftar hadir pasien di UKS dahulu.

Benua pun bergegas ke UKS karena ia sendiri pun takut akan hukuman yang akan di berikan Pak Sutoyo jika namanya tak ada di daftar pasien di UKS.

Setelah sampai sana, beruntungnya dia jika UKS sedang tidak ada yang menjaga, jadi dia dengan cepat menulis namanya dan segera mencari Bening.

Benua menyusuri semua ruangan yang memungkinkan Bening ada di dalamnya, dari kamar mandi yang tak terpakai sampai ruangan-ruangan tak terpakai lainya, namun tak satu ruangan yang telah ia jajaki terdapat Bening di dalamnya.

Benua akhirnya membeli minum dahulu dan berpikir dengan jernih di mana kira-kira ia dapat menemukan Bening karena semua ruangan tak terpakai sudah dia cek dan tak ada Bening di dalamnya. Sambil mengingat-ingat ternyata dia belum mengecek gudang perpustakaan, gudang laboratorium, dan juga gudang olahraga di belakang sekolah, dia sendiri agak kurang yakin Bening berada di sana, karena mengingat ruangannya yang begitu pengap, apalagi gudang olahraga yang tak terdapat lampu di dalamnnya.

Benua pun tak berpikir lama, karena memang benar kemungkinan terbesar Bening berada di antara ketiga ruangan tersebut.

Gudang perpustakaan tak dia temukan, gudang laboratorium juga tak dia temukan...

“Brengsek!!! Apa iya si Dwita tega mengurung dia di gudang olahraga?” erang Benua yang berbicara sendiri sambil menahan spekulasi-spekulasi dalam otaknya saat ini.

Akhirnya Benua berada di depan pintu yang di gembok dari depan tapi Benua dia tidak bisa membuka karena tak tahu di mana kuncinya, Benua tak bisa melihat terlebih dahulu di dalam apakah ada Bening di dalam karena tidak ada jendela.

Sembari Benua mencari kunci Benua mendengar rintihan perempuan di dalam, yang ia yakin bahwa itu adalah Bening.

“Ningggg!!! Lo di dalemmmm?!” teriak Benua.

“Hmmmm tolongg… Aku! Tolong siapa pun di luar sana tolong!” Suara perempuan di sana yang melemah.

Benua kalang kabut, Benua tahu betapa pengapnya di dalam sana, dalam kondisi pintu terbuka saja ruangan itu masih sangat pengap apalagi kondisi Bening sekarang di dalamnya dengan pintu tertutup begitu.

“Astagaaa mana si kuncinyaaaaa?!!” Benua benar-benar geram.

Tiba-tiba ketika dia menginjak keset bunyi seperti logam yang terinjak, “ahh dari tadi kek!” Benua lantas langsung mengambil kuncinya dan membuka pintu tersebut.

Bening benar berada di dalam ruangan tersebut, Benua sungguh tidak tega melihat Bening saat ini, mukannya yang pucat pasi terlihat buih-buih keringat di dahinya, bajunya yang kotor, tangannya yang penuh dengan debu.

“Kamu kok bodoh sih bisa di sini? Siapa yang buat kamu begini?!” erang Benua panik sambil memegang bahu Bening dan mengangkat tubuh itu.

“Heummm, kenapa kamu yang nolongin aku, nanti Dwitaaa…..”

Bukkkkkkk!!!! Belum sempat melanjutkan penjelasannya itu Bening pingsan di pelukan Benua.

“Eh bangunnn, woiii bangun!!!”

Benua semakin panik karena Bening yang tiba-tiba pingsan. Benua langsung menggendong Bening dan membawanya ke UKS. Benua takut Bening gangguan pernapasan karena dilihat terakhir kali dia berbicara seperti orang yang sedang kekurangan oksigen dan juga kondisi terakhir Bening yang dikurung di ruangan pengap dan berdebu tersebut bisa menjadi faktor apa yang terjadi pada Bening saat ini.

Sambil menggendong belakang Bening, Benua lari hingga ke UKS, ketika dia di sana di lihatnya ada 2 penjaga UKS yang sedang berjaga.

“Tolong ...,” pintanya dengan nada terburu-buru.

“Ini kenapa, kok bisa begini?” tanya salah satu penjaganya.

“Mana aku tahu, pokoknya tolongin saja. Tadi aku lihat dia ada di gudang olahraga,” jelas benua.

Dada Bening ditepuk-tepuk oleh penjaga perempuan, hidungnya juga ditaruh minyak kayu putih agar Bening cepat siuman, namun sudah sekitar 10 menit Bening belum juga bangun.

Akhirnya penjaga UKS mengambil tabung oksigen lalu memakaikannya pada Bening.

Satu kali semprot, Bening tidak memberi respon apa pun, begitu juga dengan semprotan kedua.

Semprotan ke tiga ....

“Uhuuuukk uhukkkkkk!!!” Bening tersadar lalu batuk dengan sangat kencang.

Benua yang tadinya hanya berdiri di daun pintu kini masuk ke dalam karena mendengar bahwa Bening sepertinya sudah siuman.

Benua melihat Bening kini benar-benar lemas, Benua meminta agar penjaga UKS membuatkan air hangat untuk Bening. Lalu Benua membantunya untuk minum.

“Minum dulu,” ucap Benua sambil memegang gelas.

“Tidak usah dipegangin Ben, aku bisa sendiri,” jawab Bening seakan menjauhi Benua.

“Kamu tidak perlu ngeyel, biar aku yang pegang.”

“Kalau aku bilang tidak usah ya tidak usah! Aku tidak mau kena masalah lagi dengan pacar kamu itu. Cukup dua hari saja aku disiksa begini, aku mohon jangan dekat-dekat aku, aku takut Ben,” ucap Bening sadar bahwa cowok yang dimaksud Dwita adalah Benua.

Tak dapat membendung emosinya Bening kini menangis membuat dirinya yang lemah semakin lemah.

Benua tercengang, dia benar-benar terkejut bahwa ini bukan hari pertama kejadian ini menimpa Bening, dan yang kedua ini bisa saja di sebut karena dirinya, lebih tepatnya karena Dwita merasa Bening mendekati Benua.

Benua benar-benar marah saat ini, karena sungguh tega Dwita melakukan hal seperti ini, dan bodohnya Benua baru mengetahuinya.

Apakah yang akan di lakukan Benua terhadap Dwita???

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel