Ringkasan
Isabella Swan, berkorban demi pria yang dicintainya. Dirinya, menggantikan kekasihnya itu sebagai tersangka pembunuhan. Kepercayaan dan cintanya dikhianati. Bahkan, kekasihnya berselingkuh dengan saudarinya. Hal itu, membuat Bella terjebak dibalik jeruji. Tidak ada yang menolongnya, bahkan mereka semua berusaha agar dirinya mendekam dan membusuk di sana. Bella keguguran di balik jeruji. Hidupnya seakan di neraka, tetapi rasa benci memberikan kekuatan untuk bertahan hidup. Pengorbanannya itu, membawa Bella ke hadapan Benedict Knight. Pengusaha kaya dan terkenal arogan. Pria yang kehilangan kekasih, karena kecelakaan yang membuat Bella meringkuk dibalik jeruji. Rasa benci membuat Ben semakin terobsesi kepada Bella. Membuatnya selalu memperhatikan setiap langkah wanita itu, baik dibalik maupun di luar jeruji. Bau busuk tidak akan mampu disembunyikan selamanya. Akan tiba saatnya, bau itu menguar. Perlahan dan pasti, kebenaran mulai terungkap. Rasa benci, perlahan berubah menjadi cinta. Membuat kehidupan Bella yang seakan di neraka, berubah total.
Bab 1 . Ayah Pemabuk
Isabella Swan atau yang biasa dipanggil Bella, mengintip dari balik pintu kamar tidurnya. Gadis berusia 17 tahun itu, mendengar pertengkaran kedua orang tuanya dan itu mengusik perhatiannya.
Lain halnya dengan Crystabella Swan yang biasa dipanggil Crystal, sang kakak sama sekali tidak peduli dengan pertengkaran kedua orang tuanya itu. Crystal menggunakan headset untuk kembali fokus pada permainan ponselnya.
Kedua orang tuanya sering bertengkar, bahkan terkadang beberapa pukulan mendarat di tubuh ibu. Bella sangat mengkhawatirkan ibu, yang sudah begitu lelah seharian bekerja dan masih harus menghadapi ayah yang selalu pulang dalam keadaan mabuk.
Semenjak ayah dipecat dari pekerjaannya 3 tahun yang lalu, beliau menjadi frustasi dan sangat mudah tersinggung. Setiap ibu mengucapkan sesuatu, maka ayah akan langsung mengamuk. Ayah bukannya berusaha mencari pekerjaan lain, tetapi malah menghabiskan waktu dengan minum minuman beralkohol.
PRANGGG!
Suara piring pecah nyaring terdengar. Spontan Bella langsung menutup rapat pintu kamar dan menguncinya.
Bella kembali duduk di meja belajarnya dan melanjutkan belajar. Besok, dirinya akan menghadapi ujian akhir semester.
Crystal sendiri sudah duduk di bangku kuliah. Walau keluarga mereka kesulitan dalam hal keuangan, tetapi ibu tetap ingin anak-anaknya dapat bersekolah dan kuliah, agar memiliki masa depan yang cerah.
Namun, mungkin Bella tidak akan memiliki kesempatan mengeyam pendidikan di bangku kuliah. Crystal bercita-cita menjadi seorang artis dan mengambil kuliah jurusan seni, serta kelas modeling. Itu artinya Crystal juga menggunakan biaya kuliah miliknya, yang telah dipersiapkan oleh ibu.
Awalnya ibu menolak permintaan Crystal untuk kuliah jurusan seni dan mengambil kelas modeling, karena biaya yang sangat mahal. Namun, karena hal itu, ibu dan kakak bertengkar hebat untuk pertama kalinya. Tidak ingin kedua orang yang begitu dicintainya bertengkar, Bella membuka suara dan mengijinkan kakak menggunakan uang kuliah miliknya. Tentu ibu keberatan, tetapi Bella meyakinkan bahwa dirinya akan bekerja di tahun pertama setelah lulus dan kuliah di tahun kedua setelah memiliki tabungan.
Bella, murid berprestasi dan selalu memperoleh beasiswa. Ibu tidak pernah mengkhawatirkan dirinya, tetapi kakak adalah kebalikan darinya yang selalu membuat ibu cemas.
Sambil belajar, Bella memasang telinga berusaha mendengar apakah ayah masih berada di dapur. Keadaan sepi, itu artinya ayah sudah masuk ke dalam kamar dan ibu sedang membersihkan kekacauan yang dibuat ayah.
Bella menutup buku dan berjalan keluar dari kamar tidur.
"Bu! Ibu istirahatlah, biarkan aku yang membersihkan semua ini!" ujar Bella saat berdiri di hadapan ibu.
"Tidak! Tidak apa-apa! Kamu tidurlah, bukankah besok kamu akan menghadapi ujian akhir?" tanya ibu penuh perhatian.
"Aku sudah mempelajari semuanya! Ibu pergilah beristirahat! Ayah pasti sudah tertidur," ujar Bella sambil mendorong tubuh ibu menuju kamar.
"Baiklah! Terima kasih, Bella!" ujar ibu tulus.
Bella tersenyum indah dan menganggukkan kepala. Setelah memastikan ibu masuk ke dalam kamar, Bella baru mulai mengumpul pecahan piring kaca yang berserakan di lantai bersama makanan yang mereka sisakan untuk ayah. Sungguh mubazir, tidakkah ayah tahu beras dan sayuran di kulkas sudah hampir habis. Ayah dengan seenaknya membuang semua makanan ini. Mereka makan sangat sedikit agar semua dapat makan, tetapi kelakuan ayah membuat Bella merasa sedih.
Setelah lantai bersih dari pecahan piring, Bella membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa sayuran. Bella mencuci dan memotong semuanya, agar besok ibu tinggal memasaknya. Ibu akan bangun saat langit masih gelap untuk membersihkan rumah, mencuci pakaian dan memasak. Setelah itu, ibu akan berangkat ke pabrik pengalengan ikan dan bekerja di sana sebagai buruh harian. Malamnya, ibu akan membantu di kedai makan dekat rumah mencuci piring dan mendapatkan upah harian.
Hanya dengan menatap, Bella tahu ibu sangat lelah, tetapi beliau tidak pernah mengeluh. Itu yang membuat Bella harus berinisiatif membantu meringankan beban ibu.
Butuh waktu hampir 1 jam untuk menyelesaikan semua itu dan Bella kembali ke kamar setelah selesai. Crystal masih berkutat dengan ponsel di ranjangnya. Bella naik ke ranjang miliknya dan merebahkan badan, tidak lama dirinya pun tertidur.
Keesokan harinya, semua pergi meninggalkan rumah untuk menjalankan rutinitas masing-masing, kecuali ayah yang masih tertidur.
Di sekolah, Bella adalah murid teladan dan pendiam. Namun, diam-diam Bella menjalin kasih dengan Nicholas Hall, sahabat masa kecilnya. Mereka tinggal di lingkungan yang sama, tepatnya rumah mereka hanya dibatasi oleh satu gang kecil. Mereka tumbuh besar bersama dan hubungan mereka sudah berjalan selama 3 tahun. Nicholas berada di kelas B dengan tingkatan yang sama dengannya yaitu tingkat akhir.
Tahun ini, mereka akan lulus dan Nicholas akan mengambil kuliah jurusan hukum. Kekasihnya itu bercita-cita menjadi seorang pengacara ternama.
Perekonomian keluarga Hall tidak jauh berbeda dengan keluarga Swan, keluarganya. Namun, Nicholas adalah anak tunggal dengan ayah dan ibu yang bekerja. Jadi, dapat dikatakan kehidupan Nicholas lebih beruntung dibandingkan dirinya.
Tidak terasa hasil akhir pembelajaran dibagikan dan seperti biasa, Bella tetap berada di peringkat teratas.
"Bella, ikut Ibu ke ruang guru!" ujar wali kelas saat pelajaran selesai.
Bella merapikan buku dan memasukkan ke dalam tas ranselnya. Lalu, mengikuti wali kelas menuju ruang guru.
Wali kelas duduk di meja kerjanya dan meminta Bella duduk di hadapannya.
"Nilaimu sempurna! Ibu sangat bangga memiliki murid cerdas seperti dirimu!" puji wali kelas.
"Ibu sudah mengatur beasiswa kuliah di salah satu universitas ternama! Ibu sudah melihat beberapa jurusan yang cocok untuk dirimu! Ini catatan beberapa jurusan yang sudah Ibu rangkum untukmu!" ujar wali kelas sambil menyodorkan secarik kertas memo kecil kepada Bella.
Bella menerima kertas itu dan melihatnya, semua jurusan yang dipilih wali kelas sesuai dengan kehendaknya. Walaupun menerima beasiswa, tetapi masih banyak biaya lain yang harus dibayar. Jika Crystal tidak menggunakan uang kuliah bagiannya, maka dirinya masih memiliki kesempatan untuk kuliah. Namun, keputusan telah dibuat dan tidak ada jalan kembali.
"Maaf, Bu! Namun, aku akan cuti 1 tahun sebelum.kuliah!" ujar Bella pelan. Dirinya akan bekerja dari pagi sampai malam untuk mengumpulkan uang.
"Tapi... beasiswa ini akan hangus jika tidak digunakan tahun ini!" ujar wali kelas penuh kekhawatiran.
Bella hanya menunduk. Dirinya tahu akan hal tersebut, untuk itu tahun depan dirinya akan mencari universitas lain yang biayanya sesuai dengan penghasilannya.
Sang Wali Kelas menghela napas berat dan berkata, "Ibu mengira tidak akan ada masalah di biaya kuliah! Bukankah kakakmu Crystal kuliah di universitas ini dan mengambil jurusan seni? Bahkan Ibu dengar, Crystal juga mengambil kelas modeling! Apakah ini adil untukmu?"
"Bukan masalah besar, Bu! Aku hanya akan tertinggal 1 tahun saja!" ujar Bella mencoba menghibur dirinya sendiri.
"Baiklah! Jika itu keputusanmu, maka tidak ada lagi yang dapat Ibu perbuat! Pulanglah!" ujar wali kelas.
Setelah mengucapkan terima kasih, Bella meninggalkan ruangan guru. Dengan perasaan sedih dan langkah berat, Bella berjalan menuju gerbang sekolah.
"BELLA!" panggil Nicholas Hall yang menunggu dirinya di depan gerbang.
Melihat kekasihnya itu, baru dapat membuat dirinya tersenyum.
"Nicholas!" sapa Bella saat berada tepat di samping kekasihnya itu.
"Bagaimana? Sudah memutuskan jurusan mana yang akan kamu ambil? Bukankah ini sangat menyenangkan kita akan kuliah di universitas yang sama!" ujar Nicholas bahagia.