Bab 6 Seleksi Dance 2
H A P P Y R E A D I N G
Zara terus mencoba menarikan Love shot, bisa ia lakukan tetapi jika memakai seragam yang ada hanyalah sebuah pemandangan yang cukup memuaskan bagi cowok-cowok disana! Astaga.
Zara menarikan itu Chung cha - Snapping badannya begitu molek, semuanya menatap ke arah Zara. Badannya sangat lihay, Dance ini tidak sulit baginya.
"Uhuy"
Prokprokkk....
Reff lirik...
Snapping snapping aesseo nuneul garigo
Snapping snapping jichin mameul deonjigo
Biteuldaeneun momjiseuro
Jamsi neol humchideorado
Snapping snapping I'll let you go.
I know I know
I don't I don't care
Snapping woo snapping snapping
I know I know
I don't I don't mind
Snapping woo snapping snapping.
Prok..prok..tepuk tangan dari siswa siswi yang ada diruangan mereka menyukai dance yang Zara bawakan.
Zara melihat ke arah Gabriel dan Bara mereka masih sedang berbincang dengan seseorang yang baru datang.
"Kak, ada yang terkunci di kamar mandi." ucap Asep memberitahu kan kepada Gabriel dan lainnya.
"Siapa? Kenapa bisa terkunci?" Tanya Gabriel
"Anak kelas 11, 2 orang kak."
"Ya sudah ambil kunci cadangan."
Zara pun mendengar percakapan mereka, dengan senyum tipis Zara melirik ke arah Bara. Tidak ada ketakutan diwajah Zara melainkan selow, santuy jika mereka mengatakan bahwa Zara yang sengaja mengurung mereka, dirinya akan diskor. Namun Zara biasa saja, karna tidak sepenuhnya salah dirinya melainkan mereka yang memancing-mancing kemarahan Zara.
Bara melirik ke arah Zara yang berdiri didepan kaca sembari merapikan poni kesayangannya. Tidak ada kekhawatiran diwajah Zara, Bara paham pasti Zara yang mengurung 2 gadis itu dikamar mandi.
Siapa lagi yang berani melakukan itu disekolah ini kalau bukan Bad girl kelas kakap. Bara pun menghampiri Zara lalu mengajaknya keluar ruangan dan menggenggam tangan gadis itu.
"Zara, kau kan yang ngurung mereka? " tanya Bara tangannya masih menggenggam tangan Zara.
"Kenapa harus aku? tanyakan saja pada mereka huh."
"Ra, siapa lagi yang berani melakukan itu kalau bukan dirimu. Dasar:v jujur saja kau!" tangan bara melerai genggamannya dan tangannya ia masukkan ke saku celana.
"Bukan aku." ketus Zara.
"Wajahmu kenapa begitu? Kau kan yang mengurungnya?" ucap Bara tangan kirinya mencubit pipi Zara yang gemoy.
"Huh kau tahu sendiri, kalau bukan mereka yang mencari masalah. Tidak mungkin aku mengurung mereka. Mulutnya tidak makan bangku sekolah, jadi kalau nggibahin orang seenaknya. Sudah pasti aku tersinggung." ujar Zara sembari memainkan ponselnya, plus dengan gelagat songongnya.
"Dasar, lain kali jangan lakukan itu. Kasihan anak orang kau kurung. Manusiawi Ra wajar saja mereka menggosipi mu." ujar Bara
"Aku tidak peduli, sepertinya kau lama tidak mendapat asupan ya, sini sini ku hajar bibirmu." ucap Zara memegangi kedua pipi Bara dengan kedua tangannya membuat bibir cowok itu mencucu.
"Apa sih ya, ngoze kau yock."
"Bicara mu tidak jelas, aku tidak mengerti haha." Tawa Zara pecah karna ulahnya bibir Bara mencucu membuat susah bicara. Zara pun melepaskan tangannya.
"Aduh pipi aku Ra. Dasar kau ini."
"Wajah mu terlalu imut. Aku menyukainya."
Bara bahagia melihat sahabatnya tertawa lepas, tidak ada kesedihan lagi diwajah gadis itu. Jedug-jedug apa kabar jantungnya berdegup kencang saat ini, ayolah ayolah Bara menangkal perasaan itu.
. . . .
"Maaf pak.. Say.. " ucap karyawan yang terpotong wajahnya ketakutan, bahkan nyaris meneteskan air mata. Tangannya dingin badannya terpaku disana.
"Kalau kerja yang becus!, bisa-bisa rugi kita. Saya gak mau tau kamu harus mengubah ini. Ingat!! Harus teliti oke! "ucap Bos besar yang marah kepada karyawannya, tampak kesal. Ucapannya dengan bentakkan yang mengakibatkan semua karyawan memejamkan matanya.
"Baik pak, saya permisi" pamit sekertaris cantik yang baru saja ia bentak.
"Hufft, bisa-bisa saya mati muda kalau begini." gerutunya.
Tuttt.. Tuuttt...
"Hallo Daniel."
"Hallo juga pa."
"Sudah sampai belum? "
"Belum pa, ini masih dalam perjalanan."
"Salam untuk Zara ya, bulan depan papa akan pulang. Papa merindukan kalian nak."
"Iya pa, aku juga merindukan papa apa lagi Zara gadis kecil nakal yang manja dengan papa dan padaku."
"Papa selalu memimipikan Zara, tadi papa menelfon adikmu. Dia ikut Dance club papa ngedukung disini"
"Efek rindu pa, semoga saja menang pa."
"Iya sudah papa kembali bekerja lagi ya."
"Oke baiklah pa."
Tut..
Suara dari Anak sulung yang kalem, berbeda dengan Anak perempuannya jika ditelfon tidak ada kalem-kalemnya malah mereka berdua ngeyel-ngeyelan. Suka tidak akur, tapi Zara sangat manja padanya. Sifatnya, kelakuannya semuanya ada pada Zara, jika diizinkan dia ingin kembali ke indonesia tinggal berkumpul lagi. Tapi semua itu hanyalah mimpi.
"Papa merindukanmu.." Ucap papa Siwon menatap ponselnya yang terlihat fotonya menggendong anak perempuan kecil yang begitu lucu. Yaitu Zara, gadis kecil yang ia bawa setelah bercerai dengan istrinya.
. . . .
"Apa kau akan mengatakan bahwa yang mengunci kita disini itu Zara?" tanya Serly.
"Tidak, Kau tau sendiri tadi Zara mengamuk seperti itu. Aku tidak mau hal yang lebih terjadi." jawab Lili
"Iya itu lebih baik."
Ceklekkk pintu berhasil dibuka, mereka berdua keluar, disana ada Gabriel ketua Osis ganteng. Mata mereka tidak berkedip terus saja membulatkan matanya.
"Hey, kalian tau siapa yang berani mengunci kalian pintu dari luar hm?" Tanya Gabriel membuyarkan lamunan mereka. Anjay!
"Kami tidak tahu kak." jawab mereka dengan spontan.
"Serius, kalian jangan bohong atau kalian takut dengan orang itu?" tanyanya lagi.
"Kamu tidak tahu kak, waktu kami didalam hanya berdua dan tak tahu yang mengunci." ujar kedua gadis itu.
"Oh begitu, Asep tolong cek Cctv ya." pinta Gabriel.
"Tadi sudah saya cek, tapi mati lampu dari pagi jadi tidak berfungsi." jawab Asem
"Hah? Ya sudahlah, ini keberuntungan orang iseng itu." ucap Gabriel meninggalkan mereka disana.
"Aduuuhh, ambyar aku tatapannya itu loh." ucap Serly tangannya memegangi pipi yang sedikit memerah.
"Biasa saja, aku saja ampe nahan jantung yang hampir protol." ujar Lili.
"Heh, kalian bahas apa sih?" tanya asep.
Kedua gadis itu mengucapkan terimakasih kepada Asep lalu pergi menuju kelas, mereka menutup mulut agar tidak ada lagi masalah dengan Zara.
.
"Bara, tolong settt." hampir saja Zara tersungkur dari tangga akibat ulahnya sendiri terlalu fokus pada jam yang ia terus pandang sambil berjalan.
"Ati-ati ra. " Bara menangkap tangan Zara lalu ia tarik sampai Zara berada didekapannya. Setelah itu Bara melihat kewajah Zara yang ada sedikit keringat disela rambutnya.
Karna suasana sepi Bara tanpa sadar mendongakkan kepala Zara. Tiba-tiba "Cup." Bara melumat bibir Zara dengan begitu lembut. Zara pun membalas lumatan itu, lumatan yang tanpa sadar ia balas. Ehem.
Tangan Zara memeluk tubuh kekar Bara, dan satu tangan Bara menahan tengkuk leher gadis itu. Tidak ada yang melihat, karna mereka berada di tangga yang tertutupi dinding dinding. Masih separuh lagi jika mereka akan turun.
Bara melumat bibir Zara dengan ganas, semakin candu dengan bibir itu tangannya mulai nakal meraba kemana-mana. Zara menikmati rabaan Bara, sampai Bara sedikit meremas payudara Zara. "Emhh." Zara mengeluh nikmat tidak ada penolakan disana. Matanya sama-sama terpejam, Bara pun merasakan sesuatu yang aneh.
"Astaga, apa yang ku lakukan." Ucap batinnya.
Lalu Bara membuka mata bibirnya terus melumat, kini matanya melihat betapa indahnya mata Zara terpejam. Tangannyaa ia turunkan yang sejak tadi meremas pelan ehem. Bara pun melepaskan ciumannya membuat mata Zara terbuka.
"Ya amsyong, kita ngapain bego?" ucap Zara terkejut dirinya baru sadar dan tangannya masih memeluk tubuh Bara.
"Entahlah, karnamu aku anu."
"Anu apa? nanti kalau ada yang liat gimana, dasar mesum nyium-nyium aku."
"Aku juga tidak tahu, waktu aku membuka mata kita sudah ekhem-ekhem bibir."
"Dasar mesum, ayo kita pulang. Kak Daniel hari ini pulang aku harus masak sesuatu."
"Tapi belum waktunya pulang sekolah Ra."
"Tidak ada penolakan. Ayo!"
Zara menarik tangan Bara mereka menuruni tangga. Disana ada seseorang yang melihat mereka dari tadi. Apa yang mereka lakukan terekam jelas dipikirannya. Rasanya pedih namun tidak berdarah eyak.
"Uy, tadi ada kabar ada 2 gadis yang terkurung di kamar mandi, benar tidak sih?"
"Iya, penisirin aku, seperti ada yang tidak terima dicibiran." cibir kedua teman dekat Zara bahwa itu ulah Zara, karna mereka tau persis dulu kelas 1 juga begitu yang Zara lakukan.
"Heh kalian nanya apa nyindir, TUYUL?" sahut Zara nadanya sedikit keras karna suara murid lainnya berisik.
"Haha, kenapa? apa aku salah?"
"Menyebalkan, mereka tidak tahu bahwa aku didalam. Kampret sekali bukan?"
"Dan aku yakin, mereka tidak berani melaporkanmu kepadw guru."
"Mungkin saja."
Setelah berbincang bel pulang berbunyi, Zara pun langsung keluar menemui Bara. Tapi disana ia menemukan sesuatu yang membuatnya kesal, Bara sedang mengobrol dengan Bella anak Ips 2 Gadis polos dan lugu tidak begitu cantik manis badannya pendek jauh sih dengan Body Zara. Tapi gadis itu sangat baik dan Ramah.
"Bara, ayo pulang." panggil Zara.
"Nanti dulu, iya sudah nanti lewat chat saja ya." ujar Bara kepada Bella.
"Dih." Zara memutarkan bola matanya malas, selama ini Bella selalu tersenyum pada Bara ibarat kata Mengagumi.
Zara pun melirik ke arah Bella, di wajah gadis itu memerah seakan senang berbincang dengan Bara.
"Eh pipimu merah tuh." ucap ketus Zara
"Em, tidak kok." ujarnya gugup Bella langsung menunduk.
"Sudah, sudah. Ayo kita pulang." ucap Bara sembari tangannya memberikan secuil kertas yaitu nomer Wa ke Bella.
"Terimakasih ya kak."
"Iya, aku pulang dulu."
Bara punk menggandeng tangan Zara lalu menuju parkiran, setelah sampai diparkiran Bara melepaskan gandengan tangannya
. . . . .
Daniel sampai dibandara disana ada pak sopir yang siap menjemputnya. Rencananya Daniel memang tidak memberitahu Zara. Tapi Zara tau dari papanya. Ya saling mengasih suprise.
"Selamat datang Tuan." Sapa Pak supri melihat ke arah Daniel yang begitu tampan.
"Iya pak, saya kembali hehe." jawab Daniel dengan senyum yang begitu manis. Wajah tampannya sungguh membuat para gadis tadi meronta-ronta. Semuanya terpaku melihat kegantengan Daniel, hasil goyangan siapa nih kok ganteng begini.
Daniel pun merasakan udara yang segar disini, berbeda dengan diluar negri ia masih kuliah dan kuliah sampai puyeng.
"Kita ke rumah atau ke Apartementnya non Zara."
"Ke apartement Zara saja dulu." jawab Daniel
Kemudian pak Supri menyetir dengan sangat hati-hati, ramai sekali hari ini semoga saja tidak macet. Rumah Zara dan Apartement cukup jauh.
"Iya pak, saya kembali hehe." jawab Daniel dengan senyum yang begitu manis. Wajah tampannya sungguh membuat para gadis tadi meronta-ronta. Semuanya terpaku melihat kegantengan Daniel, hasil goyangan siapa nih kok ganteng begini.
Daniel pun merasakan udara yang segar disini, berbeda dengan diluar negri ia masih kuliah dan kuliah sampai puyeng.
"Kita ke rumah atau ke Apartementnya non Zara."
"Ke apartement Zara saja dulu." jawab Daniel
Kemudian pak Supri menyetir dengan sangat hati-hati, ramai sekali hari ini semoga saja tidak macet. Rumah Zara dan Apartement cukup jauh.
. . . .
Karna Zara tertidur pulas jika dibangunkan juga percuma tidak akan bangun, Bara pun menggendong Zara memasukki apartement mewah. Disana ada Bi asih yang membantu Bara membawakan tas sekolah mereka.
"Makin gede, makin sexy, eh berat maksudnya." gumam Bara.
Bara pun merebahkan tubuh Zara keranjang, perlahan Bara melepaskan gendongannya tapi Zara menahan tangan Bara. Jujur Bara tidak bisa apa-apa jantungnya berdetak kencang, tiba-tiba Tangan Zara membuka kancing Bara satu persatu dan menariknya sampai didepan muka.Zara pun membuka matanya sungguh tatapan Zara berbeda, tangannya masih saja membuka kancing baju seragam Bara. Bibirnya melahap bibir Bara mereka saling melumat ehemm mereka pun semakin buas. Dan ehem.
Chuuuuuuuuu.... Itu hanyalah bayangan Bara kini terduduk disamping Zara yang tertidur pulas. Bayangan mesumnya.
Hayo yang mikir anu-nganu terus nganu nganu.
Karna setengah jam lagi Kak Daniel datang bara membangunkan Zara agar mandi, karna badannya keringetan.
“Cantik sekali kalau sedang tidur, kalem.” Puji Bara tangannya juga mengelus pipi Zara.
“Tapi kalau bangun tidak ada kalem-kalemnya astaga.” Hujatnya lagi.
Bara menggoyangkan tubuh Zara yang meringkuk, nafasnya keluar dari hidung.
“Zara...Bangun bentar lagi kak daniel dateng.” Masih membangunkan dengan cara yang biasa, percuma Zara kalau tidur seperti mayat hidup.
“ZARA!!! BAEKHYUN DATENG Jemputtt kamu tuh! “
“Emh, bara kau ini huh.” Jawab Zara terbangun dari tidurnya, cara yang ampuh. Kini ia terduduk dengan mata yg tertutup rambutnya kusut.
“Dasar, bangun sana mandi.”
Zara bangkit dari ranjang lalu pergi membersihkan diri. Dengan jalan yang terkluntang-kluntung malasnya gadis itu.
. . . .
Tingnong! Suara pintu bell rumah menandakan ada tamu. Zara bergegas membuka pintu ia yakin itu kakaknya, dan..
“Kakak daniel.” Ucap Zara langsung memeluk tubuh kakaknya. Pelukan erat yang dibalas oleh kakaknya. Air mata Zara mengucur deras sudah hampir 1 tahun tidak bertemu.
“Sudah besar ya adik kakak yang kalem ini. Tapi kok tidak tinggi-tinggi?” ledek Daniel.
“Kakak saja yang semakin tinggi.” Zara semakin erat memeluk kakaknya.
“Ayooo masuk kak.” Zara menarik tangan kakaknya untuk masuk ke ruang tamu.
“Kak semakin tampan, mirip Kang Daniel Wanna One. “ puji Bara sembari senyuman cool.
“Iya di sana asupannya banyak.” Jawab Daniel membuat Zara memutarkan bola matanya.
“Hahaha, boleh kah aku ikut nantinya? “ ujar Barat tanpa tahu arti dari asupan yang sebenernya.
“Asupan tugas kuliah, memangnya kau mau?” jawab Daniel membuat Bara terdiam, pikiran Bara memang sudah kemana-mana. Zara pun menahan tawa, Daniel adalah anak yang baik tidak pernah berpacaran dirinya sibuk dengan pendidikan.
Pletak! Jitakan itu meluncur di kepala Bara.”Dasar otak mesum.” Ucap Zara
“Aduh, sakit Ra.” Gerutu Bara
Zara pergi ke dapur untuk mengambil minuman, sepertinya Jus sudah siap. Jus buatan bi Asih terlihat sangat segar.
“Nih minum dulu kak.”
“Iya ra, bagaimana dengan sekolah mu?” tanya Daniel
“Semakin pintar dong, kak.” Jawab Zara
“Kenapa kalian tidak nikah saja hm? “ goda Daniel, dirinya tau kalau Bara selalu mengajari banyak hal ke Zara. Belajar, untuk makan yang sehat-sehat semua berkat Bara.
“WHAT!!!! Tidak mau!!! “ jawab mereka Bareng pula.
“Kakak bercanda saja kok, belajar yang pinter ya jangan nakal.” Pesan Daniel.
“Nakal itu sambilan kak.” jawab Zara dengan Percaya diri.
“Jangan pacaran.” Ucap Daniel
“Iya, aku tidak melakukan itu.” Jawab Zara
“Makan saja yuk kak.” ajak Zara
Mereka pun makan bersama, dengan masakan yang lumayan banyak spesial untuk Daniel. Canda tawa, mereka tertawa bahagia. Ini yang diinginkan Zara dari dulu, kebersamaan. Apa yang ia lalui masa kecil itu sangat menyedihkan baginya.
. . . .
Drt.. Drt..
“Iya, hallo”
“Bara, sore ini kita akan mengurus menyeleksi mereka lagi peserta.” Ujar Gabriel.
“Haa? Kenapa tidak besok saja?” tanya Bara.
“Banyak sekali peserta kita, ku tunggu sore ini.” Ujar Gabriel.
“Iya, iya oke.”
Bara mematikan telfonnya mendapat kabar untuk menyeleksi siswa yang akan dipilih untuk masuk club Dance.
“Ra, sore ini kita ke sekolah. Ada seleksi.” Ucap Bara kemudian Zara menoleh dengan raut
“Yah, malas sekali rasanya.” Jawab Zara
“Kenapa dek?ya sudah kesana aja. Kakak juga akan pergi ke rumah oma dan menginap disana.” Ucap Daniel.
“Tapi kak, aku masih rindu huh.”
“Sudahlah sayang, besok kakak menginap disini. Kakak sudah berjanji akan kesana.”
“Iya sudah kalau begitu.”
“Kalau begitu siap-siap dulu.” Zara menuju kamarnya untuk berganti baju.
Setelah langkah Zara tidak terlihat. Mereka berdua berbincang.
“Jaga zara baik-baik ya, jangan sampai dia salah pilih orang. Kau tahu kan kalo Zara nakalnya seperti apa, jangan sampai kecolongan.” Pesan Daniel untuk Bara.
“Iya kak, akan tetap dalam pengawasanku. Zara pinter Bela diri. Dirinya juga tidak mudah percaya dengan omongan orang lain apalagi modus cowok.”
“Syukurlah, dan kau bagaimana?”
“Aku? Aku kenapa kak?” tanya Bara.
“Kau menyukai Zara kan?” ujar Daniel.
“Tidak, aku menyayangi dia sebagai sahabat.”
“Biar waktu yang akan menjawabnya.”
Zara kembali dan mereka duduk diatas sofa tv masih menyala, banyak cemilan disana. Daniel pun berpamitan untuk pergi kerumah omanya, oma yang menyayangi mereka berdua. Zara dan Bara pun akan menuju ke sekolah.
Akhirnya mereka berdua sampai disekolah suasana cukup ramai. Banyak cewek-cewek yang menatap ke arah Bara, CAPER!
Setelah sampai diruangan Zara terkejut disana ada Reyhan yang duduk disebelah Clara. Tidak ada perasaan nyeri atau cemburu melainkan rencana licik diotak Zara. Bara, Gabriel dan rekan-rekannya sibuk untuk mempersiapkan.
Acara pun dimulai, Zara mengambil giliran yang tengah malas jika harus paling awal. Lumayan cukup lama karna banyak yang mendaftar. Tidak masalah bagi Zara.
Zara mengambil ponsel di tas kecilnya ia pun mengetik pesan untuk seseorang.
T B C