Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Kejadian satu malam

Dan malam itu keduanya bercinta, Jihan tersadar di tengah malam dan terkejut melihat sosok pria di atas tubuhnya. Suara lenguhan terus menggema dalam gubuk kecil milik Barata. Malam ini menjadi malam panjang untuk keduanya. Barata meminta Jihan memimpin permainan panas malam itu dan dia menurut.

Pagi datang begitu cepat, Jihan terbangun lebih dulu dan mendapati dirinya polos dalam pelukan seorang pria. "Ya Tuhan, apa yang aku lakukan semalam. " gumam Jihan lirih.

Pria di sebelahnya ikut terbangun, dia memperhatikan Jihan dari belakang. Wanita itu menoleh, Barata langsung menjelaskan kejadian semalam pada Jihan.

"Maaf neng, nama neng siapa? " tanya Barata dengan halus.

"Saya Jihan kang, kalau akang siapa? "

"Saya Barata Brawijaya, untuk kejadian semalam, akang akan bertanggung jawab sama neng Jihan. " ujar Barata dengan sungguh sungguh. Pria tampan itu langsung membawa Jihan ke pelukannya.

Barata melepaskan pelukannya, Jihan sendiri bangun namun sekujur tubuhnya terasa sakit. "Akang sakit. " rengek Jihan pada Barata.

Pria itu meminta maaf, menyibak selimut lalu menggendong Jihan menuju ke kamar mandi belakang. Dan di dalam sana keduanya mengulangi percintaan panas di sana.

Keduanya segera ke luar, Barata segera memakai kaos dan celana panjangnya. Dia mengambilkan daster untuk wanitanya, Jihan segera memakai nya langsung di depan Barata. Pria tampan itu meremas buah pepaya milik Jihan dari belakang.

"Akang jangan nakal ih!

"Akang nakalnya cuma sama neng Jihan kok. " Barata mendekapnya dari belakang dengan posesif. Selesai berpakaian keduanya ke luar, Barata mengajak sang kekasih mengunakan motornya.

"Kang kita mau ke mana? " tanya Jihan penasaran. Barata hanya tersenyum mendengarnya, tak lama mereka sampai di kantor pernikahan.

Di sana keduanya mendaftarkan pernikahan guna meresmikan hubungan mereka yang di hadiri beberapa warga sebagai saksi nikah. Setelah selesai menandatangani buku nikah, Barata mengajak istrinya pulang ke rumahnya.

Satu jam berlalu mereka akhirnya sampai di rumah Barata, rumah pria itu meski enggak terlalu megah namun tetap bagus dan tempatnya asri.

Barata segera menyimpan buku nikah mereka ke dalam lemari. Jihan sendiri masih tak menyangka jika dirinya sekarang menjadi istri dari Barata.

"Neng maafin ya rumah akang enggak mewah!

"Enggak papa atuh kang, sini duduk di dekat eneng. " pinta Jihan pada suaminya. Barata menaruh makanan dan teh hangat di atas meja.

Jihan mengatakan kejadian yang terjadi hingga dirinya jatuh tak sadarkan diri. Barata sendiri merasa sedih, dia memeluk tubuh sang istri dengan erat. "Padahal aku enggak pernah julid sama mereka kang, bagaimana bisa mereka jahat dan menuduhku menggoda suami orang. " gumam Jihan lirih.

"Udah neng jangan di pikirkan lagi, sekarang neng Jihan milik akang!

Barata langsung mencium bibir istrinya dengan lembut, Jihan sendiri membalas ciuman sang suami. Keduanya saling memperkenalkan diri satu sama lain, Jihan tak menyangka memiliki suami pekerja keras.

"Tapi Kang, akang Bara sebelumnya belum nikah 'kan? " tanya Jihan asal.

"Tentu saja belum neng, sekarang eneng istri akang. " ujar Barata sambil tersenyum. Jihan bisa bernafas lega saat ini, dia tak ingin di cap sebagai pelakor seperti saat di kampungnya. Pria tampan itu mengunci pintunya, lalu membawa istrinya menuju ke kamar.

Barata melepaskan pakaian istrinya hingga polos lalu bergantian dengan dirinya. Dia mendorong Jihan ke arah ranjang, mengajaknya kembali berciuman dengan liar dan panas.

Ciumannya turun ke leher hingga ke buah melon Jihan dengan ukuran lumayan menurutnya. Jihan melenguh pelan, perempuan itu memekik dan pinggulnya terangkat kala Barata mengobrak abrik lembah hangatnya.

Dan pagi itu mereka kembali bertempur di atas ranjang, suara merdu Jihan memacu Barata menghujamnya kian dalam. Terdengar suara erangan dan desahan dari dalam kamar mereka.

Hingga ronde ketiga Bara baru mengakhiri percintaan panas mereka. Jihan menarik selimut namun Barata melarangnya, lagipula tak ada siapapun di luar. Namun wanita itu tetap menutupi tubuh bagian bawah mereka.

"Akang kok gagah banget sih, akang pernah melakukan hal kayak gini ya? " tebak Jihan sambil menatap sang suami.

"Enggak atuh neng, namanya laki laki instingnya kuat apalagi urusan ranjang. " jawab Barata sambil terkekeh membuat Jihan langsung manyun. Wanita cantik itu hendak bangun namun Barata melarangnya. Ya Barata tadi membelikan sepuluh kemben beserta rok untuk istrinya saat di jalan.

Jihan memeluk tubuh kekar sang suami,dia begitu beruntung bertemu dengan pria sebaik Barata. Barata sendiri menciumi wajah istrinya dengan gemas, dia begitu memuja paras ayu yang di miliki Jihan.

"Ayuk Kang kita bangun, lalu mandi bareng. " ajak Jihan pada suaminya. Barata tentu saja bersemangat, pria itu bangun dan membawa istrinya ke kamar mandi.

Selesai berpakaian, Barata justru memperhatikan istrinya yang mengenakan kemben merah dan jarik. Diapun mengajak istrinya ke luar dan berjalan beberapa meter menuju ke tempat kerjanya, Barata sangat senang membuat kerajinan gerabah dari tanah liat.

Barata sedikit mengajari istrinya, pria itu ikut meremas adonan dalam wadah di depannya ini. Pria itu justru menciumi leher sang istri membuat Jihan meremang Akan sentuhannya.

Kemesraan mereka terhenti melihat ada beberapa orang datang, Barata langsung mengenalkan Jihan pada teman temannya itu.

"Halo Neng Jihan, aku Irma dan ini akang Hardi suamiku. " ujar wanita bertubuh kurus itu.

"Salam kenal Neng Irma, Kang Hardi. " sapa Jihan dengan ramah. Kang Hardi hanya mengangguk, pria itu memang tak banyak bicara terutama pada wanita lain. Mereka langsung mengerjakan pekerjaan masing masing.

Sementara para wanita tengah sibuk berbicara sambil mengerjakan membuat kerajinan gerabah.

Hampir lima jam mereka berkelut di sana, Barata mengajak istrinya pergi dulu dan tentu saja di maklumi pasangan Irma dan Hardi. Setelah cuci tangan pasangan pengantin baru itu memutuskan berkeliling. Pria tampan itu mengajak istrinya memetik buah jambu yang ada di dekat perkebunan.

Setelah merasa cukup puas berkeliling, mereka memutuskan langsung pulang ke rumah. Keduanya beristirahat di ruang tamu, Jihan memijit pundak sang suami yang terasa pegal menurut Barata. Pria tampan dan gagah itu menikmati pijitan istrinya yang begitu melenakkan.

"Gimana kang, enak enggak pijitan aku? " tanya Neng Jihan pada suaminya.

"Enak banget neng, apalagi pijat plus plus tambah mantep. " ceplos Barata yang membuat Jihan tertawa lepas. Kini giliran Barata yang memijit istrinya dari belakang, namun tangan kakak Barata justru menyentuh buah melon Jihan.

"Akang, bukan itu yang di pijit tapi pundak eneng!

Barata tertawa cengir, dia memijit istrinya dengan benar. Jihan mendengus geli, suaminya ini benar benar mesum rupanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel