Bab 8 . Berkecil Hati
Setidaknya, hari ini Bella dapat melihat ibunya tersenyum dan dirinya berterima kasih karena kedatangan Nicholas.
Hari-hari berlalu dengan cepat, tidak terasa tiga tahun sudah berlalu. Saat ini, Bella berusia 20 tahun. Enam bulan lagi, ayahnya akan dibebaskan. Karena kelakuan ayah yang baik, beliau mendapatkan remisi.
Bella tidak lagi kuliah. Keuangan keluarga mereka sangat buruk. Uang yang di dapat dari menjahit boneka tidak seberapa. Terlebih, Bella masih harus ikut membayar cicilan kendaraan Nicholas. Namun, Bella tidak keberatan. Nicholas tumbuh menjadi pemuda yang begitu memukau dengan otak brilian.
Terkadang, Bella akan merasa berkecil hati saat bersama dengan Nicholas. Banyak hal yang tidak lagi dapat mereka bicarakan, bisa dikatakan jenjang sosial mereka sudah berbeda. Bahkan, Bella sudah jarang pergi ke rumah keluarga Hall. Orang tua Nicholas beberapa kali secara terang-terangan menolak kehadirannya, dengan mengabaikan deringan bel yang dibunyikan olehnya.
Sedih, sudah pasti. Namun, ini adalah jalan yang dipilihnya. Beruntung, Nicholas masih memperhatikan dirinya dan sesekali akan mengajaknya berkencan. Tidak dipungkiri Bella berharap dapat segera menikah dengan kekasihnya itu. Namun, tanpa persetujuan kedua orang tua kekasihnya, hal itu menjadi mustahil.
Hari ini, Nicholas mengajaknya makan malam di kedai dekat rumah mereka. Sekitar pukul 8, Nicholas mengantarnya kembali ke rumah dengan berjalan kaki. Mereka berdua bergandengan tangan dalam diam.
Tepat di depan rumah Bella, Nicholas memeluknya dan mengecup keningnya perlahan. Tidak dipungkiri, dirinya sangat menyayangi gadis ini. Walaupun, semakin lama semakin sulit membujuk kedua orangtuanya agar mau menerima Bella. Pernah, Nicholas menyinggung akan menikahi Bella begitu dirinya lulus kuliah. Namun, untuk kali pertama Nicholas melihat ibunya mengamuk dan menangis meraung-raung.
"Istirahatlah," ujar Nicholas kepada Bella.
Bella mengangguk dan bejalan masuk ke dalam rumah, tidak berbalik menatap pria itu seperti biasanya. Entah mengapa, Bella semakin merasa tidak percaya diri berada dekat dengan Nicholas.
Nicholas berbalik dan hendak berjalan kembali ke rumah. Langkahnya terhenti, saat sebuah mobil sedan berwarna putih keluaran terbaru berhenti tepat di hadapannya.
Di dalam mobil, Crystal mematikan mesin dan turun. Crystal iri melihat bagaimana saudari bodohnya itu memiliki seorang pria yang mencintainya. Walaupun, Crystal yakin rasa cinta itu sudah semakin terkikis. Mengapa dirinya yang lebih cantik dari Bella, harus menjalani kehidupan seperti ini. Pria tua yang menjadi kekasihnya selalu memperlakukannya dengan kasar. Namun, bayaran yang diterimanya cukup memuaskan. Saat ini, apartemen atas namanya sedang direnovasi dan dalam waktu 3 bulan, dirinya akan pindah dari rumah kumuh ini.
Crystal berjalan ke arah Nicholas dan berhenti tepat di hadapannya.
Crystal adalah kebalikan dari Bella. Crystal sadar akan kecantikannya dan semua itu disempurnakan dengan pakaian bermerek serta riasan yang tepat. Rambut sepinggang lurus berwarna merah kecoklatan, wajah cantik dengan lipstik merah menyala. Tubuh tinggi dengan lekuk sempurna, menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang model.
Gaun hitam ketat memeluk tubuh rampingnya itu.
"Kamu begitu makmur, mengapa tidak membantu ibu dan saudarimu? Kamu bahkan meninggalkan semua pekerjaan rumah kepada Bella!" ujar Nicholas langsung tanpa basa-basi. Dirinya tidak pernah menyukai Crystal yang selalu egois.
Crystal tersenyum sinis, dan melipat kedua tangannya di depan dada menatap Nicholas. Memiringkan sedikit kepalanya dan berkata, "Bagaimana denganmu? Kalian sudah berpacaran bertahun-tahun. Kapan kamu akan meminang saudariku itu?"
"Bukan urusanmu!" bentak Nicholas.
Ha ha ha!
Crystal tertawa sambil menyentuh pundak Nicholas dan berjalan mengitari pria itu untuk menilai penampilannya. Nicholas tampan dengan tubuh tinggi proporsional. Namun, pria muda tanpa kekayaan tidak diinginkan Crystal. Crystal yakin, Nicholas akan menjadi pengacara sukses. Hal itu sudah terlihat jelas dari bagaimana terkenalnya Nicholas di kampus karena kemampuan serta ketampanannya. Crystal tahu semua itu, mereka ada di kampus yang sama hanya berbeda jurusan.
"Tentu itu urusanku! Jika kamu mengkritik bagaimana sikapku, maka biar aku ingatkan dirimu tidak jauh berbeda dari diriku! Kamu memanfaatkan Bella. Bella membayar cicilan mobilmu bukan? Tidak perlu menjadi pintar untuk mengetahui ibumu memanfaatkan saudari bodohku itu."
"Dan ..., kamu mengajak saudariku itu berkencan di kedai makan daerah ini! Sedangkan, kamu begitu sering berkumpul dengan teman-temanmu di klub dan restoran ternama. Jangan bilang kamu malu memiliki pacar seperti Bella." Crystal tahu semua itu dan wajar saja jika Nicholas merasa malu. Dirinya sendiri juga malu memiliki saudari seperti Bella.
"HENTIKAN!" teriak Nicholas.
Apa yang dikatakan Crystal tidak sepenuhnya salah. Nicholas tidak mau mengakui, bahwa dirinya malu memiliki kekasih seperti Bella. Ayah seorang narapidana dan Bella hanya lulusan SMA. Itulah alasannya, Nicholas tidak pernah mengajak Bella bergabung dengan teman-teman kuliahnya. Namun, di sisi lain Bella sudah berkorban untuknya. Bella tidak dapat kuliah, karena tabungan Bella digunakan untuk membayar uang muka serta cicilan mobil.
Crystal berdiri tepat di hadapan Nicholas. Sisi jahat dalam diri Crystal ingin merebut pria ini dari saudarinya itu. Bella tidak berhak memiliki pria sehebat ini.
Perhatian Nicholas teralihkan dengan aroma parfum Crystal yang menguasainya. Wajah mereka begitu dekat, bahkan Nicholas dapat merasakan napas hangat Crystal di wajahnya.
"Aku yakin, kamu bahkan belum menyentuhnya seperti ini!" bisik Crystal tepat di telinga Nicholas. Tangan Crystal bergerak turun dari pundak Nicholas. Sentuhan hangat melewati dada, perut dan terus turun sampai bagian atas ikat pinggang pria itu.
"Hmmm, aku yakin kalian belum pernah melakukan ini!" bisik Crystal kembali. Kali ini, Crystal mengecup pelan cuping telinga Nicholas dan tangannya semakin turun melewati ikat pinggang pria itu. Menyentuhnya lembut dan merasakan bagian itu bereaksi terhadap sentuhannya. Seulas senyum puas, terpatri di wajah cantik Crystal.
"Jauhkan tanganmu!" desis Nicholas dan mundur satu langkah, memutuskan semua sentuhan Crystal di tubuhnya. Napasnya memburu dan tubuhnya memanas. Hubungannya dengan Bella tidak pernah sejauh ini, mereka saling menyayangi dan menghargai. Nicholas akan menyentuh Bella, setelah mereka menikah nanti.
Ha ha ha!
Crystal kembali tertawa menggoda. Hanya dengan melihat tampang Nicholas saat ini, Crystal tahu pria itu masih perjaka.
"Kamu bahkan tidak menyentuh Bella! Bagaimana bisa kamu mengatakan mencintainya? Buktikan rasa cintamu dan segera menikahinya, maka aku akan mengakui keseriusan perasaanmu terhadap Bella!" ujar Crystal dan berjalan melewati Nicholas menuju rumah kumuh yang sangat dibencinya. Dirinya akan merebut pria itu dari Bella. Namun, sebelum itu Crystal harus memastikan Bella sudah ternoda sebelum ditinggalkan.
***
Hari-hari kembali berlalu dengan membosankan. Bella berulang tahun hari ini, ibu sudah menyiapkan mie goreng dan dua butir telur merah untuknya. Tidak ada perayaan atau kue tar. Namun, Bella bersyukur dirinya masih memiliki kesehatan.
Bella duduk di meja makan dan menyantap mie goreng sederhana itu. Ibu pergi mengantar boneka yang sudah selesai dijahit dan itu butuh 2 jam untuk pulang pergi. Jadi, Bella memiliki waktu 2 jam beristirahat sebelum ibu membawa semakin banyak boneka yang harus dijahit.
Klik!
Pintu depan rumah terbuka dan Bella melihat Nicholas yang datang.
"Nicholas!" panggil Bella.
Hari ini hari Sabtu, Nicholas memang libur kuliah. Namun, tidak pernah Nicholas datang sepagi ini.
Nicholas berjalan menghampiri Bella dan menatap kekasihnya itu. Ucapan Crystal seakan meracuni otaknya dan Nicholas harus membuktikan perasaannya kepada Bella. Apalagi Nicholas merasa bersalah, karena menikmati sentuhan Crystal waktu itu.