Aku Menemukanmu!
Di sisi lain ada Deymond dan Zhea yang baru saja dari rumah sakit.
Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju ke mansion.
Ya, setelah Zhea sepakat untuk menjadi ibu susu baby Karel, tanpa menunggu esok, ia langsung mengajak Zhea ke rumah sakit untuk menjalani induksi laktasi.
Ya seniat itu tuan Deymond.
Dan kalian tahu bagaimana reaksinya, dia terus tersenyum tanpa memedulikan giginya yang kering serta rahang pipi yang terasa ketat.
Sedangkan Zhea sendiri terlihat seperti menyesal, atau malu.
Entahlah, sejak tadi ia hanya diam dan menatap keluar jendela.
Deymond menoleh sekilas, melihat Zhea hanya diam.
"Ada apa sayang? Apa sesuatu mengganggu pikiranmu?"
Deymond terlihat cemas kala Zhea hanya diam.
"Ya, kaulah yang mengganggu pikiranku."
Deymond mengernyitkan keningnya dengan senyum tipis.
Zhea menatap Deymond dari samping, bukan tatapan kagum melainkan lebih ke heran dan bingung.
"Bukankah sikap tuan sangat berlebihan tadi di rumah sakit?"
Mendengar ucapan Zhea mendadak formal membuat Deymond langsung menimpakan tangan kanannya di atas paha Zhea.
"Sepertinya aku lupa memberitahumu sayang. Setiap kamu berbicara formal denganku, aku akan menghukummu. Contohnya seperti ini."
Deymond meremas sekilas paha Zhea membuat Zhea menggigit bibir bawahnya untuk menahan suaranya.
"Atau bisa lebih dari itu," sambungnya membuat Zhea langsung menyingkirkan tangan Deymond dari atas pahanya.
Deymond mengulum bibirnya kala ia melihat Zhea menggigit bibir bawahnya, "Aku lebih suka kamu mengumpat dan mengataiku. Itu seperti kita sudah sangat akrab sayang."
Zhea yang mendengar hal itu ingin sekali meremas mulut Deymond.
"Sikap yang mana yang berlebihan sayang?" tanya Deymond lemah lembut dengan tatapan yang fokus ke depan.
Zhea mengatur napasnya sebelum kembali berbicara, "Tentang menjalani terapi hormon dan langkah- langkah lainnya dalam melakukan induksi laktasi, kenapa bukan kamu saja yang menyusuinya? Kita bisa melakukan trans gender lebih dulu, bagaimana?" Deymond yang mendengar hal itu bukannya marah malah tertawa.
"Kulihat kamu lebih bersemangat untuk melakukan induksi laktasi dibanding aku," gumam lirih Zhea yang masih terdengar oleh telinga Deymond.
Deymond kembali menimpakan tangan kanannya di atas paha Zhea.
"Gunakan dua tanganmu dengan baik untuk menyetir. Aku idak ingin bertemu Tuhan lebih dulu."
Peringati Zhea dengan begitu gugup kala tangan kekar Deymond di atas pahanya.
Deymond hanya terkekeh pelan, mengusap lembut paha Zhea.
Tak lama dari itu, ponsel Deymond berdering.
Ada nama Arka di sana.
"Halo."
Sapa Deymond sembari melihat Zhea sekilas.
"Cepat kemari, ada yang ingin melakukan transaksi."
Deymond kembali melihat Zhea sekilas.
"Aku akan ke sana!"
Deymond langsung mematikan teleponnya tanpa mengatakan apapun.
Ia diam sejenak, berpikir bagaimana caranya memberitahu Zhea.
"Sayang!"
Zhea mengepalkan tangannya, menahan diri untuk tidak memukul mulut Deymond saat ini.
"Bisa tolong panggil namaku?" Deymond menggelengkan kepalanya dengan gamblang.
"Aku ada urusan di club," Deymond menjeda ucapannya namun Zhea yang mendengar hal itu terlihat sangat berbinar dan begitu senang sekali.
"Kalau begitu turunkan saja aku di sini, pergilah ke clubmu!" Deymond menyipitkan tatapannya membuat Zhea sedikit takut saat ini.
Zhea kembali menatap lurus ke depan.
"Kamu ikut denganku!"
Tegasnya tak terbantahkan membuat Zhea menghembuskan napas pasrah.
Ia hanya bisa menatap keluar jendela dengan sendu dan sangat merindukan Bora saat ini.
Sedang apa cewek eksentrik itu? batin Zhea dalam hati.
***
Kini mereka telah tiba di club, Deymond sedang memarkirkan mobilnya di basement parkiran.
Deymond dengan cepat turun dari mobil dan bergegas membukakan pintu untuk Zhea.
"Cih, aku bisa membuka sendiri."
Deymond hanya menyunggingkan senyum tipisnya.
Namun senyuman Deymond langsung hilang saat ia melihat penampilan wanitanya.
Kenapa ia baru sadar?
Pakaiannya memang tidak begitu terbuka, namun mampu membuat mata buaya bisa menelisik masuk.
Deymond langsung melepas jasnya, menyampirkannya pada bahu Zhea.
"Kamu ingat! Jangan pernah lepas dari pandanganku."
Zhea lagi- lagi berdecak kala Deymond begitu terobsesi dengannya bahkan begitu over.
"Aku bisa menjaga diri," Deymond mendesis kala Zhea sulit untuk patuh dengannya.
Deymond langsung menggandeng tangan Zhea untuk masuk ke dalam club menemui orang- orang yang akan melakukan transaksi.
Saat kedua orang penuh pesona ini memasuki club, semua mata tertuju pada mereka berdua, tatapan kagum, iri juga ingin berteriak serasa menjadi satu.
Deymond langsung menghampiri teman- temannya di meja sudut tempat biasanya.
"Apa mereka sudah datang?"
Keempat pria tampan yang tengah bermain kartu itu dengan kompak mengangkat kepalanya.
Bukannya menjawab pertanyaan Deymond, mereka malah tertegun dan terhipnotis dengan kecantikan Zhea saat ini.
Deymond yang melihat mereka berempat hanya diam dan menatap kagum Zhea, dengan kesal dan rahang yang terlihat begitu ketat, langsung merengkuh pinggang ramping Zhea yang mana hal itu langsung menyadarkan mereka semua dari lamunannya.
Arka dengan cepat langsung berdiri kala melihat kode dari Zero jika Deymond sedang menunjukkan kepemilikannya saat ini dengan emosi yang tertahan.
Arka langsung membisiki Deymond tentang siapa yang melakukan transaksi.
"Dia baru datang 5 menit yang lalu."
Deymond mengusap- usap lembut pinggang ramping Zhea.
"Sayang, aku akan menemui klien di lantai atas. Bisa kamu tunggu di sini bersama dengan mereka? Aku tak akan lama."
Zhea dengan sangat antusias langsung mengangguk dengan mata yang tampak berbinar membuat Deymond memicingkan matanya kala melihat reaksi tersebut.
"Kamu terlihat senang saat aku pergi."
Zhea dengan cepat langsung mengganti raut wajahnya untuk berpura- pura sedih.
Deymond tersenyum sekilas, memalingkan wajahnya sembari menggigit bibir bawahnya.
"Kenapa aku merasa sulit untuk meninggalkanmu."
Mereka berempat yang mendengar hal itu sontak memandang jijik Deymond.
Zhea melebarkan kedua matanya begitu juga dengan mereka berempat yang langsung memalingkan wajahnya kala Deymond dengan bangsatnya menggigit leher jenjang Zhea.
"Kau!" tekan Zhea marah kala Deymond menggigit lehernya.
Deymond menyunggingkan senyumnya kala melihat kissmark pada leher Zhea.
"Aku sudah menandainya. Jangan berniat untuk menyentuh atau mengambilnya dariku. Aku akan menebas kepala kalian semua!" peringatinya sebelum naik ke lantai atas.
Mereka berempat menatap Deymond dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Bukankah sikapnya sedikit berlebihan?" tanya Arka yang terlihat sangat jengkel dengan sikap tengil Deymond.
Kini semua mata menatap Zhea yang tengah menutupi leher jenjangnya dengan perasaan malu.
"Cepat minggir, biarkan selirku duduk."
Zhea tersenyum tipis kala mendengar gurauan Arka.
Mereka berempat dengan kompak langsung mempersilahkan Zhea untuk duduk di kursi kebesarannya tuan Deymond.
Zhea sedikit canggung saat ini, karena tatapan mereka berempat hanya tertuju padanya.
Bukan hanya mereka berempat, bahkan hampir seisi club, lebih tepatnya para wanita, memandangi Zhea dengan kagum, iri juga benci karena tidak bisa diposisinya.
Namun dari sekian banyak pelanggan wanita yang memandangi Zhea dengan berbagai macam tatapan, ada satu orang yang begitu menonjol tatapannya dari mereka semua.
Tatapan penuh kebencian dan balas dendam.
"Aku menemukanmu!"