Bab 10
Ada yang bilang, jika kita sedang stress liburan adalah solusi yang tepat. Tetap saja, Galen merasa kosong ketika Emery mengajaknya pergi.
Sekarang musim panas. Waktu yang begitu indah, menikmati sunset. Galen hanya memandangi, banyak kebun-kebun apel dan anggur yang mereka lewati. Cowok itu hanya terdiam. Irish. Galen memikirkan Irish, Galen tak ingin Irish berpikir macam-macam. Tapi, Galen tak ingin menjelaskan permasalahannya pada Irish, ia tak mau Irish berpikiran tentang nasibnya, tapi Galen juga tak ingin Irish berprasangk buruk tentang Emery dan dirinya.
Emery melajukan mobilnya, melewati padang rumput yang begitu luas sejauh mata memadang. Jalanan begitu lurus. Negara ini, benar-benar luas.
"Aku tahu spot terbaik untuk melihat sunset." Emery membelokan mobilnya memasuki rerumputan yang panjang-panjang, bahkan truck Emery tenggelam. Tapi, gadis itu menerobos masuk. Ketika, telah sampai di tengah ada sebuah lapangan luas yang rumputnya pendek-pendek. Sekarang, sudah pukul 8 malam. Setelah memakan sandwhich, Emery mengajak Galen pergi melihat sunset.
"Ayo babe turun." Galen turun mengikuti Emery. Gadis itu memakai tanktop, dan rok pendek sebatas paha dan memaki ankle boots. Galen tak mengerti dengan fashion Emery, tapi lama-lama ia terbiasa melihat gaya berpakaian Emery. Irish lebih suka, gadis sederhana seperti Irish kekasihnya.
Kedua sejoli itu duduk di atas kap mobil, masih memandang ke arah matahari, yang sudah berwarna merah keorenan. Begitu sempurna. Galen dan Emery berada di tengah padang savanah yang begitu luas.
"Terkadang, ada penggembala yang membiarkan domba-domba makan rumput disini." Ujar Emery sambil menunjuk rumput-rumput yang terlihat begitu hijau dan subur.
"Oh benarkah?" Galen menoleh pada Emery. Gadis itu mengangguk.
"Kau tahu babe. Aku suka sekali melihat sunset, jika diizinkan aku ingin melihat sunset setiap saat di tepi pantai. Aku merasa damai ketika melihat sunset dan laut." Curhat Emery. Galen sudah tahu, apa yang Emery suka dan benci. Gadis itu telah membeberkan apapun yang ia rasakan pada Galen. Dan Galen hanya menjadi pendengar setia. Karena, tak tahu harus merespon seperti apa. Yang penting ia memberi sedikit ekspresi, agar Emery merasa bahwa Galen menghargai Emery.
"Bolehkah, kita mengambil gambar berdua?" Galen mengangguk. Emery meloncat turun, dan mengambil polaroid di dashboard truck miliknya. Polaroid berwarna putih telah dipegang Emery.
"Babe senyum." Galen refleks menolah pada Emery yang telah mengambil gambaranya. Emery mencabut print hasil gambar yang ia tangkap. Emery mengipas-ngipas foto tersebut dan memberi pada Galen.
"Simpan ini. Nanti kita jalan lagi, dengan terus membawa polaroid." Galen menerima foto yang sudah jadi. Ia memperhatikan potret dirinya. Senyum kerinduan. Dalam senyum itu, tersimpan banyak kerinduan di dalam sana. Home sick. Galen rindu kampung halaman, rindu masakan ibunya, rindu nasi goreng buatan Irish yang begitu khas. Irish membuatkan Galen nasi goreng, dengan mencampurkan wortel di dalamnya. Padahal, Irish tahu Galen tak suka makan sayur. Tapi, Irish memaksa agar Galen suka sayur.
Galen memasukan gambar itu dalam saku celananya.
Emery meloncat naik ke tas kap truck miliknya. Keduanya berpose. Galen hanya tersenyum simpul.
Galen melihat ke polaroid yang dipegang Emery dan gadis itu mencium pipinya. Jika, orang melihat pasti mereka mengira, keduanya sepasang kekasih yang tengah kasmaran.
"Oh babe aku melewatkan moment terbaik sunset." Teriak Emery heboh. Gadis itu mengambil ponselnya dan memvideo susnset yang perlahan ditelan bumi.
"Semoga Galen menjadi jodohku." Gurau Emery.
"Make a wish, ketika bintang jatuh bukan matahari tenggelam."
"Bagiku, matahari bersinar lebih terang dari bintang, jadi keinginan kita lebih cepat terkabul, dari pada make a wish pada bintang jatuh." Bela Emery.
Galen memandang ke arah matahari yang perlahan menghilang. Warna orens itu, perlahan digantikan dengan warna hitam. Apa hidupnya akan seperti itu? Warna hitam akan datang menghampirinya. Kegelapan yang menyelimuti kehidupannya, atau hubungannya akan gelap seperti suasana sekarang.
"Kita benar-benar harus berlibur ke pantai. Atau kita ke Hawaii." Emery memeluk leher Galen, seperti kebiasannya.
"Terlalu banyak rencana."
"Tidak ada yang salah dengan sebuah rencana. Hidup penuh dengan misteri, jadi kita harus merencanakan seribu satu cara menghadapi semuanya." Galen memandang takjub pada Emery. Gadis ini ajaib. Galen juga senang, sekarang gadis itu tak lagi berteman dengan teman-temannya yang akan membawa dampak buruk pada pergaulan Emery.
"Tapi, aku sudah tida bersabar untuk berlibur ke negaramu. Aku akan pakai bikini setiap hari." Galen tak bisa membayangkan, bagaimana Emery menghadapi panasnya negara tercinta. Walau California termasuk negara panas di bagian Amerika, tapi tak semenyengat kampung halamannya.
Tanpa sadar tangan Galen melingkar di pinggang Emery. Gadis itu telah menyandarkan kepalanya di bahu Galen, sambil menikmati pergantian malam.
Mereka masih nyaman berada disana.
I want to wear his initial
On a chain round my neck. Not because he owns me. But 'cause he really knows me.
Bisik Emery pada dirinya.
"You don't need to save me, But would you run away with me?" Emery memandang Galen, dan berakhir memberi ciuman pada cowok itu.
