Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Aku Tidak Punya Ayah

Dirinya bukan ayah yang baik dan tidak layak jadi seorang ayah karena dia tidak memenuhi tanggung jawab seorang ayah! Dia ayah yang tidak bertanggung jawab!

Air mata mengalir dan Balin bergegas memeluk Siesy. Dia mendekatkan dahinya ke dahi Siesy dan berkata sambil menangis, "Ya, aku Balin. Maaf, ayah sudah pulang, ayah sudah pulang."

Hatinya terasa terpelintir dan terasa sangat sakit.

Siesy menatap Balin dengan bingung dan penuh keluhan!

Dia menunduk dan menggosok matanya dengan tangan yang penuh luka. Dia mengendus dan berusaha untuk tidak menangis, lalu berkata dengan suara bergetar, "Kenapa kamu tidak menginginkan aku dan ibu? Apakah kamu juga tidak menyukaiku? Aku tahu kalau aku yang tidak patuh, jadi nenek tidak menyukaiku, semua orang membenciku. Aku telah menyusahkan ibu. Ibu bisa hidup dengan lebih baik tanpa diriku. Aku tahu kalau aku tidak berguna."

Aku tidak berguna ......

Kata ini terdengar sangat memilukan karena keluar dari mulut anak berusia tiga tahun.

Dia baru berusia tiga tahun lebih.

Usia yang seharusnya masih dimanja malah membuatnya berusaha menyenangkan orang lain dan membuatnya berusaha menjadi anak yang patuh ......

Anak sekecil ini malah sudah tahu artinya mengalah.

Berapa banyak penderitaan yang telah dia hadapi?

Hati Balin serasa robek lalu ditikam pisau! Kemudian ditimpa batu satu ton sehingga hatinya terasa berat, sakit dan pahit.

"Maaf, maaf, ayah bersalah. Ayah yang tidak baik, ayah suka dengan Siesy, semuanya salah ayah."

Siesy mendongak dan melihat Balin dengan bingung tanpa mengatakan apa-apa. Rasa sakit di tubuhnya membuatnya gemetaran, tapi dia masih berusaha menahannya.

Pria ini adalah ayahnya, tapi dia sekarang tidak bisa mengucapkan kata "Ayah" yang telah dia panggil berulang kali di dalam mimpinya dulu.

Aku selalu merindukanmu dulu dan memanggil ayah setiap hari. Namun … aku tidak ingin memanggilmu ayah sekarang! Kamu tidak menyukaiku dan ibu, ibu ditindas orang, tapi kamu tidak datang! Aku tidak ingin memedulikanmu, kamu ayah yang jahat, jadi aku tidak ingin memanggilmu ayah.

Bulir bening terus berputar di dalam mata Siesy yang cerah, tapi dia terus mengatupkan bibirnya dan tidak bicara!

Matanya yang polos membuat mata Balin memerah, hatinya sakit, dia merasa bersalah sehingga menunduk!

"Kamu tidak memedulikan aku dan ibu, kamu tidak melindungi ibu, jadi aku tidak mau menjadi putrimu. Aku hanya ada ibu, tidak punya ayah!"

Siesy tiba-tiba menangis kencang, semua kesedihan dan keluh kesahnya dia lampiaskan begitu saja.

Dia marah dan memukul tubuh Balin dengan kedua tangannya.

Hati Balin hancur.

"Balin, kenapa kamu baru datang? Kamu bukan ayah yang baik, aku tidak merindukanmu sama sekali, tidak suka denganmu, aku tidak mau memanggilmu ayah."

"Ibu ditindas dan menangis setiap hari. Aku melihat semuanya, tapi kamu tidak datang dan tidak peduli."

"Kamu juga tidak menginginkanku, ayah dan suami apa kamu ini? Anak lainnya ada ayah yang melindungi mereka, hanya aku yang tidak punya ayah."

"Kamu tidak memedulikanku dan ibu, kenapa kamu menikah dengan ibu? Kenapa melahirkanku!"

Satu per satu pertanyaan yang dilontarkan seperti pisau yang menikam jantung Balin.

Setiap tikamannya sangat menyakitkan.

Balin tidak bisa menjawab pertanyaan anak berusia tiga tahun, dia hanya bisa menangis.

Seorang pemimpin Dewa Perang bahkan menangis.

Dia bahkan tidak takut saat berhadapan dengan para dewa perang sepuluh negara.

Tapi sekarang, dia tidak berani menatap mata putrinya yang penuh pertanyaan.

Dia tidak bisa menjawabnya.

Jantungnya berkedut karena sakit.

Dia memakai nyawanya untuk melindungi ratusan juta orang.

Namun, istri dan anaknya malah disiksa orang!

"Maaf, maaf. Ayah akan melindungimu dan ibu kelak, ayah hanya melindungimu dan ibu. Aku akan membawamu mencari ibu, mari kita pergi mencari ibu."

Balin menggendong Siesy dengan air mata berlinang dan hati yang hancur.

Pada saat ini, Casandra tiba dalam perlindungan Cakra.

Balin mengisyaratkan Cakra dan orang lainnya untuk menutupi mayat Farah supaya tidak terlihat oleh Casandra.

Dia akan menanggung semua dosa dan kegelapan seorang diri!

Casandra menggendong Siesy dan berkata sambil menangis, "Anakku Siesy, maaf ibu tidak melindungimu dengan baik, maafkan ibu."

"Ibu, aku mau pulang ke rumah, aku takut."

Sampai saat ini, Siesy yang terus berusaha tegar baru bersikap seperti anak kecil dan menangis.

"Pergi ke rumah sakit dulu, lalu ibu akan membawamu pulang ke rumah."

Casandra menyeka air matanya dan buru-buru mengantar Siesy ke rumah sakit.

Untung saja, meskipun luka Siesy sangat mengerikan, tapi semuanya hanya luka luar saja.

Setelah Siesy selesai diobati, Casandra tidak membiarkan Balin menggendongnya dan langsung pergi.

Saat Balin ingin mengejarnya, Yuki buru-buru menyerahkan sebuah kartu undangan berwarna ungu kepada Balin dengan kedua tangan, "Marsekal, penguasa telah mengubah upacara pelantikannya menjadi besok. Pernikahan Anda dan Nyonya juga diadakan besok."

Balin melihatnya, lalu buru-buru menyusul istri dan anaknya.

Siesy bersandar dalam pelukan Casandra, matanya menatap Balin tanpa berkedip dan bertanya dengan cemberut, "Balin, apakah kamu akan pergi lagi?"

Casandra menegurnya, "Panggil ayah."

Siesy menunduk dan terdiam.

Hati Balin terasa sakit dan segera berkata, "Tidak akan pergi lagi, aku tidak akan pergi lagi. Dia masih belum terbiasa, berikan waktu untuknya."

"Kamu juga tahu ya."

Casandra menjawabnya sehingga Balin tidak bisa berkata-kata.

Setelah kembali ke rumah, Balin tertegun dan bertanya, "Sandra, kenapa kalian masih belum pindah ke vila?"

Seingat Balin, meskipun dia tidak kembali, tapi diam-diam membantu Keluarga Wongso. Seharusnya Keluarga Wongso sudah menjadi keluarga kelas tiga.

Kenapa istrinya masih tinggal di perumahan lama ini?

Casandra melihat Balin dengan dingin dan berkata, "Keluarga kami memang semiskin ini, tinggal jika mau dan pergi saja kalau tidak bersedia."

"Sandra, aku tidak bermaksud seperti itu, aku …" Balin tidak tahu harus berkata apa-apa.

"Kalau begitu, apa maksudmu?" Casandra memelototi Balin.

Siesy ketakutan dan berkata dengan sedih, "Kalian tidak boleh bertengkar."

"Putriku, siapa yang telah menindasmu?"

Lanny Jayadi, ibu mertuanya keluar dengan marah dan tercengang saat melihat Balin.

Kemudian masuk kembali dan keluar dengan sebuah pisau sambil memaki.

"Balin, dasar tidak tahu terima kasih. Kamu masih berani pulang, kenapa kamu masih belum mati? Kamu mau mencelakai putriku lagi ya, aku akan membunuhmu."

Lanny langsung mengarahkan pisau ke dahi Balin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel