Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

12. Chain

Kepalanya bersandar di sebuah kaca jendela, menyaksikan hujan deras yang membasahi rerumputan di luar sana. Pohon-pohon melambai terkena tiupan angin yang sangat kencang, semilir angin dingin masuk melalui celah jendela menjadikan tempat itu begitu dingin, tapi tak membuatnya beranjak dari sana dan hanya termenung meratapi nasibnya.

Jane terus meneriakan nama 'Arthur' di dalam hati, berharap pria itu cepat menemukannya sebelum ia benar-benar gila bersama Dane di tengah hutan seperti ini.

Dane... pria itu semakin hari semakin aneh. Jane bahkan tidak mengenal Uncle Dane yang dulu sangat baik dan ramah ketika dirinya masih kecil, atau mungkin Daniel berusaha menyembunyikannya selama ini.

"Jane!"

Jane sedikit terkejut saat pria itu memanggil namanya, ia berbalik. Melihat Dane berdiri tak jauh darinya dengan membawa rantai...

Jane mengernyit takut, kali ini apalagi yang akan Dane lakukan kepadanya.

"Mana menurutmu yang bagus Jane? Ini, atau yang ini?" Dane menunjukan rantai yang ada di tangan kanan dan kirinya secara bergantian. Jane bahkan tidak mengerti perihal rantai apalagi memilih yang lebih bagus di antara keduanya. Dane bertanya seolah ia harus memilih untuk dirinya sendiri, kalau Jane di suruh memilih maka ia tidak akan memilih keduanya karena tentu saja itu akan berakhir penyiksaan.

"Aku tidak suka rantai Uncle..." jawab Jane, seketika senyum di bibir Daniel menghilang begitu saja berganti wajah datar setelah mendengar jawaban Jane.

Jane meremas gorden yang ada di belakang tubuhnya, jawaban yang salah Jane. Rutuknya dalam hati.

"Kemari Jane!" Titah Dane, Jane hampir menangis hanya dengan melihat wajah dingin Uncle Dane. Mungkin sebentar lagi pria itu akan menyiksanya habis-habisan.

"Aku bilang kemari!" Katanya mengulangi saat Jane tak kunjung mengerjakakan perintahnya.

Kaki Jane terasa berat untuk melangkah maju, pria itu terus menatapnya tajam seakan ingin menghancurkan dirinya. Dan Jane merasa sangat ingin lari saat ini juga.

Jane berhenti tepat di hadapan Daniel, menunduk takut tak berani melihat Dane yang seperti seekor singa.

"Berlutut!" Katanya, Jane hanya bisa mengikuti perkataan Daniel. Ia berlutut di hadapan Dane, melihat kedua kaki pria itu yang berpijak di atas lantai kayu. Karena sepertinya hanya itu pemandangan yang menarik dari pada harus bertatapan dengan Dane.

"Tanganmu?" Lagi-lagi perkataan yang membuat Jane bergidik ngeri, Jane pernah melalui hal yang seperti ini. Tapi itu dengan Arthur, dan itupun atas dasar cinta dan kepuasan semata. Tapi bagaimana jika dalam keadaan di paksa seperti ini? Jane mengulurkan kedua lengannya dengan hati-hati, ia tahu Dane akan mengikat kedua tangannya dengan rantai tersebut, maka dari itu Dane menyuruhnya untuk memilih.

Dingin yang di rasa Jane, Dane melilitkan rantai tersebut di pergelangan tangannya. Sedikit ngilu, ketika Pamannya itu mengikatnya dengan kuat. Jane yakin pergrlangan tangannya akan membiru nantinya, dan entah kapan Dane akan membukanya. Mungkin ketika ia benar-benar menjadi wanita yang Penurut untuk Daniel.

"Uncle, sakit..." rintih Jane, tapi sepertinya Dane tidak mengindahkan perkataan Jane barusan dan terus melakukan kegiatannya. Dan kali ini Daniel telah beralih ke leher jenjang wanita itu, Jane ingin sekali memohon kepada Daniel. Tapi bersuara sedikit saja dan mengganggu konsentrasi pria itu akan membuatnya murka.

"Selesai..." ucap Dane yang terlihat sangat puas dengan hasil kerjanya kali ini, ia mundur beberapa langkah untuk menikmati keindahan yang tersaji di depannya. Jane bagaikan binatang peliharaan yang duduk diam dan mematuhi semua perkataan majikannya, dengan rantai yang membelenggu leher dan kedua tangannya. Jika Dane berlaku kasar sekalipun kepadanya, Jane tidak akan bisa melawan dengam kedua tangan terikat seperti itu.

"Such a beautiful..." gumam pria itu dengan menyipitkan matanya. Sementara Jane hanya bisa terdiam takut menunggu perintah selanjutnya.

Daniel menarik ujung rantai yang ada di leher Jane, membawanya berjalan layaknya binatang peliharaan. Jane berdiri saat rantai tersebut mulai kencang dan membawanya berpindah tempat.

"Hey, siapa yang menyuruhmu untuk berdiri?!" Kata Dane dengan nada dingin, wajah Jane telihat mulai pucat karenanya.

"Berjalan dengan menggunakan kedua kaki dan tanganmu!" Titah Daniel lagi, dan untuk kesekian kalinya Jane mengikuti perintah pria itu. Ia meletakan kedua tangannya yang terikat di atas lantai serta berlutut.

"Good girl..." puji Dane di sertai dengan senyuman di wajah tampan itu, tapi sayang sekali wajah tampan itu memiliki sejuta fantasi gila di kepalanya.

Daniel kembali berjalan dan menarik rantai di leher Jane, wanita itu berjalan merangkak terus mengikuti Dane hingga ke sebuah ruang TV dan duduk di atas sofa.

Jane juga ikut berhenti dan duduk bersimpuh di samping Daniel, pria itu tersenyum seraya mengelus rambut lurus Jane. Jane merasa dirinya benar-benar di rendahkan kali ini, karena ketakutannya kepada Dane begitu besar mengalahkan segala rasa malunya. Menjadi seorang yang Penurut, hanya itu yang bisa Jane lakukan saat ini. Entah sampai kapan...

"Kau sangat cantik Jane, kau harusnya bersyukur aku tidak membunuhmu seperti yang di perintahkan oleh Steph..." kata Dane menarik rantai di leher Jane sehingga wanita itu mendekat ke arah Daniel.

"...karena kau terlalu berharga dan aku tidak ingin kehilangan berlian sepertimu." Tambahnya, Jane sadar pria itu mulai meracau. Bibir pria itu begitu dekat dengannya, wajah tampan itu tertupi oleh rambut gondrong. Dane mulai mengecup bibir Jane dengan masih memegang rantai yang ada di leher Jane.

Kenyal dan basah yang di rasakan oleh Jane, ia tak berani melawan. Pria itu menggeram nikmat saat lidahnya menjalar di dalam rongga mulut Jane, deru nafas panas serta brewok tipis yang menggelitik sekitar bibir Jane.

Jane ingin menyudahi adegan ciuman ini, tapi Dane terus menarik rantainya dan memperdalam ciuman sehingga Jane kesulitan bernafas. Makin lama ciuman itu makin kasar, Dane makin rakus memainkan bibir Jane dan sepertinya bibir wanita itu akan segera membengkak.

Jane menggigit bibir Dane agar segera menghentikan ciumannya,

Plak!

Satu tamparan keras kembali mendarat di pipi Jane, wajahnya terlempar ke samping saat jemari besar Dane melayangkan pukulan di sana. Jane hanya bisa meringis menahan sakit, Dane kembali berulah kepadanya, dan itu hanya kesalahan kecil.

"Jangan berani melawanku Jane! Kecuali kau ingin nasibmu sama seperti Samantha" ancamnya, dan akan selalu begitu.

Ancaman yang menjadi senjata ampuh yang dapat meluluhkan Jane hingga menjadi Penurut untuk Daniel, seperti yang selalu pria itu katakan. Ia akan melakukannya dengan keras dan brutal jika sedikit saja Jane melawannya. Jane bahkan tidak dapat membayangkan jika Dane betul-betul akan melakukannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel