Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Menyebalkan

Bab 9 Menyebalkan

H A P P Y R E A D I N G

"Hemm, baiklah. Aku akan menurutimu."

Bara mengiyakan semuanya, Zara begitu risih dengan bekas ciuman dan sentuhan Kevin. Ia ingin membersihkan nya dengan Bara, Sahabat tercintanya. Sahabat mesumnya. Anjir otakku.

Bara mulai melumat bibir Zara dengan menahan tengkuk leher agar bisa lebih waw. Zara pun membalas lumatan itu, tangannya ia kalungkan di leher Bara. Tangan Bara mulai meraba-raba punggung, tapi tangan Zara mengarahkan ke area bukitnya kode minta di remas. Bara pun diam, mata mereka saling terpejam.

Drt...

Drt...

Getaran ponsel bara.

Bara melepaskan ciumannya, Karna Bara mengangkat teflon agak menjauh dari gadis itu. Zara sedikit jengkel wajahnya begitu masam. Kemudian gadis itu meninggalkan ruangan, langkahnya menuju kamar atas.

Brakkkk.. Pintu tertutup begitu keras.

Bara memejamkan matanya sebentar, ia tahu bahwa Zara marah padanya. Karna ini penting telfon dari kak daniel, Bara mengiyakan apa yang dikatakan Daniel. Lalu menutup telfon, langkahnya menuju kamar untuk membujuk Zara agar tidak marah namun Bi Asih memencet bel pintu depan.

Tingtong!

Bara membalikkan badannya lalu membuka pintu disana ada Bi asih bersama seorang gadis. Tak asing bagi Bara dengan gadis ini senyuman dibibir membuat wajah imutnya memerah. Dia adalah Bella gadis yang menyukai Bara.

"Loh bibi kok bisa bareng dengan Bella?"tanya Bara

"Oh, ini tadi bibi dan Bella bertemu didepan sana."jawab Bi asih

"Oh iya iya, ayo masuk."

"Ayo bella masuk saja."ucap Bara

Mereka masuk dan duduk diruang tamu, sedikit berantakan ada dasi, tas disofa. Bella membalakkan matanya melihat tas Zara, ia mungkin akan menanyakannya nanti.

"Bi beresin ini dulu ya."ucap Bara sedikit malu biasanya ia tidak pernah menyuruh bi asih. Karna ada Bella ia malu jika berantakan.

"Ada apa bella kesini?"tanya Bara, sejak tadi gadis itu hanya diam matanya mengelilingi sudut ruangan.

"Emm, ada pelajaran yang Bella kurang jelas, jadi em kesini mau belajar sama kakak."jawab gadis itu sedikit malu.

"Baiklah, kalau begitu nanti sekalian belajar bersama dengan Zara."

"Kak Zara ada disini?"tanya Bella

"Iya lagi dikamar, sepertinya sedang tidur siang."

"Oh iyaiya kak."

Bi asih memberikan minuman untuk Bella, gadis itu tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada Bi asih.

.. ..

"Menyebalkan huh kesal aku."gerutu Zara didalam kamar wajahnya ditutup oleh bantal. Badannya terlentang, terdengar suara ketukan pintu.

"Ra..makan dulu."ucap Bara menyuruh Zara untuk makan siang.

"Tak usah mengganggu ku."ucap Zara

Beberapa menit kemudian..

Karna perutnya terasa lapar Zara keluar dari kamar menuju dapur dirinya terkejut melihat Bara dan Bella duduk bersama saling mengobrol. Mereka berdua baru selesai makan siang, Zara pun membuka kulkas mengambil air es. Semakin jengkel hatinya dengan gadis itu, sampai tidak mau menatap ke arah mereka.

"Makan dulu ra."ucap Bara tapi tidak direspon oleh Zara, gadis itu fokus berdiri didepan kulkas yang belum tertutup tangannya membawa gelas.

Dupp.. Suara kulkas yang tertutup sedikit kasar.

"Ra.. "

"Aku tidak nafsu makan!" cetus Zara.

"Susu nya dingin ra, ayolah makan dulu."suara Bara sedikit meninggi.

"Aku tidak mau."ucap Zara hentakkan kaki terdengar sengaja cukup keras menuju kamar, menandakan betapa kesal dirinya dengan Bara.

Bella hanya menunduk merasa dirinya yang menjadi penyebab ini semua. Bella berfikir bahwa Zara adalah saudara dari Bara, karna mereka satu Apartement sekarang.

"Kak, aku pulang saja ya. Tidak enak kak Zara marah begitu pasti gara-gara aku."ucap polos gadis itu sedikit gugup.

"Ini bukan salahmu, tadi itu ada masalah sedikit sebelum kau datang kesini."jawab Bara merasa tidak enak dengan Bella, sikap Zara memang seperti itu jika moodnya hancur.

"Em iya kak."

"Iya sudah ayo kita mulai saja belajarnya."ujar Bara kemudian mereka menuju ruang tengah, dimana mereka akan belajar bersama.

"Bi, bawakan makanannya ke kamar Zara." Ujar Bara

"Iya tuan, bibi sudah siapkan makanannya."

Bi asih mengantarkan makanan Zara ke kamar, jika pengasuhnya yang masuk pasti Zara membiarkannya. Hanya Bi Asih lah orang yang mengerti Zara dari kecil menyayangi seperti anak sendiri. Setelah masuk ia mencari keberadaan Zara ternyata gadis itu ada dibalkon kamar. Duduk santai sembari memasang earphone ditelinga.

"Non Zara."

"Eh bibi."

"Makan dulu yuk, sini bibi yang menyuapi."

"Hehe, mereka sedang apa bi?"tanya Zara terlalu kepo jika urusan sahabatnya membawa seorang gadis.

"Oh itu, mereka sedang belajar bersama non." Jawab Bi Asih kemudian menyodorkan sendok serta isi kedalam mulut Zara.

"Mereka tak mengajak Zara, huh menyebalkan." Gerutunya.

Bi asih pun menyuapi Zara karna gadis itu terlalu manja dengannya. Bi asih sangat tahu bagaimana Zara kurang kasih sayang seorang ibu. Hanya papa yang selalu ada untuk Zara dan Bi asih. Karna Zara tidak memandang pembantu majikan asalkan orang itu tulus menyayanginya. Zara sudah menganggap Bi asih sebagai bagian dari keluarganya.

Maka dari itu kasih sayang Bi asih begitu tulus, Zara dulu juga pernah bilang. Jika Bi asih mau nikah dengan papanya pasti Zara akan sangat menyutujui. Sayangnya Bi asih tidak mau.

"Bi, sudah."ucap Zara menyudahi padahal baru separuh.

"Tanggung non, ya sudah minum susunya tadi tuan Bara yang buat."ucap Bi Asih, ia mengiyakan perkataan Zara menyudahi. Jika dipaksa pun Zara tidak akan mau.

"Alhamdulilah kenyang bi."

Zara merasa begitu lelah dan mengantuk, dirinya memainkan ponsel untuk mengepoi Baekhyun. Ternyata Baekhyun updhate ughh betapa membulatkan matanya melotot melihat selfi Baekhyun.

"Huaaaammm, ngantuknya."gumam Zara sembari menutup mulutnya yang menguap.

"Iya sudah ke kamar saja ya."ucap Bibi asih menyuruh Zara untuk tidur di ranjang.

"Tidak bi, zara masih ingin disini." Jawab Zara.

"Iya sudah bibi ke dapur ya."

"Iya bi, kak Daniel tidak kesini yah?"

"Tidak, mungkin besok non."

"Iya sudah."

Setelah makan Zara merasa mengantuk matanya terpejam sampai tertidur dibalkon kamar untung saja ada sofa empuk disana.

. . . . .

Setelah belajar bersama Bella pulang diantar oleh Bara, karna hari sudah gelap Bara tidak tega jika gadis itu pulang sendiri. Didalam mobil Bella hanya diam, keheningan disana sikap gugup yang semakin gugup didekat Bara. Pertanda Bella memiliki rasa yang lebih, tapi ia berusaha menangkal semuanya. Apa ia Bara akan membalas perasaannya.

"Bella kenapa diam?"tanya Bara memecah keheningan.

"Em, tidak apa-apa kak."jawab Bella kepalanya sedikit menunduk.

"Ngantuk ya?"

"Iya hehe."

Karna Bella sudah mengantuk, tanpa sengaja matanya terpejam dan tertidur dimobil. Bara melihat ke arah gadis itu, Bara tidak begitu tertarik dengan gadis itu meski imut dan polos. Hatinya masih hanya untuk Zara. Ups!

Setelah sampai diperkarangan rumah Bella, Bara menepikan mobilnya. Sepelan mungkin menggoyangkan tubuh Bella agar terbangun dan tidak terkejut.

.

Akhirnya Bara memutarkan mobilnya dan kembali ke Apartement. Pria baik hati, ganteng, pintar, cool meski sedikit mesum. Bara selalu ditaksir banyak gadis, bahkan mantannya saja masih suka menggodanya.

Bara pun sampai, dirinya masih mengenakan baju kemeja panjang dan celana sekolah. Belum mandi masih bauk kecut:v. Niatnya membersihkan diri tapi mengingat Zara yang sejak tadi di kamar, Bara pun menuju kamar sahabatnya.

Waktu mengetuk pintu tidak ada jawaban, Bara langsung masuk begitu saja. Mencari keberadaan Zara dan ternyata gadis itu ada disofa balkon kamar sedang tertidur pulas. Hanya memakai tanktop dan Rok sekolah earphone yang masih terpasang ditelinganya.

Bara meneguk salivanya kasar menahan apa yang dirinya lihat, yang sekarang maupun yang tadi. Yang tadi lebih jelas kedua bukit Zara terlihat begitu jelas untung saja polisi tidak melihat.

Bara membopong tubuh gadis itu dengan perlahan, merebahkannya diranjang tangannya tertindih punggung Zara, karna tangan kirinya memakai jam. Zara terkejut.

"Aww."gumah lirih gadis itu, matanya masih terpejam.

"Bara, kau membuatku kesal."ucap Zara pelan sepertinya begitu kesal.

"Dia mengigau."gumam Bara tangannya berusaha mengangkat tubuh Zara tapi itu sia-sia.

Zara terbangun matanya terbuka sedikit demi sedikit. Karna melihat Bara yang ada didepannya, Zara pun mengabaikan lelaki itu. Rasa kesalnya belum hilang tiba-tiba...

Cup..

Bara mengecup bibir gadis itu lumatan lembut, tubuhnya bergerak mendindih gadis itu. Zara memberontak tapi percuma Bara lebih besar darinya, tangan Zara ditahan badannya begitu menempel. Zara pun membuka mulutnya membalas lumatan yang semakin kasar lidah mereka saling bergoyang, saling menghisap.

"Empphh."desah Zara yang begitu tercandu oleh ciuman Bara.

Ciuman mereka semakin panas sampai hampir kehabisan nafas, Bara melepaskan ciuman itu. Nafas yang terengah-engah, saling menghirup oksigen. Kemudian berciuman lagi kali ini lembut, ciumannya menghasilkan suara yang membuat kamar itu tidak hening. Begitu dengan desahan Zara. Bara pindah ke leher ciuman itu menghapus bekas kevin. Ia kecup kecup seolah Zara adalah miliknya, itulah harapan Bara sebenarnya.

Karna tidak menahan ghairah panas ini, Bara menghisap leher gadis itu menghasilkan tanda kepemilikan. Berkali-kali Bara menghisap desahan Zara semakin tidak karuan.

"Aahhh, emmpphhh."

"Teruss saja ra....."

Bara semakin buas tangannya meremas-remas bukit itu, tangannya masuk kedalam tanktop. Bra yang sudah ia buka kancingnya mempermudah tangannya memainkan punting gadis itu, ciuman itu pindah didekat bukit mungil. Menghisap terus menghisap, Zara mendesah kenikmatan "Ughhhh."

Entah kapan Bara pun sudah melepaskan tanktop itu sampai Zara bertelanjang dada, Bara juga sudah bertelanjang dada. Bertelanjang dada cuy:v, Bara kembali melumat bibir itu, Zara memejamkan mata sejak tadi tangannya ia kalungkan dileher Bara menandakan tidak ingin diakhiri begitu cepat. Bara membuka mata ia sadar apa yang ia lakukan tapi demi permintaan Zara apa salahnya jika perasaan"Apa aku harus melakukan itu agar kau jadi milikku." cintanya kepada Zara bisa terbukti. ucapan Bara dianggukki oleh Zara dengan matanya masih terpejam menikmati remasan Bara.

Bara masih berpikir panjang tidak secepat itu ia lakukan. Mereka masih sekolah apa yang akan terjadi nanti jika Bara melakukan itu. Ehem:v

Ciumannya turun ke kedua bukit itu tangan satunya meremas dan bibirnya menghisap puting itu. "Arggghhhh."desaah Zara dirinya sudah orgasme yang ketiga kalinya. Ciuman Bara begitu membuat dirinya semakin menggelincang.

"Aw, ini apa bara menusuk perutku."ucap Zara tangannya menuju kecelana milik Bara yang sudah sesak. Juniornya menegang sejak tadi.

"Pegang raaa..remas ra saja."desah Bara.

Karna ghairahh mereka yang membara, semakin gilaaa Zara pun meremas-remas junior itu dari balik celana. Saling meremas menghisap sampai akhirnya Bara meminta Zara untuk membuka resletingnya. Zara mengiyakan ghairah malam ini begitu panas keringat yang bercucuran dibadan mereka. Baru pemanasan belum sampai vinish.

Bara mengelus area sensitiv milik Zara, hanya mengelus dibalik celana dalam. Tangannya ingin mengelus secara langsung tapi dirinya berfikir lagi berfikir lagi. Jangan, jangan. Dalam hatinya untuk menolak ghairah yang menguasai nafsunya. Bara menghentikan elusannya, tangannya meraih tangan Zara dan menyuruh gadis itu untuk mengalungkan kembali ke lehernya. Mereka berciuman lembut, terlihat jika Zara membuka matanya yang begitu dipenuhi ghairah. Bara menatapnya, tatapannya begitu membuat pipi Zara memerah.

.

Karna begitu lelah mereka tertidur Bara merebahkan tubuhnya disamping Zara. Gadis itu sudah terlelap didekapannya, menarik selimut lembut menutupi tubuh polos mereka.

Dududududu.

Pagi 06.30 WIB.

"Ha???? Baju aku mana anjiir, aarghhh baju aku tidak ada. Aku telanjang aduhh."

"Bara juga aduh mati aku."

Tubuh polos mereka tertutup oleh selimut putih nan hangat. Membuat Zara semakin ketakutan apa yang terjadi semalam. Bara masih tertidur pulas tubuhnya tengkurap tanpa pakaian selehai pun, Zara mencoba menggoyang-goyang kan tubuh kekar itu. Belum berhasil, Zara pun mengambil mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Masih sama dirinya tidak ingat apapun:v, "eghhh"lenguh Bara membalikkan tubuhnya dan bangun melihat Zara yang kebingungan.

"Kenapa ra??" tanya Bara.

"Kau melakukan apa padaku hem, kenapa kau jahat bara hiks menyebalkan!" gadis dengan raut yang amat kesal dan kenapa berani melakukan ini.

"Apa ra? Aku Cuma melakukan apa yang kamu suruh, tidak lebih kok."

"Tapi, kenapa aku tidak memakai baju?"

"Apa kau tidak ingat? Kau mengelus-ngelus milikku." Ujar Bara.

"Gilaaa, anjirrr hiksss."

"Bercanda ih, tidak lebih kok. Muuach, ayo bangun."ucap Bara bibirnya mencium pipi Zara sekilas.

Zara belum percaya tangannya mencoba membuka selimut ternyata Bara memakai celana pendek dan dirinya memakai rok. Sedikit lega lagian dia juga tidak merasakan nyeri pada bagian area sensitiv.

"Huftt ternyata tidak."gumam Zara

"Aku tidak melakukan apapun, mandi sana ih."ucap Bara dirinya masih terbaring diranjang.

"Aku lesu."

Perutnya terasa lapar, Zara pun menuju toilet dengan membawa selimut untuk menutupi tubuhnya. "Ra jangan dibawa gue kedinginan nih"gerutu Bara

"Aku mau mandi."

Bara bangkit dari ranjang ia teringat jika semalam adalah pergulatan yang berghairah. Kalau saja Bara mengendalikan nafsunya pasti sekarang Zara tidak bisa berjalan, badannya akan terasa sakit semua. Tapi Bara memikirkan itu seribu kali memang dirinya tau jika nanti Zara akan menjadi miliknya. Karna keluarganya sudah menjodohkan mereka sejak kecil, hanya Bara saja yang mengetahui.

Bara memungut kemejanya yang berserakan ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Padahal baru pemanasan tapi kenapa seperti ena-ena nih." Bara pun keluar kamar, menuju kamarnya dan membersihkan diri.

. . . .

Keesokkan harinya....

Upacara senin pagi yang sudah dipenuhi siswa siswi. Zara pun berada ditengah biasanya matanya melirik ke gabriel yang tidak jauh darinya. Sudah kebiasaan Zara, kini matanya mengarah ke Bara yang tampak cool dengan jakun yang begitu menonjol.

Bukan Cuma Zara saja ternyata gadis polos yang bernama Bella juga sedang memperhatikan Bara. Ketampanan Bara benar-benar membuat Bella menjadi mengaguminya mungkin juga menyukainya.

Seperti biasa jika sudah istirahat ditempat mendapat komanat dari pimpinan upacara, dan mendapat ceramah dari pembina upacara. Zara menutup telinga dengan earphone miliknya, baginya isi dari guru itu pasti sama saja. Tidak ada guna baginya, mulutnya komat-kamit itupun menarik perhatian Lisya.

"Plukk." Lisya menabok pelan bibir Zara,

"Sakit kunyuk."

"Makanya diam, di nasehati mulutmu malah komat-kamit."ucap lisya.

Setelah upacara selesai Zara sangat haus ia berencana menuju kantin, sangat sepi. Tidak ada murid selain dirinya, tapi seperti ada yang mengikutinya. Langkahnya berhenti tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang, tidak sempat memberontak.

Brugh.. Punggung nempel didinding gang lorong sempit. Zara membuka matanya terlihat ketampanan seseorang.

"Gabriel."ucap Zara terkejut.

"Apa yang kau lakukan di luar kelas hm?"tanya Gabriel tatapan ini benar-benar beda dari biasanya.

"Emm, haus."

Chup..

Gabriel mengecup bibir Zara, gadis itu membulatkan matanya terkejut. Tidak ada lumatan hanya kecupan kecil dan bibir menempel. 1 menit lamanya Gabriel melepaskan kecupannya, begitu kikuk.

"Maaf."ucap Gabriel sedikit kikuk melihat Zara yang terpaku didepannya.

"Aku tidak menyangka." Pipinya merah merona bukannya malu Zara malah membalikkan badan Gabriel mengubah posisi mereka.

"Kenapa ra?"tanya Gabriel posisi mereka berubah tidak ada penolakan dari lelaki itu.

"Yakin, kau tak ingin lebih dari itu?"

"Aku tidak ahli." Jawab jujur Gabriel.

Zara mencium bibir Gabriel melumatnya lembut tangannya memegang baju lelaki itu. Tiba-tiba bibir Gabriel membalas ia juga melumat, mereka saling berpagutan ternyata Gabriel juga ahli. Tangannya menahan tengku leher gadis itu, agar lebih dekat. Ciuman itu dilakukan ditempat sepi, tidak ada siapapun kecuali mereka.

Gabriel melepaskan ciumannya tangan kanan menyingkirkan rambut Zara yang menutup pipi mulus gadis itu.

Drt..

Drt..

Bergetar ponsel milik Zara disaku seragam, karna mereka saling tatap-tatapan Zara tidak menghiraukan ponselnya.

"Kenapa tidak diangkat?"Gabriel membuyarkan semuanya.

Zara hanya menggelengkan kepalanya, tangannya masih memegang baju lelaki itu. Tidak ada percakapannya disana, sebenanya Gabriel ingin mencium bibir itu lagi.

Bel berbunyi pertanda masuk pelajaran kedua, Zara melepaskan tangannya sedikit menunduk. Malu mungkin:v

"Ayo kembali ke kelas!"

Tangannya Gabriel menggenggam tangan gadis itu lalu membawanya ke luar lorong. Tiba-tiba disana ada Guru yang melihat mereka.

"Hey!!!"

T B C

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel