5. Silaturahmi di dalam mobil
Bara Nareswara POV
Gairahku sebagai laki-laki normal sudah berkobar dan benar-benar tidak bisa aku bendung lagi malam ini. Aku tidak peduli jika kami akan memulai sesi saling memuja kami di dalam mobil bukannya di dalam kamar. Tidak ada buruknya untuk dicoba juga bercinta di dalam mobil. Tempat yang begitu anti-mainstream dan mungkin adrenalin kami akan semakin terpacu karena Pak Purwoko bisa saja memergoki kami yang sedang melakukan hal gila serta tergolong melanggar norma agama apalagi norma masyarakat ini.
Perkataan Violet yang mengatakan bahwa ia percaya bahwa aku adalah takdirnya sejak pertama kali bertemu telah membuatku merasa tersanjung. Sejujurnya aku juga merasakan hal yang sama dengannya. Bahkan aku yang tidak pernah lupa menggunakan sarung untuk junior setiap kali ia akan bertamu ke liang kenikmatan seorang wanita, kali ini aku tidak menggunakannya.
Setelah aku berhasil membuat diriku serta Violet naked di dalam mobil, aku mulai melakukan apa yang sudah seharusnya kamu salurkan malam ini. Kami mencoba menyatukan partikel-partikel atom yang yang ada di dalam tubuh kami masing-masing. Saat aku pertama kali melihat tubuh Violet, aku yakin bahwa tubuhnya sangat siap menerima tubuhku.
Aku mulai menghisap dan memilin puncak gunung kembarnya yang membuatnya terus melenguh serta menggeram. Violet sepertinya juga bukan wanita polos karena kini ia sudah memegang juniorku yang sudah bangun dari posisi tidurnya dan mulai menantang dirinya untuk mengeluarkan sisi liarnya sebagai seorang wanita dewasa di hadapanku.
Permainan tangan Violet benar-benar berhasil membuatku mendongak dan menggeram dengan suara kejantanan.
"Maaf, Mas. Aku gemes banget," kata Violet dengan begitu sensual.
Oh shitt!!
Suara sensualnya laksana music pembangkit gairahku. Aku benar-benar akan meledak laksana bom atom sebentar lagi jika aku tak segera menyatukan tubuhku dengan tubuhnya.
Aku mencoba mengabaikan panggilannya dan aku tetap fokus pada apa yang bisa aku berikan untuknya hingga akhirnya bibirku berhenti di bagian inti milik Violet. Aku menyapanya dengan lidah dan suara lenguhan violet benar-benar membuatku semakin ingin mengobrak-abrik dirinya. Aku terus memberinya kenikmatan hingga intinya basah dan ia menggeliat bagai cacing kepanasan dibawah dominasiku.
Hanya butuh beberapa menit, aku sudah bisa membuat violet mendapatkan pelepasannya. Ia lemas di bawah tubuhku. Aku tidak peduli dengan jog mahal mobilku yang mungkin harus aku ganti esok hari. Bagiku tetap lebih berarti dan bermakna penyatuan diriku dengan Violet daripada uang yang akan aku keluarkan nanti.
"Blow job?" Tanyaku kepada Violet dan ia menganggukkan kepalanya.
Aku menanyakan tubuhku hingga kepala violet berada di dekat selangkanganku.
Sial...
Perempuan ini benar-benar lihat memainkan tangan dan lidahnya di atas juniorku.
"I like it, Mas."
Aku menundukkan kepalaku dan aku bisa melihat Violet begitu antusias mengulum juniorku laksana juniorku adalah sebuah ice cream dengan rasa baru yang baru saja ia cicipi rasanya. Aku benar-benar menikmati pemberiannya yang begitu nikmat ini.
"Mas, main di lembah gunung kembarku, ya?"
Perkataan Violet membuatku memundurkan diri dan kini aku hanya bisa diam serta pasrah saat Violet sudah memberikan kenikmatan dengan kedua gunung kembarnya yang berukuran jumbo ini. Hangat, nikmat dan benar-benar membuatku hampir meledak.
Aku tidak akan mau menebarkan benihku di luar rahimnya. Aku akan mengeluarkan benihku di dalam rahimnya dan aku pastikan setelahnya kami akan memiliki keturunan yang jelas akan membuat kami selalu berhubungan nantinya.
"Stop it."
Dengan terpaksa Violet meminggirkan tangannya dan aku langsung mencari posisi terbaik. Misionaris, itulah posisi yang bisa aku pakai saat ini. Tanpa banyak buang-buang waktu, aku segera mempertemukan junior dengan liang kenikmatan milik Violet yang benar-benar sudah melambai-lambai untuk aku masuki.
Bless....
Aku dan Violet sama-sama melenguh panjang. Kami sama-sama terdiam dan saling berpandangan. Sebutir air mata keluar dari sudut mata Violet. Aku mencoba menghapusnya dengan sebuah kecupan kecil yang aku berikan untuknya.
"Apa kamu siap?" Aku mencoba menanyakan kembali kepadanya tentang persetujuannya. Aku pastikan aku tidak akan melakukan apapun kepada tubuhnya tanpa persetujuan lebih dulu dari dirinya.
Saat Violet menganggukkan kepalanya, aku mulai menggoyangkan pinggulku dengan gerakan pelan hingga lama-lama semakin cepat dan dalam. Violet bahkan terlonjak.kenatas berkali-kali di bawah dominasiku. Tidak hanya tubuhnya, bahkan sepasang gunung kembarnya benar-benar membuatku semakin menggila karena mereka ikut bergoyang dengan begitu sempurna.
Desahan suara Violet benar-benar membuatku semakin bersemangat.
"Mas, Mas... Aku mau pipis."
Aku tidak memperdulikan perkataannya dan terus menginvasi dirinya dengan serangan-serangan yang membuatnya berteriak sesekali. Takut menimbulkan kecurigaan Pak Purwoko, aku meredam suara Violet dengan ciuman panjang.
Sial!
Aku benar-benar meledak dengan gairah Violet yang bisa mengimbangi diriku. Apalagi saat ia mulai melingkarkan kakinya di pinggangku. Seolah ia memberikan aku akses lebih dalam untuk menyapa g-spot terdalam miliknya.
Aku terus menggempurnya dengan kekuatan penuh hingga aku merasakan ada yang ingin mendesak keluar dari dalam diriku. Aku sengaja tidak memberitahukan kepada dirinya. Saat benihku sudah aku tebar sebanyak empat kali di dalam rahim Violet, aku jatuh di atas tubuhnya yang empuk ini.
Saat tubuh bagian depan kami saling bersentuhan, Violet memelukku dengan kedua tangannya. Ia mencium pipiku dan kali ini aku merasa dicintai sebagai seorang laki-laki. Peduli setan jika wanita ini sedang mabuk, namun gairah, cinta serta hasratnya begitu nyata karena bisa aku rasakan. Apalagi saat ia sudah berbisik di telingaku.
"Thanks, Mas. Please, don't leave me again. I can't live without you."
Oh my God....
Andai dia tahu siapa aku yang sebenarnya, mungkinkah ia akan tetap mengatakan kata-kata ini kepadaku? Sudah banyak wanita yang mengatakan hal ini kepadaku, namun mereka mengatakannya dalam keadaan sadar, tetapi Violet? Dia mengatakan hal ini dalam keadaan mabuk dan kemungkinan ia menganggap diriku sebagai Mas Rio.
Seketika aku merasa iri kepada Mas Rio ini. Ada rasa di dalam hatiku yang menginginkan Violet mengatakan kata-kata ini untukku secara sadar. Cepat atau lambat, suka ataupun tidak suka, aku akan membuatnya menjadi milikku. Aku akan membuatnya mencintaiku dengan segala kelebihan dan kekuranganku.
"Aku enggak akan ninggalin kamu. Aku akan selalu ada buat kamu."
Setelah mendengarkan perkataanku, Violet mengurai pelukannya pada tubuhku. Tidak mau membuatnya sesak napas karena beban tubuhku yang menindih tubuhnya, aku angkat tubuhku.
"Violet, one more again?"
Violet menganggukkan kepalanya dan aku segera membuka pintu mobil untuk keluar dari dalam mobil. Saat aku keluar dari dalam mobil, aku membantunya untuk turun. Aku mengernyitkan kening saat ia menggelengkan kepalanya.
"Why?"
"Gendong, Mas."
Seketika aku tertawa cekikikan dibuatnya. Setelah tawaku reda, aku segera menggendongnya dengan bridal style.
Tanpa memperdulikan tubuh kami yang sama-sama naked, aku menggendongnya memasuki rumah. Aku tak perlu takut ketahuan karena aku tidak memiliki pekerja rumah tangga yang menginap di rumah.
"Rumah kamu besar juga ya, Mas?"
"Kamu suka?"
"Biasa aja."
Damn it!
Aku kira ia akan terpesona, terpukau bahkan mungkin mengagumi rumahku ini, sayangnya tidak. Violet lebih memilih melesatkan bibirnya di atas bibirku. Aku harus mencoba menolak ciumannya lebih dahulu karena kami harus menaiki tangga. Aku berjalan secepat yang aku bisa untuk menaiki tangga dan menuju ke kamar utama yang merupakan kamarku.
Violet,
Kamu adalah wanita pertama yang membuat aku ingin memiliki dan semoga saja menjadi wanita terakhir yang akan aku sentuh di hidupku. Karena kini, aku mulai tertarik padamu.
***