Bab 5 Malunya Benua
Bab 5 Malunya Benua
Ketika melihat Benua yang mulutnya dipenuhi makanan dan raut wajahnya yang begitu kesal Bening sontak langsung tertawa kecil, bagaimana tidak wajah tampan Benua yang berubah menjadi lucu saat itu tak bisa di pungkiri oleh Bening.
Namun sayangnya, Benua melihat Bening tertawa yang bisa saja menjadi masalah baru bagi Bening.
“Kenapa kamu tertawa?!” tanya Benua dengan mulutnya yang masih berusaha menghabiskan makanan membuat Bening menahan tawanya lagi.
“Tidak, Mas,” tangkis Bening.
“Mas lagi Mas lagi! Pergi sana buat kesel aku saja kamu!” bentak Benua yang membuat Bening tersentak lalu melangkahkan kaki menjauh.
Entah mengapa Benua sangat-sangat tidak suka jika Bening memanggilnya dengan sebutan “mas” walaupun Bening sudah menjelaskan alasannya memanggil Benua seperti itu.
Ferdian dan Nathan yang tertawa sedari tadi melihat Benua dan Bening ribut kecil seperti itu membuat Benua semakin kesal terhadap teman-temannya itu. Bagaimana tidak teman-temannya sungguh membuatnya malu, dengan sikap konyal yang mereka lakukan, dan sekarang mereka malah menertawai Benua dengan sangat puas.
“Kalian berdua memang menyebalkan ya, untuk apa coba konyol kamu,” oceh Benua yang membuat temannya itu semakin geli.
“Kenapa Ben? Biasanya kamu tidak pernah peduli di depan perempuan?” ejek Nathan terhadap Benua.
“Iya biasanya kamu biasa saja mau kita kerjain seperti apa juga hahaha,” timpal Ferdian.
Benua tersadar akan sikapnya yang tak biasa, namun ia berpikir bukan karena ia malu karena Bening, tapi Benua malu karena di perlakukan seperti itu di depan anak dari ART di rumahnya, yaitu Bi sri.
“Idih, kalian memang kurang ajar ya!” sungut Benua.
“HAHAHAHA, awas kamu jatuh cinta Ben,” ejek Ferdian.
“Iya ni, sepertinya bakalan ada yang nelen ludahnya sendiri,” sahut Nathan yang membuat alis Benua kini menyatu.
“Kalian pada pulanglah sana, muak aku!” teriakan Benua yang mengusir teman-temanya pergi karena dia benar-benar sudah muak diejek oleh temannya tersebut.
Bukannya mereka merasa bersalah terhadap Benua yang sudah mereka kerjain, mereka malah tertawa semakin geli melihat temannya seperti ini sekarang. Mereka hanya berniat meledek Benua namun Benua benar-benar kesal karena ulah mereka.
“HAHAHA, marah bro dia” ucap Ferdian terhadap Nathan ambil melirik Benua dengan penuh arti.
“Ati-ati aje ye Ben, takutnya kamu baper sama gadis itu” timpal Nathan sambil menepuk pundak Benua.
“Eh jangan deh, kan Bening mau buat aku, lumayan cantik juga dia” tambah Nathan mengejek Benua.
Benua bediri dari duduknya, dengan muka yang sangat marah, menarik kedua tangan teman-temannya itu dengan sangat kasar. Tanpa bicara banyak Benua mengusirnya dengan cepat, karena Benua sudah benar-benar merasa panas karena di ejek terus menerus oleh Ferdian dan Nathan.
“Pergi cepet!” sungut Benua sambil mendorong teman-temannya.
“Iye kita juga mau pergi, sudah mau pulang juga aku, kan sudah kenyang makan masakannya Bening yang enak ituuuu” masih saja Ferdian mengejeknya.
“HAHAHAHA, Canda brooo, kita pulang dulu ya, makasihhh” tambah Ferdian yang di ikutin Nathan yang hanya kertawa kecil melihat Benua dan Ferdian.
Tak lama setelah motor teman-temannya keluar dari pagar rumahnya, Benua masuk kedalam rumah, langkah demi langkah menuju ruangan tadi ia main bersama temannya, Benua berpikir apakah yang di katakan oleh teman-temannya itu benar, Bening memang biasa saja sekarang dengan penampilan pokamusnya, namun bagaimana jika Bening berpenampilan seperti gadis-gadis modis di Jakarta, mungkin bening tidak kalah cantiknya dengan gadis-gadis modern Jakarta.
Tak hanya memikirkan Bening yang benar-benar cantik atau tidak, ia juga memikirkan apakah yang dikatakan oleh temannya itu akan terjadi, apakah Benua akan menyukai Bening seperti yang di katakana teman-temannya, seketika bulu kuduknya pun berdiri ketika ia memikirkan hal aneh tersebut.
“Gila kalau aku memikirkan anak kampung itu” ucap Benua bicara kepda dirinya sendiri.
Ketika Benua ingin sampai di ruang tengah, Bening datang dari arah berlawanan, Bening berjalan sambil membetulkan pakaiannya yang tidak sengaja jadi menabrak Benua.
Buuuuuk! Tubuh Bening terjatuh karena menabrak badan Benua yang jauh lebih besar di bandingnya.
“Aduhhhh,” mengenyit Bening kesakitan.
“Lah kamu tidak punya mata? Badan aku segede ini tidak kelihatan?” ucap Benua kesal, namun sama sekali tidak membantu Bening.
“Maaf mas, Bening tidaka sengaja” rintih Bening yang sebenarnya membuat Benua tidak tega.
Namun mendengar Bening yang lagi-lagi memanggilnya dengan sebutan mas membuatnya kembali memikirkan bagaimana cara agar dia dapat mengerjai Bening kembali. Benua pikir menyuruhnya membuatkan makanan dan minuman buat dia dan teman-temannya saja tidak cukup, tambah lagi dengan kejadian yang membuatnya malu di depan Bening seperti tadi.
Benua yang melihat ruang tengah yang sudah rapih, yang mungkin saja dirapikan oleh Bening membuatnya bingung harus menyuruh Bening apa lagi... Namun bukan Benua namanya jika tidak mempunyai berbagai cara untuk usil terhadap orang lain.
Seketika Benua memiliki ide, untuk mengerjai Bening kembali….
“Karena kamu nabrak aku, kamu mesti siapin aku air panas dulu buat aku mandi,” perintah Benua yang terdengar sangat aneh.
Bagaimana tidak, di rumah Pak Sulaiman yang sangat besar tersebut setiap kamar mandi tersedia air hangatnya, namun Benua menyuruh Bening memasakkan air untuk dia mandi.
“Tapi Mas, bukannya di setiap kamar mandi ada air hangatnya untuk mandi ya Mas, di kamar mandi khusus pekerja aja ada masa kamar mandi di kamar Mas nda ada?” tanya Bening merasa aneh.
“Kamu tidak usah banyak tanya ataupun protes, kalau aku suruh A ya A tidak usah tanya-tanya, badan aku pegel jadi mau mandi pakai campuran air yang baru mendidih, bukan pake shower air panas,” penjelasan Benua yang sebenarnya benar-benar tidak masuk di akal.
Karena Bening tak ingin banyak bedebat dengan Benua dia melakukan apa yang di perintahkan Benua, walaupun jika ingin mengikuti keinginannya sendiri kini Bening ingin cepat-cepat pulang, dia benar-benar merasa lelah hari ini, akibat kejadian di sekolah dan juga permintaan Benua yang tiada henti-hentinya.
“Ya ampun, mana nunggunya lama lagi… Aku sudah ngantuk banget,” rintih Bening sambil menunggu air yang ia masa mendidih.
Ketika ia sedang mengeluh, Benua diam-diam memerhatikannya dari ruang tengah, dia tertawa kecil karena sukses membuat Bening merasa seperti itu, ini semua karena perlakuan Bening di sekolah tadi yang mengiranya mengintip lalu melemparkan sesuatu di depan mukanya di saat banyak teman-temannya...
Tak sadar kini Bening sedikit tertidur di meja dapur berbahan marmer di rumahnya, Benua masih tetap memperhatikan Bening dari kejauhan, sampai ketika…
“UUUUUUNGGGGGGGGGGG,” suara katel air panas yang menandakan air di dalamnya sudah mendidih.
“Astaghfrilullahhh aku ketidurann,” Bening terkejut dengan suara katel yang berbunyi.
“HAHAHAH” suara tertawa Benua yang tak dapat di tahan melihat muka terkejutnya Bening yang sangat sangat lucu.
Namun Benua tak sadar perbuatannya itu membuat Bening tahu kalau Benua memperhatikannya.
“Lahh Mas Benua untuk apa di sini? Ketawain aku toh?” tanya Bening yang membuat Benua malu karena terpergok memerhatikan Bening.
‘Aduh malu aku ketahuan dilihatin dia,’ desis Benua dalam hati.
“Lah cantik lo? Bilang aku ketawain lo?” sanggah Benua yang menutupi rasanya malunya.
Bening hanya berdehem melihat tingkah Benua yang sangat-sangat aneh sekarang.
Benua merasa aneh, mengapa ia tertawa hanya karena melihat tingkah konyol Bening yang menarik perhatiannya, dan membuatnya semakin ingin mengerjainya.
Keusilan apalagi yang akan Benua ciptakan, lalu apakah ia akan merasa nyaman dengan situasi yang ia ciptakan sendiri.