Bab 10 Apa Aku menyukainya?
Bab 10 Apa Aku menyukainya?
Guru bk sedang berjalan menuju kelas untuk memulai pelajaran tapi ia melihat 2 orang murid yang keluar dari lorong sempit itu. Guru Bk melihat tangan mereka yang bergandengan, ingin lebih jelas lagi Guru Bk menghampiri mereka.
"Hey!" panggil Guru Bk.
"Em, ada apa pak? "ucap Gabriel tangan mereka sudah tidak bergandengan.
"Sedang apa kalian disini? Bukannya masuk malah keluyuran."ucap tegas Guru Bk.
"Maaf pak, tadi saya mengecek eh ada murid yang mau ke kantin."
"Ckck, Dasar kamu Zara, ya sudah kalian kembali ke kelas."
"Kita tidak dihukum pak?"tanya Zara.
"Kalau saya hukum, yang ada kalian malah pacaran."jawab Guru Bk.
"Tidak pak, kami tidak pacaran."sahut Gabriel
"Yakin?? Saya tadi liat loh tangan kalian saling menggenggam."goda Guru Bk.
Guru Bk membuat Gabriel kikuk, senyum tipis pada bibirnya. Dan Zara hanya senyam-senyum tidak jelas, bukannya takut atau bagaimana malah percaya diri.
"Ya sudah kembalilah ke dalam kelas."
"Baik pak."
Mereka menuju kelas Zara kembali menggenggam lengan Gabriel tidak ada keraguan lagi, tapi Gabriel mencoba melepaskan tangan gadis itu.
"Kenapa dilepas?" tanya Zara.
"Kembali ke kelas, nanti kita terkena hukum bu damefta lagi. Huh. Aku kesal mengingat itu." Ujar Gabriel.
"Jangan marah, tapi tak mengurangi ketampananmu." goda Zara.
"Ara ih, jangan membuat aku yang menghukummu." Ujar Gabriel.
"Kalau kau menghukumku dengan cara lain, aku iyakan saja."
"Dasar kau ini, pergi lah ke kelas ya. Aku akan keruangan osis." Ujar Gabriel.
. . . .
Pagi ini Daniel seperti biasa membantu Dokter Shilla mengurus Oma dewi, kondisinya sekarang sudah membaik pengobatan rutin yang Shilla berikan. Jika makan Oma dewi hanya ingin disuapi oleh Daniel, sebagaimana cucu kesayangannya disini. Biasanya juga Shilla yang menyuapi.
Shilla menyiapkan obat untuk diminum ia membawa ke kamar Oma. Tiba-tiba daniel tidak sengaja menabrak Shilla.
"Aduh."keluh Daniel bajunya basah terkena air minum.
"Maaf kak aduh jadi basah."
"Tidak apa, aku yang tidak sengaja menabrakmu." ujar Daniel.
Shilla menaruh nampannya diatas meja, ia mengambil sapu tangannya untuk mengelap baju Daniel. Tubuh Daniel lebih tinggi dari Shilla, kepala gadis itu tepat didepan dadanya, begitu polos dan cantik wajahnya. Daniel menatap gadis itu yang sibuk mengelap bajunya, rambut hitam lurus menutupi pipi Shilla, tangan Daniel tidak sengaja menyingkirkan rambut gadis itu diselipkan ke telinga.
Shilla tersenyum malu itu terbukti bibirnya bergerak matanya selintas menatap Daniel.
"Lebih baik ganti baju saja kak, takutnya nanti masuk angin." Ucap Shilla.
"Em okelah kalau begitu, aku ke kamar dulu."
"Iyah."
Daniel menuju kamar untuk berganti baju, kepalanya dipenuhi wajah Shilla, senyuman Shilla. Saat Daniel masih melamun didepan lemari, Ponselnya berdering.
Drrtt...drt..
"Iya halo ma?"
"Niel mama dirumah."
"Maksudnya ma?"
"Mama dijakarta, kamu dimana niel? Apa masih dirumah Oma?" Tanya mama Suzy
"Iya masih dirumah Oma, kenapa tidak mengabari Daniel ma, biar Daniel jemput."
"Tidak apa-apa sayang, bagaimana dengan Zara? Dia sehat kan."
"Iya ma, mama kerumah Oma saja."
Deg..
Jantung Suzy berdetak kencang, entah apa yang harus ia jawab. Jika melihat ke masalalunya Suzy takut jika ia akan dihantam oleh mertuanya.
"Em sepertinya mama harus istirahat dulu Niel, nanti jemput mama terus ke Apartement Zara ya."
"Okelah ma, ya sudah Daniel berbicara dulu dengan Oma."
"Iya sayang."
.
Shilla duduk disamping oma dewi, seperti biasa ia merayu oma untuk mau meminum obat. Karna oma dewi sangat akrab dengan gadis ini, ia tai betul bagaimana sikap Shilla yang sabar mengurusnya. Oma berfikir bahwa Shilla cocok untuk menjadi cucu menantu.
"Ayo Oma minum obat dulu ya."ucap Shilla sedikit merengek.
"Oma mau tanya dulu, boleh? "
"Iya boleh, tapi habis itu minum obat yah."
"Oke oke."ucap Oma sembari menganggukkan kepalanya.
"Shilla sudah punya pacar belum? "tanya Oma Dewi dalam hatinya ia berharap Shilla tidak punya pacar
"Em belum ada Oma, kenapa? Tumben. Tanya begitu?"
"Wah, kau mau dengan cucu Oma yang ganteng itu hehe."ucapnya serius tapi dengan tertawa kecil sembari menunjuk ke arah Daniel.
Shilla tersenyum lesung pipi itu membuat wajahnya semakin cantik, berbeda dengan Daniel yang salah tingkah.
"Ada apa Oma, hayo?? "ucap Daniel
"Tidak ada apa-apa."ucap Oma singkat
"Iya sudah, Oma minum obat ya abis itu istirahat." Ucap Shilla
"Iya sayang." Ucap Oma
Sepertinya ini bukan waktu yang pas untuk Daniel mengatakan bahwa Mamanya sedang di indonesia itu akan memperburuk kondisi Oma-nya, ia tahu Oma dewi sangat membenci mama Suzy. Entah apa alasannya ia belum tahu.
Daniel keluar kamar, ia duduk disofa memainkan laptopnya karna banyak sekali pekerjaan yang harus ia kerjakan. Daniel kuliah, tapi ia juga membantu Papanya dalam mengurus perusahaan. Perusahaan mereka bukan hanya 1 bahkan Cabangnya banyak. Holkay.
Shilla duduk didepan Daniel kepalanya menunduk ia malu menatap wajah pria itu.
Beberapa menit kemudian Daniel menyadari bahwa Shilla ada didepannya.
"Shill, sudah makan belum? " tanya Daniel membuyarkan keheningan
"Ah, sudah kak." jawab Shilla
"Oh iya Shill, aku akan pulang kerumah malam ini. Jaga Oma ya." Ujar Daniel
"Iya baiklah kak."
"Aku pergi setelah ini selesai." Ucap Daniel
Shilla sedikit gugup, sebisa mungkin menormalkan detak jantungnya. Baru beberapa hari bertemu Daniel hati nya sudah tercantol. Pandangan pertama bukan?
. . . .
"Huft, numpuknya tugasku ini." Gerutu Zara, Pak edward sengaja memberi mereka tugas banyak, karna ia ada urusan jadi harus meninggalkan kelas sampai setelah istirahat. Rapat;v
"Iya ih, sampai bosan aku sekolah." Sahut Lisya.
"Ssyuuuuthhhhh." Ketua kelas mulai beraksi,
"Tidak ada guru juga, jan sok berkuasa." Cibir Zara
"Aku ini ketua kelas, wajar dong menyuruh kalian diam." Jawab Varo.
"Hilih, sudahlah aku akan mengerjakannya diluar kelas." Zara keluar kelas sembari membawa buku.
Zara menuju perpustakaan, bukan Zara jika tidak membuat kerusuhan. Apalagi ada Clara muncul didepannya, Clara diam tidak ada yang keluar dari mulutnya ia hanya melirik sengit ke arah Zara.
.
Zara sampai diperpustakaan, sepi tidak ada orang disana. Karna tugasnya banyak Zara meminta bantuan Bara, iya sahabat rasa pacarnya itu.
Tuttt.. Tuttt....
Berdering..
Lalu diangkat oleh Bara.
"Bara, temani aku ya." Rengek Zara
"Memangnya kau dimana ra?"
"Di perpus, banyak sekali tugas ku."
"Ya sudah tunggu aku disana, disini jam juga kosong."
"Cepat ya, jangan lama."
"Iya Zara."
Tidak perlu waktu lama Bara mulai membereskan bukunya untuk ia bawa ke Perpus, Guru mereka sedang Rapat hingga memberikan tugas. Setelah itu Bara keluar kelas menuju perpus ditengah perjalanannya ia melihat Bella duduk sendirian diruang kelas, sepertinya juga mengerjakan tugas.
Bara menghampiri gadis itu.
"Bella kenapa sendirian, yuk belajar bareng diperpus." Ajak Bara
"Emm tapi kak, tidak apa-apa kan? "
"Tidak apa-apa, ayok."
Bella menurut, siapa sih yang gak mau belajar bareng ama Cogan. Uhuhu, mereka berjalan karna Bella begitu mengagumi cowok ini, jantung berdegup terus-terussan ia mencoba menormalkan tapi tidak bisa akhirnya menunduk tutup mulut
Bara santai, tidak melirik ke arah Bella, biasanya ia selalu menatap gadis itu. Mungkin takut Bella tidak fokus jadi Bara hanya diam sepanjang perjalanan menuju perpus.
.
"Lama sekali, kepalaku semakin sakit." Gerutu Zara ia sudah mengerjakan tugas yang menurutnya gampang, dan ada banyak ia belum mengerti, susah mencari jawaban.
Ketika pintu terbuka Zara mengarahkan matanya ke pintu disana terlihat Bara yang masuk dan disusul oleh Bella.
"Njirrr, gadis itu lagi huh." Malas Zara melihat gadis itu dekat dengan Bara.
"Gimana ra , tidak apa-apa kan?"ucap Bara sembari duduk disamping Zara.
"Serah." Jawab Zara singkat wajahnya begitu masam.
"Jangan marah, nanti susah ngerjain tugasnya." Ucap Bara.
Bella duduk disamping Bara, ia mulai mengerjakan tugasnya meski pandangannya ke arah Zara. Zara begitu membenci dirinya, dalam hati Bella ia ingin lebih dekat dengan Zara, tapi itu tidak mungkin terjadi.
"Bagaimana dengan soal ku yang ini, sulit rasanya." Ucap Zara, Bara pun mengajari sahabat kesayangannya, begitu sabar menghadapi Zara sampai ia tidak menggubris Bella.
"Pelajaran ini yang aku ajarkan waktu itu ra." Ucap Bara
Bara fokus mengajari Zara, Bella mengawasi mereka berdua terlihat bahwa sangat dekat persahabatannya. Batinnya mengatakan bahwa itu bukan persahabatan biasa melainkan ada perasaan satu sama lain, terlihat dari mata Bara menatap ke arah Zara sesekali mencubit pipi sahabatnya itu.
Bella menormalkan rasa curiganya, ia sedikit cemburu dengan Zara. Seharusnya ia tau diri, kenapa harus disini gabung dengan mereka. Malah hatinya tergoyah harapan sudah lunglay untuk mendekati Bara, lebih baik mengalah.
.
Karna terlalu fokus dengan Zara, Bara melirik kearah Bella yang tengah melamun. Ia seperti menulis tapi tangannya tidak bergerak dan tangan kiri menompang kepalanya.
"Bella uy." Panggil Bara sembari menggoyangkan tubuh gadis itu.
"Eh kakak, aduh maaf." Ucap Bella buyar lamunannya.
"Fokus dong belajarnya."
"Iya kak."
"Kenapa, ada yang susah?bilang saja." Tanya Bara
"Iya nih kak, susah nomor 10nya."
Bara mulai mengajari Bella, sekarang posisinya pindah menyampingkan diri kehadapan gadis itu. Zara mulai kesal lagi, padahal dirinya juga belum selesai masih perlu diajari.
Brakkkk.
Gubrakan meja membuat mereka terkejut.
"Sudahlah, aku kesal." Ucap kesal Zara
"Ra, kau kenapa? " tanya Bara
"Tidak tau." Jawab singkat padat bahkan lirikan tajam.
"Aku hanya mengajari Bella."
"Bodo amat, aku tidak peduli." Ucap Zara beranjak keluar kelas tapi ditahan oleh Bara.
"Lepas Bara! Aku ingin keluar!!"
Cup.
Bara mengecup bibir Zara sedikit lumatan disana itu membuat Zara terdiam, kedua tangannya ditahan oleh Bara. Hening.
Apa yang dirasakan Bella????
T B C