Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 . Godaan

Bella meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya. Kecewa, benar dirinya merasa kecewa. Namun, itu hanya ditelannya sendiri dan tidak diutarakan kepada kekasihnya itu. Bella menghela napas dan kembali duduk di ruang tamu, kembali menjahit mata boneka. Perlahan, air mata mulai membasahi wajahnya. Di lubuk hatinya, Bella tahu Nicholas malu akan dirinya. Namun, ada rasa berhutang yang membuat pria itu tetap bertahan di sisinya.

Seharusnya, waktu itu Bella tidak menyerahkan kesuciannya kepada Nicholas. Hal itu, malah akan membuat Nicholas terikat padanya. Namun, rasa takut ditinggalkan membuat Bella menyerahkannya.

Impiannya yang tersisa, tinggal satu. Hanya satu, yaitu menjadi istri Nicholas Hall. Hanya pria itu yang dimilikinya. Jika, Nicholas meninggalkannya maka dirinya tidak lagi memiliki harapan dan impian. Jadi, karena alasan itulah Bella bersedia menyerahkan kesuciannya, pagi itu. Saat ini, dirinya hanya berharap mengandung dan Nicholas segera meminangnya.

Langit sudah gelap, saat Nicholas meninggalkan gedung perkantoran Firma Hukum White. Dirinya melangkah dengan bangga. Bagaimana tidak, dirinya langsung direkrut menjadi karyawan tetap dengan begitu banyak fasilitas. Hal itu terjadi, karena Nicholas telah menyuarakan perihal kemungkinan Tuan Mark Adams akan menjadi klien pertamanya. Memang hal itu terlalu awal diutarakan oleh Nicholas, tetapi pekerjaan bergengsi ini sangat diinginkannya.

Nicholas mengemudikan mobilnya, lebih tepatnya mobil yang sebagian besar dibeli menggunakan uang Bella, menuju gedung Beauty Natural Group. Untuk pertama kalinya, Nicholas tidak sabar itu ingin bertemu dengan Crystal. Biasanya, Nicholas sangat tidak menyukai kakak kekasihnya itu. Wanita itu begitu arogan dan mengabaikan keluarganya.

Mobil berhenti di depan gedung Beauty Natural Group dan Nicholas menghubungi nomor Crystal.

[Halo!]

"Aku sudah sampai!"

[Baik! Aku segera turun.]

Tidak lama, Crystal keluar dari gedung itu. Seperti biasa, penampilannya sempurna. Nicholas menatap wanita itu dari balik kaca mobil.

Kaki jenjang Crystal yang terpampang jelas, melenggang menuju arahnya. Rok pendek sedikit kembang berwarna merah berkibar saat tertiup angin dan memberikan pemandangan yang tak kalah menggoda. Atasan berwarna hitam bahan sutera, walau memiliki model yang tertutup, tetapi menempel lekat di tubuh indah wanita itu. Rambut panjang sedikit ikal berwarna kemerahan, berkibar indah saat diterpa angin. Semua keindahan itu, disempurnakan dengan riasan indah dan sepatu hak tinggi.

Tanpa sadar, Nicholas menelan ludah. Matanya tidak dapat berpaling dari keindahan itu. Sampai pada Crystal membuka pintu mobil dan duduk di sampingnya, saat itu Nicholas baru tersadar dari lamunan liarnya.

"Sudah lama menunggu?" tanya Crystal, sambil mengeluarkan lipstik dari tas tangannya dan memoleskan ke bibirnya. Crystal tahu jelas, bagaimana seorang wanita akan terlihat seksi saat melakukan hal tersebut. Tentu, reaksi Nicholas tidak luput dari lirikan Crystal yang sudah berpengalaman menggoda pria.

"T-tidak!" jawab Nicholas sedikit tergagap sambil berusaha mengalihkan pandangannya.

"Baiklah! Mari pergi ke Bar Zero. Kau tahu tempatnya?" tanya Crystal.

Nicholas mengangguk. Siapa yang tidak tahu bar itu. Bar kecil di pinggiran kota, meskipun kecil tetapi tidak pernah sekalipun diganggu oleh pihak kepolisian. Itu memang aneh, banyak yang berspekulasi bahwa pemiliknya yang misterius adalah seorang pejabat. Nicholas heran, mengapa pria sekelas Mark Adams mau berkunjung ke bar itu.

"Dahimu berkerut, penuh dengan rasa penasaran! Biar aku menjawab rasa penasaran itu. Mark Adams adalah pemilik Bar Zero. Tidak banyak yang tahu dan sekarang itu menjadi rahasia yang hanya diketahui kita berdua!" ujar Crystal.

Nicholas mulai kagum dengan Crystal. Ternyata selain cantik, wanita itu juga cerdas dan memiliki pergaulan yang luas. Andaikan Bella memiliki separuh, bahkan seperempat saja dari kemampuan Crystal, maka Bella dapat masuk ke dalam pergaulannya. Itulah yang dipikirkan Nicholas, saat godaan mulai menghampirinya.

"Bukankah beliau dapat memiliki bar yang lebih terkenal! Apa alasannya memilih bar itu?" tanya Nicholas yang mulai penasaran.

"Hmmm, Tuan Mark Adams suka bermain wanita. Namun, pria itu suka wanita polos, lugu dan baru terjun ke dunia kelam. Mengambil perkataannya, wanita seperti itu masih bersih! Jadi, bar kecil di pinggiran seperti itu yang menampung gadis desa, cocok memenuhi kebutuhannya. Setiap wanita baru, akan dipakainya terlebih dahulu. Jika beruntung, wanita itu hanya perlu melayaninya seorang dan tentu saja sampai dirinya bosan!" jawab Crystal santai.

Yah, alasan mengapa dirinya begitu berharga di depan pria hidung belang itu, karena Crystal menyerahkan keperawanannya pada pria itu. Tentu tidak gratis dan pria itu bahkan membayar lebih. Saat ini, Crystal adalah kekasih kesayangannya. Namun, pria itu tetap mencari wanita lain untuk selingan dan Crystal tidak peduli. Bahkan dirinya bersyukur, setidaknya pria itu lebih jarang mencarinya.

Nicholas menatap Crystal dan kembali kagum. Crystal layaknya wanita dewasa yang matang, bahkan tidak merasa malu saat menceritakan hal tersebut. Bukan rahasia lagi, semua orang di kampus tahu bahwa Crystal adalah wanita simpanan. Namun, siapa pria beruntung itu masih misteri.

Melihat bagaimana Crystal tahu banyak mengenai Tuan Mark Adams, Nicholas yakin pria itu adalah kekasihnya. Ada secercah rasa cemburu tumbuh dalam hatinya. Hal itu, membuat keinginan menjadi kaya dan berkuasa semakin besar.

Butuh perjalanan sekitar 45 menit untuk tiba di bar itu. Bar yang terletak di tempat terpencil dan jauh dari kamera pengawas kota. Itulah alasan, mengapa bar kecil itu selalu ramai dan menyajikan minuman berkelas.

Saat mereka turun, petir mulai menggelegar di atas langit. Menurut perkiraan cuaca, hari ini bakal ada badai dengan kekuatan kecil. Nicholas berharap mereka tidak perlu terjebak di tengah badai, saat kembali nanti.

Pintu bar dijaga oleh beberapa staff keamanan berbadan kekar dengan wajah sangar. Melihat Crystal, mereka lalu langsung memberi hormat dan membukakan pintu.

Nicholas mengikuti Crystal masuk ke dalam bar. Ruangan remang-remang yang dipenuhi kabut asap rokok. Hal itu membuat Nicholas terbatuk-batuk dan Crystal tertawa mengejek betapa lemahnya pria itu.

Kursi di depan meja panjang terisi penuh, begitu juga dengan sofa dan lantai dansa. Para tamu tidak hanya menari, mereka bahkan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan di tempat umum. Nicholas tidak terbiasa dengan pergaulan liar seperti ini dan itu membuatnya menundukkan kepala. Walau keluarga mereka miskin, tetapi orang tuanya membekalinya dengan ajaran norma dan agama. Hal itulah yang membawanya menuju kesuksesan, seperti saat ini.

"Tidak tahan melihat semua ini? Jika, Tuan Mark Adams berhasil menjadi klien pertamamu, maka semua ini akan menjadi bagian dari kehidupanmu!" ujar Crystal tepat di telinga Nicholas.

Kedekatan itu membuat tubuh Nicholas bereaksi dan memalingkan wajahnya menatap Crystal. Wajah mereka begitu dekat, Crystal yang mengenakan sepatu hak tinggi, hampir sama tinggi dengannya. Bahkan ujung hidung mereka saling bersentuhan.

Nicholas melompat mundur satu langkah dan kembali memalingkan wajah, mengabaikan Crystal yang tersenyum penuh makna.

"Ayo!" ajak Crystal, memutus kecanggungan tadi. Awalnya, Crystal mengira dirinya sudah kebal terhadap pria. Biasanya, dirinya yang akan menggoda dan memegang kembali. Namun, tadi untuk sesaat kedekatan itu membuat jantungnya berdebar. Hal itu, membuatnya semakin ingin menguasai dan memiliki Nicholas Hall.

Mereka naik ke lantai atas dan seorang staff melihat kehadiran Crystal, langsung membukakan satu-satunya pintu yang ada di lantai itu.

Musik berdentum lembut di ruangan itu. Hiruk pikuk di luar tidak lagi terdengar, saat pintu ditutup.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel