Bab 7 Mengagumi
Bab 7 Mengagumi
Zara mengetik pesan untuk seseorang yaitu Reyhan, dirinya lalu pergi keruangan. Tapi dihalangi oleh Gabriel, Zara membalakkan matanya terkejut. Jiwa centilnya meronta-ronta dan ingin menggrecepkan manusia ganteng ini. Gabriel!
"Ya tuhan kenapa dia tampan sekali, pliss kondisikan." Batin Zara.
Gabriel sengaja untuk menutup pintu agar tidak ada yang keluar, semua siswa sudah masuk keruangan itu. Ruangan yang begitu luas dan dinding terbuat dari kaca. Ruangan dance memang begitu. Zara tidak berkutik hanya diam menatap ke tampanan Gabriel.
"Kau mau pergi kemana?" tanya Gabriel membuyarkan lamunan Zara.
"Tidak, aku tidak kemana-mana." Elak Zara berbohong dirinya gugup berhadapan dengan Gabriel.
"Plisss jangan menatapku, jantungku tidak mau diam." Batin Zara.
"Ya sudah ke sana saja, jangan disini sana. Bersiap diri buat diseleksi!" ujar Gabriel lalu pergi meninggalkan Zara, aroma orang ganteng menyejukkan.
"Iya. jawab Zara singkat.
Jantung belum berdetak normal, masih berdegup-degup kini Zara tidak fokus pikirannya masih ke Gabriel tatapannya bikin Zara terpaku.
Dan rencana liciknya gagal untuk kali ini.
Akhirnya Zara kembali untuk bergabung dengan siswi lainnya, itu pun Zara memilih memainkan ponselnya sambil musikkan dengan earphonenya. Mengangguk-angguk mendengarkan lagu favnya yaitu Chanyeol – SSFW. Lagunya kalem kayak kelakuan Zara.
Mendapat balasan dari Reyhan, cepat-cepat ia buka. Mereka lancar balas-balassan chat.
Reyhan memang disamping Clara tapi tidak ia gubris lebih memilih balas chat dari Zara. Reyhan menatap ke arah Zara yang sedang duduk di kursi belakang kakinya ditaruh di atas meja. Zara memang memblakangi siswi yang sedang diseleksi, malas jika harus melihat Dance yang tidak sebagus dirinya.
. . . .
Daniel sudah sampai dirumah neneknya kini dirinya melepaskan rindu. Masakan yang ada diatas meja adalah untuk Daniel neneknya sangat tahu kesukaan cucunya. Nenek dewi sangat menyayangi Daniel dan Zara, karna dari kecil daniel diasuh olehnya sampai lulus SMA. Berbeda dengan Zara, Zara tinggal bersama papa Siwon. Semenjak perpisahan itu Zara tidak mau untuk bertemu dengan ibunya.
Ehem.
"Oma, masakannya enak sekali."
"Untuk cucu oma yang paling ganteng, ini spesial untukmu dan Zara."
"Terimakasih oma dan Daniel minta maaf tidak bisa mengajak untuk menginap disini."
"Iya sama-sama, tidak apa-apa niel. Oh iya ayo habiskan makananmu, setelah itu istirahat ya."
"Baiklah oma."
Setelah makan Daniel bergegas membersihkan diri badannya terasa pegal. Lalu beranjak ke ranjang badannya ia rebahkan disana, tangannya menopang kepala pikirannya menuju ke masalalu. "Apa yang terjadi dengan Zara kenapa dia tidak mau bertemu mama?" batin daniel.
Dirinya tidak tau tentang Zara dan ibunya.
.. ..
"Hai, turunkan kakimu!" bentak Gabriel tapi tidak digubris oleh Zara.
"Hei Azzara!" teriak Gabriel lalu mencubit lengan mulus Zara.
"Astaga, kau sedang apa disini." Ucap Zara tangan melepas earphone miliknya.
"Kakimu bisa diturunkan tidak?sopan dikit!" ucap Gabriel mengulang
"Maaf kaki sangat pegal." Spontan Zara menurunkan kakinya dan berdiri dihadapan Gabriel.
"Menghadap kesana Ra, bukan menghadap kesini." Ujar Gabriel sembari memutarkan badan Zara, rambut Zara tidak sengaja mengenai hidung Gabriel. Harum.
"Akhirnya dia memegangku." Batin Zara
"Cie, tumben akur." Ujar Bara menggoda Gabriel yang tengah mengubah posisinya Zara.
Zara memutarkan bola matanya dengan jengah sedikit kesal dengan kehadiran Bara yang menggangunya. Itu akan membuat Gabriel melepaskan tangannya yang sejak tadi memegang lengan mulus Zara.
"Sudahlah aku sangat haus." Ucap Zara menghentakkan kakinya lumayan keras menuju ujung sudut ruangan disana ada berbagai minuman.
"Bara, kau jangan berfikiran aneh-aneh. Aku hanya membenarkan posisinya saja." Gerutu Gabriel agar Bara tidak menganggapnya seperti lelaki mesum. Karna Gabriel kelihatan begitu nafsu didekat Zara.
"Iya iya, besok posisi apa lagi tuh?" goda Bara semakin menjadi-jadi.
"Dasar otakmu mesum anjay!" cibir Gabriel
"Selow bro."
. . . .
Zara duduk didekat minuman itu, dan memainkan ponselnya. Dari kejauhan pun diam-diam Gabriel mengawasi Zara, sampai tidak fokus dalam menyeleksi. Tiba-tiba Reyhan mendekati Zara dan duduk disamping gadis itu, Gabriel memekik hatinya dia iri dengan Reyhan.
Dunia semakin gelap diluar juga hujan deras, dari tadi kepala Zara hanya tiduran dipangkuan Reyhan. Clara tidak melihat mereka, karna mereka duduk dilantai. Zara tertawa tiwi dengan Reyhan. Untuk baper kepada Reyhan. Zara tidak mau! Kenapa?
Bukan tipenya, katanya.
Akhirnya Zara bersiap untuk seleksi dirinya menaruh ponselnya di tas lalu ia tinggalkan didekat Reyhan. Begitu banyak murid Zara sangat percaya diri, tapi jika Gabriel yang menatapnya jadi gugup lah dia.
"Zara fokus, hapus rasa gugupmu dan bayangkan kau sedang dance bersama idolamu." Batin Zara.
Zaat musik diplay Zara menggoyangkan badannya. Persis seperti kembarannya Chung cha, semua siswa-siswi yang ada diruangan itu terpelongo. Bahkan Bara, Gabriel dan Reyhan tidak mengedipkan matanya. Begitu sayang jika harus mengedipkan sedetik saja.
.
Di Apartement Zara langsung dibawa ke kamar. Karna dia dibopong oleh Bara, Zara menggoda dengan menggigit-gigit dada bidang cowok itu. Dada cukup menggoda, tubuh Bara memang sangat kekar dan gagah.
"Aduh, sakit ra." Keluh Bara, tapi merasakan geli-geli kenikmatan.
"Geli kali bukan sakit."
Zara direbahkan diranjang, lalu Bara mengambil piyama milik Zara. Setelah itu Bara keluar untuk membuat susu.
Drt.. Drrt..
Pesan masuk tapi tidak ia hiraukan dirinya fokus ke Zara, setelah selesai Bara kembali ke kamar disana gadis itu terlihat memainkan ponselnya.
"Sudahlah main Hpnya, besok lagi." Ucap Bara tangannya sembari meraih ponsel Zara.
"Minum susu dulu ya." Lanjutnya lalu ia mengambil sebuah novel untuk dibaca.
"Emm, terimakasih bara."
"Iya, ayo tidur." Ucap Bara tangannya di jidat Zara lalu ia gerakkan menuntun kepala Zara menempel dibantal.
Zara pun terlentang lalu Bara menarik selimut menutupi tubuh Zara. Tubuh mungil mulus Bara sudah biasa melihat pemandangan itu. Ia bisa menahan meski sedikit tekanan yang begitu luar biasa. Ehem.
"Tidur dulu, aku akan membaca novel disini." Ucap Bara sembari membalikkan badannya kearah meja nakas.
"Em, boleh kah aku menciummu." Ucap Zara membuat Bara menoleh lalu melting.
"Ee apa katamu? Ah sudahlah kau tidur saja." Respon Bara yang gugup.
"Ayolah Bara, ini perintah."
"Nuna Azzara imanuel Regazza." Lanjut Zara menarik lengan Bara sontak lelaki itu tepat dihadapan Zara. Mereka saling tatap-tatapan tangan Zara pun memegang pipi Bara menariknya lalu.
"Chupp." Kecupan singkat lalu Zara lepaskan.
"Em, selamat tidur." Kikuk Zara setelah mencium sahabatnya, biasanya tidak sebentar itu. Tiba-tiba Bara ambil alih lalu melumat bibir Zara saling berpagutan entah kenapa ciuman ini membuat Zara merasakan sesuatu yaitu detak jantungnya berdetak begitu cepat. Tapi ia mencoba tidak peduli, mereka terus berpagutan. Dengan posisi tiduran, sesekali Bara melepaskan ciuman itu karna kehabisan nafas. Lalu ia pagut lagi, "emhh" Lenguh Zara.
Belum ada pernganuan disini.
. . .
Keesokan harinya.
Zara pun bangun lebih dulu perutnya merasakan sesuatu yang mengganjal, dan ternyata itu tangan kekar Bara yang melingkar. Zara pun berusaha menyingkirkan tangan itu, sungguh ini sangat kuat.
"Bara, tangan kau berat." Ucap Zara menggoyangkan tubuh Bara yang masih tertidur pulas.
Tidak ada respon, Bara masih memeluknya begitu erat. Lalu Zara membuka selimut dengan kasar ia beranjak dari ranjang. Tetap saja tidak ada tanda-tanda Bara bangun, ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sekarang pukul 06.00 WIB karna sudah terbiasa Zara pun menuju dapur untuk membuat sarapan. Ternyata semuanya sudah siap semua, Zara lupa jika ada bi Asih disini.
"Ya ampun bi Asih terimakasih ugh."ucap Zara dirinya melihat keberadaan bi Asih lalu ia peluk begitu erat.
"Bibi akan menemani non disini, jadi tidak repot-repot memasak sendiri."
"Eemm terimakasih bibi, padahal Zara sudah pintar memasak." Zara pun melerai pelukannya.
"Hehe." Mereka berdua tertawa karna sudah dekat dengan Zara dari kecil bi Asih begitu menyayanginya.
"Good morning semua." Bara pun muncul.
"Jangan teriak-teriak bisa? Mengganggu saja huh. " gerutu Zara mulutnya penuh dengan Roti itu pun disuapi oleh bi Asih.
Sifat manjanya begitu kalem, jika kumat jiwa Bar-Barnya mengerikan.
"Minum dulu susu nya, biar semangat."ucap Bara menaruh susu yang ia baru buat untuk Zara.
"Iya."ucap Zara lalu ia meneguk susu itu.
"Ayo makan nasinya biar semangat."ucap bi Asih seraya menuangkan nasi dipiring mereka berdua.
.
Sesampainya disekolah Zara di hadang oleh 3 cewek alias kakak kelas yang tidak pernah bosan mencari masalah dengan dirinya.
"Heh!"ucap Clara berusaha menghadang Zara yang sedang melewatinya.
"Berhenti." Lanjutnya tangan Clara menahan lengan mulus milik Zara.
"Lepas! Ini masih pagi." Ucap Zara menghembaskan tangan Clara.
"Aku peringati lagi, berhenti dekati Reyhan dan kau harus keluar dari Dance club!"peringat Clara dengan suara penuh amarah menekan sedikit.
Zara menyilangkan tangannya diatas didada, matanya menatap malas tangannya gatal ingin menampar dan ingin mencabik-cabik muka gadis sombong itu. Zara masih menahan amarahnya, Clara memang sangat iri.
"Takut kalah denganku bilang saja woi. Kau tak ada hak untuk mengaturku. Dan untuk Reyhan ups! Sayang sekali kau diangguri." Ujarnya sembari tersenyum remeh.
"Dasar gadis murahan, kau tidak pantas untuk itu. Dasar kau jalang."
"Kau mulai berani, memangnya kau siapa ha? Oh yaya JAGA UCAPANmu, ASAL kau tahu. Aku punya bukti di mana kau dengan kevin saat kalian tidur bersama. Iya kevin mantan aku, dan aku putus gara-gara dirimu. Hah kau tidur dengan kevin padahal kau sudah jadian dengan Reyhan. Upss!" tukas Zara.
Zara benar-benar membuat Clara terdiam, badannya terpaku.
"Tutup mulut mu, jangan asal bicara kau!"ucap Clara terbata detak jantungnya tidak berdegup normal. Lalu ia pergi tangannya memegangi dada yg terasa sesak.
"Menyebalkan, dia pergi begitu saja. Padahal aku ingin menghantamnya."gerutu Zara lalu ia melanjutkan melangkah ke kelas.
.
"Halo Zara Baekhyun datang." Semringah pagi ini menyapa kedua temannya.
"Aduh, telingaku sakit." Keluh Lisya menutup telinga.
"Sebentar lagi Pak zay akan datang. Kau harus kalem ra." Goda Rick
"Baiklah, mungkin aku tidak akan fokus dalam pelajaran karna menatap ketampananya."
Triiing.. Bel bunyi akhirnya masuk.
Karna berhubung hari ini pelajaran Pak Zay mereka semua begitu rapi, para murid cewek. Para cowok pun mulai mencibir.
"Huh, kalau pelajaran Pak Zay saja semua memasang wajah kalem." ucap varo ketua kelas Tajir sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Itu harus dong."sahut Lisya
"SELAMAT PAGI SEMUANYA."ucap Pak Zay sumpah serempah senyumnya bikin anget.
"Selamat pagi juga pak....ganteng."jawab semua murid yang diakhiri kata ganteng membuat Pak Zay terkikuk hehe.
"Oke kita mulai pelajaran dan berdoa dengan kepercayaan masing-masing."
"Ya tuhan, ku mau pak Zay titik tidak ada penolakan, Amin." Batin Zara yang begitu nyeleneh.
"Selesai, hari ini kita." ucap Pak Zay menjelaskan semuanya. Bla bla...
"Astaga, otakku kenapa fokus pada perut kotak-kotak pak zay."ucap Zara tangannya menopang dagu lagi.
"Sepertinya penejelasan dari pak zay, tidak masuk dalam otakku."ucap Rick matanya begitu fokus ke Pak Zay.
Mereka pun mengerjakan tugas latihan, semuanya tidak ada yang berisik. Semua kalem termasuk Zara sangat Kalem.
Jam pelajaran pun selesai Zara masih memperhatikan pak Zay yang ada di mejanya. Tangannya menopang dagu Zara tidak memperdulikan curhatan Rick. Zara tidak mau kehilangan sedetik pun, baginya pak Zay adalah asupan dipagi hari menjelang siang.
"Pak." ucap Zara
"Iya, ada apa?" jawab pak Zay
"Tidak ada apa-apa pak, wajah bapak tampan sekali." ucapnya spontan tangannya masih menopang dagu. Entah kenapa Zara begitu terpesona dengan kegantengan pak guru matematika ini.
"Maksudnya?" Pak zay belum paham apa yang dikatakan Zara.
"Em tidak pak." Zara tidak melanjutkan pujiannya.
"Iya sudah kalian sudah waktunya istirahat." Ucap Pak Zay kepada murid dikelas.
Pak Zay beranjak dari kursinya lalu berjalan menuju pintu, Zara menghentikan langkah pak Zay. Tidak ada kegugupan didalam diri Zara, kini sangat percaya diri dihadapan pak Zay.
"Pak." panggil Zara menghentikan langkahnya.
"Iya, kenapa? " Tanya pak Zay kepalanya menolah ke arah Zara yang berdiri didekat meja.
"Tolong mundur sedikit." Suruhnya
"Sudah." Pak Zay menuruti apa kata Zara dirinya melangkah mundur 2 kali.
"Gantengnya kelewatan." Goda Zara, matanya dikedipkan satu sangat genit.
"Ah kamu, hehe." Pak Zay jadi salah tingkah.
"Cie cie, hahaha." Semua murid tertawa dengan gombalan Zara.
"Guru di embat juga nih hahaha." Cibir lisya.
Setelah itu pak Zay meneruskan langkahnya, dengan senyum-senyum diwajahnya karna kelakuan Zara menggodanya.
"Sebentar, seperti ada yang ketinggalan." Seketika pak Zay yang sudah keluar lalu balik lagi.
"Apa pak?" Tanya Lisya yg ada didepannya.
"Tuh masa depan saya masih disini." Jari telunjuk pak Zay tertuju pada Zara.
"Ya ampun pak, rahim saya langsung anget." ucap Zara tanpa rasa malu malah ngikik.
"Padahal belum saya pegang." Ujarnya semakin jadi.
"Dan satu lagi, senyum bapak bikin tuba fallopi saya meledak-ledak." Ucap Zara membuat seisi kelas tertawa ngakak. Kelakuannya kini bener-bener mengocok perut.
"Ah kau ini haha." Pak Zay tertawa, tetap tampan jika sedikit salting wkwk.
"Astoge si Zara." ucap Rick perutnya sakit akibat tertawa dari tadi.
"Lawaknya ada- ada saja haha."
Semua murid tertawa Zara juga begitu, lawakannya entah apa yang merasukinya.
. . . .
Zara pun keluar kelas bersama kedua temannya, disana melihat Bara sedang mengobrol dengan Bella. Zara malas jika melihat Bara dengan cewek lain. Bella anak yang kalem, baik wajar jika Bara mengagumi gadis itu. Tipe dia banget!
"Apa Bella menyukai bara?" tanya Rick membuyarkan lamunan Zara.
"Aku tidak tahu." Jawab Zara masa bodoh tapi wajahnya begitu malah bibirnya ia miringkan sengit.
Mereka melangkah menuju kantin disana sudah banyak murid. Meja yang sering Zara tempati kini diambil oleh murid lainnya.
Gebrakk..
"Woy, ini kan meja ku! Minggir sana!" Bentak Zara tangannya menggubrak meja.
"Disana masih ada yang kosong kak, jangan ganggu kami." Jawab gadis yang mencoba melawan.
"Aku tidak peduli, ini meja yang sering aku tempati. Minggir minggir Hus!"
"Iya iya. Mereka mengalah lalu pergi dari meja itu.
"Ini meja kita, aku tidak suka punya milikku direbut-rebut. Pacarku saja direbut. Masa mejaku mau direbut juga."
"Kau curhat ra?"
"Tidak."
Mereka memesan makanan menyantap pop mie dengan candaan kecil. Karna keberadaan Gabriel disampingnya Zara berkali-kali melirik. Kadang mata mereka saling natap. Gabriel tidak merespon biasa saja. Tapi Jantungnya jedug-jedug.
T B C