Ringkasan
Kebahagiaan Jihan Alsava bersama Barata dan calon bayinya harus lenyap seketika. Wanita cantik itu harus kehilangan dua orang tersayang sekaligus akibat kecelakaan mobil Bagaimana jika Pria yang telah membuat Jihan kehilangan suaminya dan calon bayinya justru menikahi dirinya? Akankah Jihan menerima pernikahan itu dan memaafkan pria yang menjadi suaminya saat ini atau justru sebaliknya? Sementara sahabat wanita dari Danesh Arrayan berniat memisahkan dan menghancurkan rumah tangga Jihan dan Danesh?
Bab 1 Tuduhan Keji
"Hei Jihan, benar kamu menggoda suami bu RT? " tanya salah satu teman Jihan bernama Saras.
"Enggak, aku enggak pernah melakukan hal menjijikkan seperti itu Ras. " ucap Jihan dengan raut sendunya.
"Halah maling mana mau ngaku,banyak pemuda di sini yang kepincut sama kamu Jihan dan kamu menolaknya, apa kamu sukanya dengan suami orang hah. " tuduh wanita berambut pendek bernama Ismi.
Banyak gadis gadis yang menggunjingkan Jihan, membuat gadis cantik itu merasa sedih dan memilih pergi dari sana.Jihan menangis terisak, bagaimana mungkin orang orang itu berpikiran jahat padanya.
Jihan langsung masuk ke dalam rumahnya, simbok yang melihatnya segera memanggil sang anak. Perempuan paruh baya itu mengerutkan kening melihat putrinya menangis.
"Nak ada apa kenapa kamu menangis Jihan? " tanya Ibu Lastri pada Jihan.
"Ismi menuduh Jihan Buk, dia menuduh Jihan menggoda pak Rt padahal aku enggak melakukan hal itu. " keluh Jihan pada ibunya. Jihan menceritakan semuanya pada sang ibu, ibu Lastri tentu saja mengelus dada mendengarnya. Dia segera memeluk putrinya dengan erat, memberi kekuatan padanya.
Gadis itu menangis dalam pelukan ibunya. Bu Lastri sendiri merasa hancur hatinya melihat putrinya di rendahkan orang. Dia berusaha kuat dan memberikan semangat untuk sang anak.
Bu Lastri melepaskan pelukannya, lalu bangkit dan pergi ke dapur. Tak lama wanita paruh baya itu kembali dan menyerahkan segelas teh hangat untuk Jihan, Jihan menerimanya.
Sore harinya para warga datang berkunjung ke rumah bu Lastri. Ismi lebih dulu berteriak memanggil Jihan agar ke luar. Gadis itu terpaksa ke luar, para ibu ibu langsung menghujatnya dan menariknya menjauh dari sana.
"Kamu pergi saja dari sini, aku tak ingin kampung sini tercemar karena kelakuan menjijikan kamu ini Jihan. " ketus Bu RT dengan tatapan sinis nya. Jihan menangis terisak, dia menyangkal akan tuduhan yang di tunjukkan padanya.
Semua orang menatapnya jijik, Jihan hanya mampu menangisi nasibnya saat ini. Ismi diam diam tersenyum penuh kemenangan melihat Jihan yang di caci maki oleh ibu ibu yang lain. Mendengarnya suara keributan membuat bu Lastri ke luar dari rumah, wanita paruh baya itu menghampiri sang anak dan membelanya.
"Putriku bukan wanita pelakor bu ibu, kenapa kalian menuduhkan hal tak masuk akal seperti ini. " geram Bu Lastri.
"Bu Pasti, putri ibu ini salah harusnya kau enggak perlu membelanya. Sebaiknya kamu dan putriku pergi dari kampung sini agar tak membuat kampung ini tercemar namanya. " cetus Bu RT.
Jihan menggeleng, dia tak ingin ibunya di usir. Ismi dan Saras langsung menyeret Jihan pergi dari sana, Bu Lastri menangis melihat putrinya di bawa pergi tanpa bisa menolongnya.
Dia berusaha berontak namun Ismi dan Saras begitu kuat mencekalnya hingga mereka sampai di tepi sungai perbatasan desa.
"Untuk apa kalian membawaku ke sini Ismi, Saras? " bentak Jihan. Ismi tersenyum sinis, mencengkram dagu Jihan dan menatapnya dengan penuh kebencian.
Perempuan itu mengungkap sekenario yang dia buat untuk menjatuhkan nama baik Jihan. Jihan tersenyum nanar, bagaimana bisa Ismi berlaku kejam padanya seperti ini. Dia melampiaskan kebenciannya pada Jihan, Ismi begitu iri melihat Jihan yang di puja puja oleh para pemuda tampan di desa ini.
Tamparan dan jambakan di terima Jihan, Jihan terus berusaha membela dirinya. Hingga hujan mengguyur mereka dengan deras. Ismi langsung mendorong Jihan. Ke sungai, Saras langsung mengajak Ismi pergi dari sana sebelum ketahuan.
Tolong.
Jihan yang tidak bisa berenang berusaha meminta tolong, tak lama gadis itu tak sadarkan diri. Tubuhnya terbawa arus cukup jauh hingga ke seberang.
Menjelang malam seorang pria yang melihat Jihan, segera berenang dan menolongnya. Pria itu Barata Brawijaya, segera membawa tubuh Jihan ke tepi.
"Ya Tuhan tubuh gadis ini penuh luka
luka. " Barata segera menggendongnya lalu membawanya ke gubuk. Dia mengobati luka Juga dengan obat obatan herbal. Tak lupa dia meminta salah satu perempuan yang di kenal nya untuk menggantikan pakaian Jihan dengan sebuah kemben.
Hingga langit gelap dan hujan mulai turun dengan derasnya. Barata terus memperhatikan dan memastikan keadaan gadis yang dia tolong ini. Jihan mengigau menyebut nama ibunya, tangan Barata menyentuh kening Jihan dan terkejut.
"Tubuh kamu panas, malam malam gini pasti enggak ada tabib yang buka. " gumam Barata kebingungan. Pria itu mengumpat pelan, hanya ada satu cara yang dia lakukan. Pria itu segera melepaskan seluruh pakaiannya lalu naik ke atas ranjang, mendekap tubuh Jihan yang telah polos hanya tertutup selembar kain.
Barata sendiri menghela nafas kasar, ular kadutnya ternyata terbangun karena sentuhan dari kulit ke kulit ini. Dia berusaha menekan gairahnya yang naik ke permukaan saat ini. Ini bukan waktu yang tepat untuk berpikiran kotor apalagi, wanita di sebelahnya ini dia tidak kenal.
Dia tak ingin di anggap pria brengsek oleh perempuan yang dia tolong ini.Tapi mau bagaimana lagi suasana dan tempat seakan mendukung penuh keinginan yang tak tertahankan ini. Barata mengusap wajahnya kasar, dia mendnegarnya racauan Jihan yang menyebut nama ibu. Sepertinya gadis ini tengah mengigau nama ibunya.
Barata POV
Sebenarnya apa yang terjadi, bagaimana bisa wanita yang dia tolong memiliki luka memar di pipinya. Aku merasa kasihan sepertinya ada yang sengaja mencelakainya lalu mendorongnya ke sungai. Entah kenapa melihatmu rapuh seperti ini membuat hatiku terkoyak oleh pedang tak kasat mata. Hasrat dalam diriku kian berkorban saat berdekatan dengan dirimu nona, maafkan aku yang melakukan ini.
Dia menyibak selimutnya, tubuh gagahnya mendukung wanita di bawahnya saat ini. Barata menciumnya yang awalnya lembut berubah liar dan menuntut. Tanpa sadar Jihan melenguh, kala merasakan sentuhan di sekujur tubuhnya.
Barata menjamah tubuh Jihan tanpa ada yang terlewatkan, ada hasrat dalam dirinya yang begitu memuja pemandangan indah di bawahnya saat ini. Sebelum melakukan penyatuan pria itu membisikkan kata kata penenang.
Berhasil melakukan penyatuan, Jihan membuka matanya dan terkejut melihat pria di atasnya. Dia hendak menjerit namun di bungkam ciuman oleh Barata. Dan malam itu menjadi malam yang panjang untuk sepasang insan lawan jenis tersebut.
Suara erangan dan desahan menggema di dalam gubuk sederhana itu. Bara tak hanya melakukan satu gaya namun beberapa gaya yang dia lihat di ponsel. Pria itu juga menyentuh buah melon milik Jihan yang begitu padat dan bulat membuatnya semakin bergairah.
Suara merdu Jihan membuat Barata semakin bersemangat dalam menggempurnya. Dia seolah mendapatkan tambahan energi dalam percintaan panas mereka malam ini. Tanpa Jihan sadari perempuan itu begitu menikmati sentuhan Barata di tubuhnya.