6. Malam yang panjang
Bara Nareswara POV
Sejak malam hari hingga menjelang subuh ini, aku dan Violet terus menyatukan diri kami. Aku sudah tidak menghitung berapa kali kami bercinta setelah ronde yang kelima. Kini saat aku melihat Violet duduk diam sambil memandang kolam dari jendela kamar, aku peluk dirinya dari arah belakang tubuhnya.
"Kamu lihat apa?" Tanyaku pelan di dekat telinganya lalu aku cium pundak mulusnya.
"Langit."
"Memang ada apa di langit?"
"Bintang, Venus dan Merkurius setiap jam 4 pagi begini. Jangan bilang kamu enggak tahu."
Aku tersenyum dan memilih diam. Sejujurnya, aku tidak terlalu memperhatikan hal-hal seperti itu selama ini. Jangankan hal seperti ini. Biasanya setelah aku bercinta dengan para wanita yang aku temui di club malam, aku tak pernah buang-buang waktu untuk pillow talk layaknya suami istri begini. Setelah sama-sama puas aku akan pulang ke rumah dan melanjutkan tidur. Tapi saat ini, yang ada aku justru melakukan hal-hal yang layaknya dilakukan sepasang kekasih.
"Diam adalah jawabannya iya, kamu enggak tahu itu."
"Anggap saja, begitu," kataku sambil bangkit dari posisi tidurku.
Violet masih tetap tidak merubah posisinya walau aku sudah bangkit dari ranjang.
"Aku mau ambil wine di bawah. Kamu mau enggak?"
"Boleh."
"Okay, tunggu di sini."
Aku segera mengenakan celana boxer bergambar Hulk milikku dan segera keluar dari kamar. Aku menuruni tangga rumah dan langsung menuju ke meja bar yang ada di rumahku. Di rumah aku cukup banyak memiliki wine dari berbagai merek dan tahun yang tersimpan rapi di lemari. Aku mengambil satu botol dan dua buah gelas lalu aku bawa naik ke atas.
Saat aku masuk kembali ke kamar, aku menemukan Violet yang sudah duduk di balkon kamar. Tubuhnya hanya dibalut menggunakan kemeja putihku milikku yang walau kedodoran saat ia memakaikan, namun justru terlihat begitu seksi bagi diriku. Aku melangkahkan kaki untuk mendekatinya. Saat sudah sampai di balkon kamar, aku taruh wine dan dua gelas itu di meja. Aku peluk Violet dari arah belakang tubuhnya. Tubuhnya yang sintal dan perutnya yang ramping sungguh membuatku kembali bergairah. Aku tidak mau melepasnya. Aku cium pundaknya sekilas.
"What are you doing in here?"
"Menikmati indahnya pagi. Aku rasanya mau tetap memiliki waktu ini. Aku tidak mau fajar cepat menyingsing."
"Me too," bisikku di telinga Violet dan gairahku kembali bangkit saat aku menghirup aroma tubuhnya yang selalu membuatku melayang.
Pelan-pelan aku turunkan tanganku lalu tanganku mulai beraksi di setiap inci tubuh Violet yang halus mulus ini. Seolah tanganku sudah tau apa yang harus ia lakukan hingga akhirnya tanganku berhenti di inti Violet. Saat tanganku kembali menyapa intinya yang sudah lembab ini, Violet kembali mendesah dan melenguh panjang. Bahkan ia mendongakkan kepalanya dan ia sandarkan pada dadaku yang bidang.
Tangan kiriku kembali merajai tubuh bagian depan Violet. Aku remas gunung kembarnya secara bergantian dan aku semakin intens memberikan sentuhan-sentuhan memabukkan untuknya.
Kini aku menggeram saat tanpa aku sadari Violet sudah berhasil memegang junior yang mulai bangun dari tidurnya kembali.
"Wanna blowjob?"
Pertanyaan Violet membuatku susah payah menganggukkan kepala. Kini ia menarik kembali tubuhnya agar tegak dan dengan terpaksa aku melepaskan tanganku dari aktivitas menginvasi tubuhnya yang sintal. Ia membalikkan tubuhnya lalu pelan-pelan ia mulai berdiri diantara kedua kakiku. Aku hanya bisa diam memperhatikan dirinya yang sedang menurunkan boxer yang aku kenakan. Saat aku sudah sepolos seperti ketika diriku lahir ke dunia, Violet mulai memberikan kenikmatan-kenikmatan untukku melalui jari jemarinya, lidah serta bibirnya yang sensual itu.
Aku merem melek di bawah sentuhan Violet. Saat ia berusaha mengulum juniorku, aku pegang kepalanya dan aku menghentikan gerakkannya. Kini giliranku menggoyangkan pinggul maju mundur hingga membuat mata Violet membelalak lebar. Aku baru menarik mundur juniorku saat aku merasakan ada yang mendesak ingin keluar dari dalam tubuhku.
Segera saja aku membantu Violet berdiri dan aku membalikkan tubuhnya. Aku mendorong pelan punggungnya agar ia sedikit membungkuk. Setelahnya aku langsung memulangkan juniorku ke dalam inti Violet yang begitu hangat dan lembab. Kami melenguh berdua bersamaan. Beberapa detik kemudian, aku mulai menggempur Violet lagi hingga ia mendapatkan pelepasannya. Aku tak mau menghentikan aksiku dan aku terus menggempurnya hingga akhirnya aku kembali menebarkan benihku di dalam rahimnya. Beberapa saat kami terdiam dengan posisi aku memeluknya dari belakang dan juniorku ada di dalam inti Violet.
Aku mencium tengkuknya. Bersamanya, aku bisa merasakan sesuatu yang sungguh berbeda dari apa yang biasa aku jalani dengan para wanita yang aku temui di hidupku.
Beberapa saat kemudian ia mengurai pelukanku pada pinggangnya. Violet menegakkan tubuhnya dan ia berjalan ke arah meja tempatku menaruh wine beserta gelasnya. Tanpa menawariku lebih dulu, ia meminum wine itu. Gerakannya begitu sensual dan sexy di mataku. Melihatnya yang seperti ini, mm membuat pikiranku menjadi melayang dan berfantasi dengan gilanya.
Aku membayangkan Violet yang menuangkan wine dari atas tubuhnya laksana ia sedang mandi dan aku akan dengan senang hati menjulurkan lidahku di sekujur tubuhnya. Pikiranku sudah melayang dengan gilanya dan kini Violet membuka kemeja putih yang membalut tubuhnya. Kemeja putih itu jatuh ke lantai dan setelahnya, aku membelalakkan mata karena imajinasiku menjadi sebuah kenyataan yang menyapaku di depan mata.
Damn it!
Violet sungguh seorang wanita yang di luar perkiraanku. Ia berhasil mewujudkan imajinasi-imajinasi liarku menjadi sebuah kenyataan. Gairahku berkobar kembali pagi ini. Keinginan untuk menyatukan diri kembali dengannya begitu membuncah di dalam diriku.
Aku mulai berjalan ke arahnya dan aku mulai membungkuk di hadapannya. Aku menjulurkan lidahku untuk membersihkan aliran-aliran wine yang mengaliri tubuh bagian depannya. Aku baru berhenti menjulurkan lidahku saat bibirku sampai di puncak gunung kembarnya yang berukuran jumbo ini. Lama aku bermain di sana hingga akhirnya Violet melenguh panjang dan menjambak rambutku.
Baiklah ...
Akhirnya aku mengetahui jika wanita ini cukup suka bermain kasar. Aku tidak akan keberatan jika setelah kami bercinta nanti, tubuhku akan penuh dengan bekas cakarannya bahkan kissmark yang bertebaran di mana-mana.
Kali ini, aku akan kembali memuja dirinya dan aku pastikan Violet akan mendapatkan pelepasannya hingga ia bisa melupakan rasa patah hatinya akibat ulah laki-laki bernama Mas Rio itu.
***
Aku tersenyum dengan begitu puas sambil memandang Violet yang tidur di sampingku. Baru beberapa menit yang lalu ia tertidur setelah percintaan maraton kami. Saat aku melirik jam di dinding, jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Rasanya energiku juga sudah habis aku gunakan untuk berolah tubuh bersama dengannya. Kami menghabiskan dua botol wine dan rasanya kalo ini tidur adalah jurus ninjaku untuk mengembalikan staminaku. Semoga saja saat aku bangun nanti, Violet masih ada di sebelahku dan ia mau mengulangi hal-hal indah yang sudah kami lakukan sejak semalam berdua.
Sebelum aku menutup mataku, aku pandangi wajah Violet dalam-dalam. Setelah itu aku berikan kecupan singkat di kening serta pipinya.
Cupp....
Cupp...
Aku tarik wajahku mundur dan aku baringkan diriku di sampingnya. Aku peluk dirinya erat-erat agar dia tidak lari dari diriku setelah hari ini.
***