Bab 5 Seleksi Dance (I)
Bab 5 Seleksi Dance (I)
"Ra berhenti!" ucap Lisya karna Zara sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang ia lakukan dengan ponsel barunya. Sampai Zara hampir menabrak tiang. Untung saja Lisya dengan cepat menarik tangan Zara sampai Zara terjatuh dan kaki Zara tersandung.
Bughh..
"Aw, kepalaku! Apa-apaan kau Lisya iss." desis Zara mengeluh karna kepalanya terbentur.
"Ehhh sorry." Ucap Lisya membulatkan matanya.
"Apa kau tidak apa-apa?." tanya Reyhan sembari mendongakkan kepala Zara. Ternyata Zara terbentur didada bidang milik Reyhan. Karna melihat Zara akan terjatuh akibat tersandung batu saat Lisya mencoba menarik tangannya dengan cepat. Untung saja Reyhan sangat peka.
"Aku tidak apa-apa kok." jawab Zara, tubuhnya yang mungil kini berada dalam dekapan Reyhan. Zara merasakan jantung yang berdebar saat ini. Zara mendorong pelan tubuh cowok itu.
"Ikut aku!" Reyhan menarik tangan pelan Zara menuju ruang kesehatan. Zara tidak menolak malah dirinya tersenyum. Menerima ajakan Reyhan.
"Aku duluan bye bye." Pamit Zara mengedip-edipkan matanya kepada kedua temannya disana. Direspon dengan senyuman dan lambaian tangan genit mereka.
Zara dan Reyhan menuju ke ruang kesehatan disana mereka hanya berdua tidak ada siapapun. Tangan mereka saling menggenggam sesekali Reyhan mengecup punggung tangan Zara. Kemudian mereka saling bertatapan, kegantengan Reyhan memang membuat Zara sedikit kagum.
Reyhan melihat bibir Zara yang pink alami tanpa polesan Lipbalm membuat Reyhan tergoda. Reyhan mulai melumat bibir gadis itu, menyapu bibir Zara dengan lembut. Tangannya menahan tengkuk leher Zara, agar menjadi lebih dekat. Zara pun mengalungkan tangannya ke leher Reyhan. Membalas lumatan Reyhan, membuat bibirnya menjadi candu untuk terus dipagut. Lalu Reyhan menuntun tubuh Zara dan menyadarkannya di lemari. Pagutan-pagutan Reyhan semakin dalam sampai nafas mereka hampir habis.
Reyhan melepaskan pagutannya, pagutan handalnya membuat sekeliling bibir Zara berasa berkedut. Mereka memburu oksigen masing-masing setelah itu Zara menatap ke arah bibir Reyhan sungguh Sexy. Zara masih mengalungkan tangannya dileher Reyhan, kemudian Zara memimpin ciuman itu. Zara melumat bibir Reyhan begitu lihay sampai cowok itu semakin tergoda. Tangannya mulai meraba-raba punggung Zara. Lalu memeluk pinggul gadis itu.
Semakin lama dikuasai oleh mereka berdua.
Drt..
Drr..
Ponsel berbunyi dan getaran itu ada disaku baju Zara.
"Sial!" Ucap Zara sembari melepaskan ciumannya. Ciuman yang ia pimpin kini lepas sudah setengah jam lamanya mereka berciuman. Tertera nama yang menelfon, Zara pun menjauhkan diri dari Reyhan.
"Siapa?" Tanya Reyhan
Zara tidak menjawab pertanyaaan dari Reyhan, lalu dirinya sedikit agak menjauh.
Setelah mengangkat teflon, Zara kembali menghampiri Reyhan dan mengajaknya untuk keluar ruangan. Tetapi ditolak oleh Reyhan.
"Ayolah keluar Rey." Ajak Zara sembari menatap ke arah Reyhan senyuman kemenangan untuk kesekian kalinya.
"Aku masih merindukanmu ra." Jawab Reyhan membisikkan ditelinga Zara, yang Zara rasakan adalah geli.
"Ayolah, sayang." Zara pun mengecup sekilas bibir lelaki itu. Dan menarik tangannya keluar ruangan. Setelah pintu di buka, sudah ada seseorang disana.
"Kalian ngapain saja diruang ini?" Tanya Clara dengan penuh tatapan penuh amarah. Tangannya mengepal kuat, kemudian Clara menarik Zara dan menampar gadis itu. Cukup keras sehingga Zara hampir terjatuh, untung saja Reyhan ada disana.
"Berani-beraninya kau menamparku." Zara terpancing emosi akhirnya membalas tamparan itu sangat Kasar. Sehingga sudut bibir Clara berdarah, pipinya berbekas merah. Dan Clara pun terjatuh Reyhan pun menolong pacarnya. Zara sangat membenci tamparan itu.
"Kalau kau berani menamparku lagi, aku pastikan tangan kamu bakal putus!" Ancam Zara wajahnya penuh amarah tidak seperti biasa marah hanya sekedar marah tapi hatinya juga ikut marah. Jika dunia ini tidak ada hukumam pasti sudah ia bunuh gadis itu. Jiwa psikopat yang turun temurun dari keluarganya kini muncul dalam batinnya.
"Aku tidak takut dengan ancamanmu." Clara bangkit tangan Reyhan dihempaskan olehnya.
"Oh tidak takut, jangan macam-macam denganku." ujar Zara mengancam gadis itu.
"Bacot heh." Clara mendorong tubuh Zara ke dinding sampai terjadi benturan disana. Zara pun juga membalas lebih kuat dari Clara. Clara pun kembali terjatuh.
"Kalau kau lemah lebih baik tidak usah sok jagoan." senyuman kemenangan bagi Zara. Kini Reyhan memisahkan mereka, dan, menghalangi Clara yang akan menyerang Zara.
Zara pun pergi meninggalkan mereka berdua, Zara tidak peduli dengan perasaan gadis itu. Menghancurkan hubungan adalah tujuannya.
. . . .
Gabriel mempersiapkan untuk Lomba Dance. Karna dirinya Ketua Osis harus mempersiapkan semuanya. Dari peserta sampai semuanya. Dibantu oleh Bara karna seleksi sebentar lagi, semuanya berdiskusi. Lomba antar sekolah hadiah yang lumayan. Yaitu Sertifikat Dance Perfect.
Zara fokus memainkan ponselnya, mengepoi instagram idolnya. Sepertinya kemarahan Zara sudah reda. Tidak ada rautan cemberut di wajah polosnya.
Tiba-tiba brugghh. . .
"Aihhh, matamu dimana sih? Apa kau tak melihatku jalan." ucap kesal menatap ke arah gadis polos yang menabraknya barusan. Gadis itu hanya menunduk tidak berani menatap ke arah Zara.
"Aku berbicara padamu, kenapa kau diam saja. Baju ku basah bodoh. huh!" Zara marah bajunya kini basah terkena air minum gadis itu. Zara memang ditakuti oleh siswi lain.
"Maaf kak, maaf." Gadis itu mengucapkan kata maaf kepada Zara tetapi wajahnya menunduk. Ancaman baginya jika bertemu dengan Zara.
"Kau harus tanggung jawab" ujar Zara mengambil air minum yang ada ditangan gadis itu. Lalu menyiramkan ke seragam gadis itu. Zara tidak terima jika harus bajunya sendiri yang basah.
"Nah, kalau begini kan impas. Cepat pergi aku tidak peduli dengan tangisanmu." ucap Zara menatap ke arah gadis itu yang sejak tadi menunduk tidak berani melawan Zara. Karna dia tau jika berurusan dengan Zara maka masalah besar baginya.
"Huhff budek." Zara pun pergi meninggalkan gadis itu, menuju kamar mandi untuk membersihkan bajunya. Kesal rasanya baju seragam yang ia pakai ditumpahkan air setengah gelas coklat. Karna melihat gadis itu sangat takut Zara pun tidak main tangan. Untung Zara lagi kalem.
. . . .
Hari ini Daniel berangkat untuk pergi ke Indonesia, karna kuliah diluar negeri sudah hampir 1 tahun lamanya. Daniel merindukan adik bungsunya, adik nakalnya. Kedua orang tuanya yang kini berpisah, adiknya juga hidup mandiri di Apartement hanya diurus dengan uang. Itulah yang membuat Daniel merasa dirinya sedih.
"Kakak bawa sesuatu untukmu Zara, tunggu kakak pulang ya."Batinnya bersemangat, Daniel sengaja tidak memberitahu Zara. Agar suprise kedatangannya. Baginya Zara lah satu-satunya yang harus ia jaga. Adik kesayangan meski tidak sekalem dirinya. Zara tetaplah anak yang manja.
. . . .
Zara berada didalam toilet melepaskan bajunya lalu ia bersihkan, menyebalkan berdecak terus menerus bibirnya sedari tadi. Kemudian ada suara orang masuk ke toilet juga. Sepertinya mereka sedang membicarakan Zara.
"Ya kau tau sendiri kan kelakuan bejat Zara." ucap siswi yang sedang menggibahkan Zara tanpa mereka tau bahwa ada didalam salah satu toilet itu.
"Apa lagi saat ini dia mengincar Reyhan, kakak kelas ganteng itu."
"Iya, semuanya di ambil murahan sekali bukan?" ujar Serly.
Zara mendengar jelas saat ia di ghibahkan oleh siswi-siswi disekolah ini, itu membuat dirinya jengkel. Biasanya Zara tidak peduli jika mendengar dari orang lain, tapi kali ini dia mendengar sendiri. Tangannya mengepal kuat sembari menahan amarah. Lihat saja apa yang akan Zara lakukan.
"Kenapa Reyhan mau dekat dengan Zara ya?"
"Ya jelas saja Reyhan menyukai gadis itu, Zara itu sangat cantik."
"Cantik tapi nakal."
"Bar - Bar."
"Kau tadi lihat kan saat bertengkar dengan Clara, apa lagi kalau bukan masalah Reyhan."
"Pacar mana sih yang terima pacarnya di ambil, kalau aku jadi Clara, Zara sudah pasti aku hajar didepan umum. "
"Emang nya kau.. " B belum sempat menyelesaikan perkataannya Zara muncul dari dalam toilet, mereka diam tanpa kata yang keluar dan terpaku disana.
"Sudah ghibahnya, sudah menghinanya? sudahkah? Hm? Kenapa diam, katanya mau nantang?" tanya Zara tangannya dilipatkan kedepan diatas dada. Matanya membulat, tangannya mengepal rasanya ingin menampar mulut mereka.
"Kalian itu jangan terlalu banyak bacot! urus diri sendiri, memang kau ini siapa ha? Otak tu di isi jangan bacot terus!" Zara semakin marah suaranya sangat keras.
Mereka berdua hanya diam, menunduk tidak berani untuk berkata. Zara bisa melakukan apapun jika mereka menjawab. Mereka memilih diam mendengarkan ocehan Zara. Tempat sampah yang ada disitu pun ditendang oleh Zara hingga sampah berceceran.
"Sekali aku dengar dari mulut kalian tentang aku. Lihat saja, aku tidak akan tinggal diam. Bahkan lebih dari ini." Zara pun memutarkan bola matanya malas. Lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Kunci pun ia bawa yang ada dibalik pintu. Zara pun mengunci pintu toilet itu, membiarkan kedua siswi itu terkunci didalam. Zara tidak peduli dengan apa yang ia lakukan. Karna merekalah yang memancing kemarahan Zara.
"Rasakan akibatnya, maka nya jangan mencari masalah denganku."Zara pun menaruh kunci itu disaku bajunya.
Zara pun menuju kelas, sudah masuk setengah jam yang lalu tapi masih jam kosong. Lisya dan Rick sudah menunggu Zara dari tadi.
"Bajumu kenapa Ra?" tanya Rick menatap ke arah baju Zara yang terkena cairan colkat.
"Gara-gara siswi menabrakku, gadis itu membawa minuman dan mengenai bajuku." jawabnya sembari duduk menetapkan bokong dikursi.
"Oh begitu, ganti baju saja." Ucap Lisya
"Tidak, aku akan pulang saja." Jawab Zara membereskan bukunya dan memasukannya ke dalam tas.
"Lah kenapa? masih jam pelajaran ra 2 jam lagi." ucap Rick
"Aku tidak peduli." ucap Zara
Bara tiba-tiba datang untuk menemui Zara karna Zara harus mengikuti Lomba Dance minggu depan. Dance ini adalah impian Zara ingin menjadi seorang idol yang pintar ngeDance. Karna Zara ahli dalam bidang ini Bara pun mendaftarkan Sahabatnya.
"Kau mau kemana?" tanya Bara
"Aku pulang saja, baju aku basah." gerutu Zara.
"Kenapa harus pulang, ganti baju saja ada di ruang ganti." ucap Bara
"Aku tidak mau, baju itu sangat kumuh." Zara pun menolak, karna Zara sangat pemilih anak sultan tidak akan mau memakai baju bekas orang.
"Kalau begitu pakai baju ku saja." ujar Rick.
"Aku tidak mau, aku akan pulang saja." Kekeh Zara untuk pulang, karna sangat risih memakai baju basah".
"Ra, hari ini akan ada seleksi untuk Lomba Dance, kau harus ikut" Ucap Bara sambil menahan tangan Zara yang akan keluar kelas.
"Kau serius? Hari ini? Lalu yang seleksi siapa? " tanya Zara ini kesempatan baginya.
"Ketos, banyak guru juga." jawab Bara
"Emm oke aku mau, Rick bajumu dimana?"
"Di loker, nih kuncinya." ujar Rick sembari melemparkan kunci.
Zara pun bergegas mengganti baju seragamnya. Karna seragam Rick kecil sangat pas untuk badan Zara. Lalu mereka pergi ke ruangan seleksi, sudah banyak murid disana. Terutama Clara ada disana, Zara tidak peduli dan ia duduk dikursi.
Dan Bara juga kembali ke tempat duduknya sebagai wakil ketua osis.
Disana ada Gabriel Ketua Osis ganteng yang Zara taksir. Karna kegantengan Gabriel membuat Zara betah diruangan itu, dan banyak pertanyaan yang ia sengaja tanyakan. Dengan malas Gabriel menjawab pertanyaan Zara. Gabriel tau kalau itu hanya ulah Zara.
Karna seleksi sudah dimulai Zara menunggu urutan saja. Semuanya diambil satu persatu akan digabungkan untuk 5 kelompok dan berisi 5 orang. Karna Bara dan Gabriel multitalenta, mereka juga mengajarkan Dance.
"Bara, ada apa dengannya? Kenapa bertanya terus-menerus. Sampai yang lain tidak berani bertanya. Lelah aku menjawabnya." Gerutu Gabriel yang capek dengan sikap Zara.
"Sudahlah, sekarang kita fokus mengawasi mereka jangan sampai ada yang cidera." ujar Bara sembari menyapu ruangan yang sudah penuh dengan siswa siswi untuk mengikuti seleksi.
"Kita mulai" Ucap Gabriel dan bersama rekan-rekannya termasuk Bara.
Zara berlatih dihadapan kaca belum berganti baju masih dengan seragamnya sampai roknya menyibak ke atas.
"Upss, lumayan sulit." ucapnya, Zara ingin menarikan Love Shot ala Kai Exo yang dadanya kemana-mana membuat jantung perawan meledak-ledak. Eyak!
TBC