Bab 15

"Udah tahu, anak akuntan publik yang baru?" Tanya Welly. Pagi hari semua orang dihebohkan, dengan kehadiran sosok Galen dan istrinya--Emery Mclan. Sosok pirang yang menari perhatian siapa saja, karena berpenampilan unik sendiri.

Hati Irish sudah kebal menerima semuanya. Kabar apalagi yang tak lebih mengenaskan dari nasibnya? Ia rela menabung selama 4 tahun dan berhemat demi menemui sang kekasih yang nyatanya tak membuahkan hasil sama sekali, dua bulan berikutnya Irish mendengar kabar, Galen kembali ke tanah memboyong istri. Demi biji-bijian yang ada di muka bumi ini, otak Irish mau pecah seorang Galendra Raksa telah menikah. Meni fucking kah. Dengan gadis pirang yang ia tak kenal sama sekali, Irish mengira keduanya akan berakhir bersama, nyatanya ia hanya jadi masa lalu.

Galen tiba-tiba membuat kabar lebih mengejutkan lagi, ia kerja di kantor yang sama, bagian akuntan publik, walau mereka berbeda divisi. Irish hanya diam.

Sebagai lulusan luar negri, Galen tentu bisa diterima dimana saja, tapi kenapa cowok itu memilih tempat kerjanya juga? Sengaja menunjukan ke Irish ia sudah move on? Memangnya Irish masih mengharapkan dirinya?

Irish terus melanjutkan pekerjaannya, dan membiarkan banyak kabar burung yang masuk hari ini.

_______________________________

Galen tentu punya beribu alasan kenapa ia tiba-tiba menikah dan kembali ke dalam negri.

Saat ia tengah dilanda gegan karena memikirkan Irish dan ayahnya menelfon, menyuruh Galen pulang. Orang tua itu itu, sakit keras dan menginginkan Galen kembali.

Bapak : Bapak sakit keras, pulang nak. Nggak papa kerja disini gaji kecil, yang penting Bapak mati, bisa lihat Bapak.

Galen hanya terdiam beberapa saat, ketika ia membaca pesan tersebut. Pulang? Ia tak pernah berpikiran untuk pulang, California dan Emery merupakan rumah bagi Galen sekarang.

Tapi Galen langsung memgemas semua pakaiannya, ketika Ibunya menelpon dan menangis-nangis meminta Galen pulang. Wanita nomor satu bagi Galen, tak bisa ia abaikan. Titah sang Mama segalanya bagi Galen, akhirnya Galen pulang ke tanah air.

"Aku harus pulang." kata Galen dengan berat pada Emery, ketika gadis itu terus menodong pertanyaan pada dirinya. Seminggu Galen memikirkan semua ini, dan hasilnya ia harus tetap pulang, ia masih punya orang tua kandung.

"You leave me?" tanya Emery dengan suara gemetar. Tak ada ucapan resmi dari bibir keduanya sebagai sepasang kekasih, tapi dari lubuk hati paling dalam dan perilaku keduanya, mereka saling menyanyangi dan taj bisa hidup satu sama lain.

"Babe, you'll leave me? Alone?" Galen hanya diam, menarik napas panjang dan membawa Emery dalam dekapannya. Ia menyayangi gadis ini, gadis agresif yang selalu ada untuk dirinya. Galen mencium rambut Emery dengan sayang.

"Aku tak bisa berjanji. Tapi mungkin aku akan kembali menjemputmu disini." Galen takut berjanji, ia takut mengulang kesalahan yang sama pada Emery. Telah banyak yang Emery korbankan untuk dirinya, dan gadis itu pantas bahagia.

"Aku tak butuh itu semua. Bring me there. Aku ikut! Please babe, dimanapun kamu berada, aku akan berada disana." ujar Emery lirih sambil memegang baju Galen.

"Bagaimana dengan orang tuamu? Karirmu? Masa depanmu--"

"I'm your future." potong Emery cepat dan menabrakn bibirnya dengan bibir Galen. Keduanya berciuman, dengan rasa sakit yang dirasa masing-masing.

Ciuman keduanya melebur. Dengan pelan Galen memangit bibir mungil Emery dan merasakan bibir itu untuk terakhir kalinya. Setelah ia pergi, entah takdir akan membawanya kembali pada Emery atau orang lain, tapi Emery telah menempati ruang hatinya yang lain. Lidah keduanya bergantian, saling menyecap, pemberi tanda, ini akhir dari kasih mereka.

"Bisakah aku ikut?" Emery mencengkram kaos putih milik Galen. Ia tak ingin melepaskan lelaki ini. Karena Galen, ia tak lagi berkumpul bersama teman-temannya, ia rela hidup bersama Galen, tanpa peduli ada orang yang suka padanya atau tidak.

"Tempatnya sangat jauh. Aku takut, kamu tidak betah disana, dan mengurus buat jadi imigrasi itu ribet."