Bab 4 Menertawakan Benua
Bab 4 Menertawakan Benua
Perihal salah paham antara Benua dan Bening yang menjadikan Bening kita terus terus menderita, karena atas kejadian tersebut Benua terus terusan merundungnya di rumah.
Seperti tadi ketika Bening menyempatkan untuk makan karena dari pagi dia belum makan sebab peristiwa yang ditimpanya disekolah membuat Bening merasa badannya mulai gemetar, namun Benua tetap saja memintanya untuk melakukan apa yang Benua mau
“Ambilkan aku minum dong!” perintah Benua seraya memerintah Bening layaknya bos.
“Ih aku mau makan bentar mas, dari pagi aku belum—”
“Sudah cepat ambilkan aku minum dulu, baru kamu makan,” potong Benua sebelum sempat Bening menyelesaikan perkataannya.
“Iya Mas,” ucap Bening pasrah menuruti perintah Benua.
Bening ke dapur mengambil minuman yang diminta oleh Benua. Bening mengambil minuman dengan tubuh yang benar-benar lemas itu, membuatnya gemetar membawakan air untuk Benua, namun ia harus tetap melakukannya.
“Nanti teman-temanku datang, kamu siapkan makanan dan minuman ya? Aku tidak mau tahu pokoknya harus enak, agar mereka pada betah di sini, aku sedang tidak mau main keluar rumah soalnya. Oh iya satu lagi jangan panggil aku Mas!” penjelasan Benua yang membuat Bening kini merasa semakin lemas. Suara berat Bening ditambah dengan segala penuturannya yang minta ampun panjangnya seperti ibu-ibu yang memarahi anaknya.
Entah apa saja yang sudah di rasakan Bening saat ini, badannya yang sudah lemas, kepalanya pusing dan juga perutnya yang kini mulai mual karena benar-benar terlambat makan, namun Bening harus tetap terlihat bahagia di depan ibunya, agar dia tidak menjadi beban pikiran untuk ibunya.
Setelah mengantarkan air untuk Benua, Bening ingin cepat-cepat mengisi perutnya yang di dalamnya cacing-cacingnya sudah banyak berdemo, dan juga agar dia bisa terlihat biasa saja tanpa membuat ibunya curiga akan apa yang telah menimpanya hari ini.
Tak perlu waktu lama, Bening menghabiskan makanan yang sudah di siapkan oleh ibunya di ruang belakang.
Kini tubuh Bening sedikit lebih bertenaga, karena dia sudah memakan apa yang disiapkan oleh ibunya tadi, Bening bergegas untuk ganti baju dan segera membantu ibunya dengan harapan pekerjaan ibunya bisa cepat selesai dan mereka bisa istirahat di rumah kontrakan ibunya.
Ketika Bening sedang menyapu halaman rumah, terdengar suara mesin motor yang bising, ia yakin bahwa motor tersebut adalah motor teman-temannya Benua. Semua dugaan Bening benar tak lama mereka semua masuk, Ibunya memanggil Bening karena ia dipanggil oleh Benua.
“Aduh itu pasti teman-temannya Benua,” desahnya dalam hati sambil menerawang apa yang akan diperintah oleh Benua dengan seenaknya terhadapnya.
Semua dugaan Bening benar tak lama mereka semua masuk, Ibunya mgil Bening karena ia dipanggil oleh Benua. Kini penderitaan Bening di mulai lagi karena perintah dari Benua yang masih terus saja ia terima karena kesalahpahaman yang disebabkannya tadi.
Dengan langkah lesu, Bening menghampiri Benua dan teman-temannya di ruang tengah...
“Lah dia kok ada di rumah kamu Ben?” tanya Ferdian
“Wah sebenarnya ada apa sih ini? Kamu ada apa sama dia hahaha...” ejek Nathan.
“Dia itu anak dari Bi Sri ART di rumahku, jadi dia ada di sini, lagi pula aku tidak ada apa-apa dengannya, hahahaha,” ucap Benua yang menusuk hati Bening.
Siapa juga yang mau ada apa-apa dengan laki-laki tukang perintah dan galak itu?!
Mendengar perkataan mereka membuat Bening sakit hati, karena bagaimanapun juga Bening tak ingin dia dianggap rendah seperti itu hanya karena ibunya yang bekerja di rumah Benua, namun kini Bening hanya bisa terdiam dan menahan semua itu, yang ia syukuri kini ibunya baru saja pergi berbelanja, jadi tidak mendengar percakapan yang sungguh sangat menyakitkan ini.
“Kita bisa meminta apa aja ke dia Ben?” tanya Ferdian
“GA! Cuma aku yang boleh melakukan itu! Nanti kalian akan melakukan yang aneh-aneh, aku bisa kena marah ayahku!” jelas Benua yang sedikit membuat Bening lega.
Bening sedikit lega karena Benua tidak mengizinkan yang lainnya melakukan itu padanya. Namun...
“Ah tapi ini pasti tidak akan bertahan lama. Sebentar lagi Benua pasti menyuruhku ini dan itu,” resahnya yang hanya bisa di cetuskan di dalam hatinya.
“Kamu tadi aku sudah jelasin kan? Kalau kamu mesti membuatkan kita makanan dan minuman yang enak, agar mereka betah ada di sini, aku sedang malas keluar,” jelas Benua yang lagi-lagi memerintahnya sesuka hati.
Bening hanya terdiam pasrah, merasakan hal tidak enak di badannya membuat Bening terdiam.
“Woi! Malah melamun!” bentak Benua.
“Eumm eumm iya, Bening ke dapur dulu buat siapin,” jawab Bening lesu.
Seraya Bening menyiapkan makanan dan minuman untuk Benua dan kawan kawannya, Benua dan kawan-kawannya asik bermain PS di ruang tengah sambil mengobrol.
“Bro, aku lihat Bening cantik juga bro,” ucap Nathan menggoda Benua.
“Eh iya juga ya, diakan baru pindah dari kampung ya?” tanya Ferdian melirik ke Benua yang masih saja sibuk dengan stick PS nya.
“Woi Ben!” teriak Ferdian dan Nathan yang cukup membuat Benua terkejut mendengarnya`
“Apa, menganggu saja kamu ah!” jawab Benua sewot.
“Yee bodoh, aku tadi tanya soal si Bening ini, dia anak baru pindahan dari kampung?” tanya Nathan.
“Hmmm,” jawab Benua singkat.
“Eh Nath, kalau begitu bisa dong kita gebet, cantik juga walaupun dia cuma anak Bi Sri, tapikan pasti tidak banyak tingkah seperti Dwita dan kawan kawannya, yang suka si Benua,” imbuh Ferdian sambil menoyor kepala Benua.
“Apa? Kalian suka sama anak ART?” tanya Benua. “Selera kalian rendah.”
“Rendah? Kena batunya baru tahu rasa kamu, Ben. Awas saja kalau kamu sampai mendekati dia, kamu belum sadar saja kalau dia cantik hahaha,” tambah Nathan yang mengejek Benua.
Tak berapa lama Benua dan kawannya mengobrol dan bercanda tentang Bening, Bening membawa nampan yang berisi makanan untuk mereka.
“Ini Mas, dimakan,” ucap Bening sopan.
“iya neng letakkan saja di situ hihihi...” jawab Nathan menggoda Bening.
Bening hanya terdiam dan kembali ke dapur untuk mengambil minuman yang diminta oleh Benua, karena kalau tidak, Benua akan mengusiknya kembali, Bening hanya ingin cepat selesai urusan dengan Benua hari ini.
“Sumpah, Ben, ini enak banget!” teriak Ferdian antusias memakan makanan yang dibuat oleh Bening.
“Masa sih?” tanya Nathan penasaran sambil mengambil potongan makanan yang ada di meja.
“Eh iya, sumpah ini enak banget, kalah makanan di café mah,” tambah Nathan.
“Apaan sih?! Kalian menjijikan!” ketus Benua kesal karena mendapati sikap temannya yang lebay karena memakan makanan buatan Bening.
Karena kesal akan sikap Benua yang terlalu sombong, Ferdian memasukkan makanan tersebut ke mulut.
“ADUHH!!” ucap Benua yang mulutnya kini penuh makanan akibat perbuatan Ferdian.
Bening datang dan melihat Benua dalam kondisi seperti itu membuatnya tertawa kecil dan tak sadar Benua melihatnya.
“HEH! Kamu menertawakanku?”
‘Aduh ... mati aku Mas Benua, lihat aku tertawa,’ ucapnya dalam hati.
Apa yang akan dilakukan Benua, setelah melihat Bening menertawainya?