Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5

“Bukannya kamu ngomong, kalau keluarga kamu bakalan nanya kamu kapan nyusul nikah? Itu yang buat kamu pusing.”

“Itu sih iya, ada benernya juga. Tapi sepupu saya itu akan menikah dengan mantan saya.”

Mata Angel lalau melotot nyaris tidak percaya, “Serius!”

Enzo mengangguk memakan spaghettinya, “Iya, serius.”

“Wah, kalau saya jadi kamu nggak bakalan datang deh. Kok bisa sih mereka nikah?”

“Bisalah, namanya juga orang yang udah cinta banget, yaudah jadi nikah. Enggak bakalan pandang bulu mau dia mantan sapupu atau nggak. Sialnya lagi, mama saya suruh datang, padahal mama saya tau yang menikah itu mantan saya.”

Angel memperhatikan Enzo, “Kamu masih suka sama mantan kamu?” Tanya Angel penasaran.

“Enggaklah, biasa aja sih. Cuma namanya mantan, terus datang ke pestanya, kayak nggak enak aja.”

“Kamu udah kenal sama keluarga si mantan kamu itu?”

Enzo mengangguk, “Iya kenal, keluarga besarnya kenal semua. Cuma mungkin udah nggak jodoh sama saya.”

“Saya sebenernya nggak punya banyak mantan, mantan-mantan saya lost contact semua. Hanya yang ini saja saya harus datang, karena yang nikah juga sepupu saya.”

“Siapa nama mantan kamu.”

“Valdesnova, panggilannya Nova.”

“Belasteran juga sama kayak kamu?”

Enzo mengangguk, “Iya, dia keturunan Belanda, tapi dia pure Indonesia, lahir juga di Jakarta.”

“Pasti cantik banget, kepo juga sama instagramnya,” gumam Angel.

“Cek aja IG nya, nggak apa-apa kok.”

Angel meraih ponselnya, “Siapa namanya tadi?”

“Valdesnova panggilannya Nova,” ucap Enzo.

Angel melihat akun instagramnya mantannya Enzo, karena rasa penasarannya cukup tinggi. Ia melotot tidak percaya kalau mantannya Enzo merupakan mantan miss Indonesia, pemenang dua tahun lalu.

“OMG, ini seriusan?”

“Iya, serius. Kenapa bisa putus sih? Cakep banget loh dia.”

“Ya, namanya nggak cocok kan. Enggak perlu dijabarin juga putusnya kayak apa. Enggak mau inget juga.”

“Terus sepupu kamu?”

“Ya sepupu saya biasa aja sih, mereka juga kayaknya cocok, dan serasi juga. Sama-sama dokter kan, jadi obrolan mereka nyambung dan mungkin punya satu visi dan misi yang sama untuk menyelamatkan dunia.”

Angel tertawa geli, “Yaudah deh, kamu cari aja yang lain, tapi tetep aja ya nggak enak pergi pestanya mantan,” ucap Angel.

“Exactly.”

Angel dan Enzo akhirnya sudah menyelesaikan makanannya, mereka membawa piring kotor di luar. Angel masuk ke dalam kamar mandi sementara Enzo sudah melesat ke kamarnya. Setelah makan Angel menggosok giginya lagi, ia menatap pantulannya di cermin. Ia merasa heran, karena saat makan tadi mereka tidak membahas tentang ciuman mereka tadi.

Angel mengibaskan rambutnya ke belakang, dan mengambil tisu mengelap tangannya yang basah. Ia keluar dari kamar mandi, langkahnya terhenti mendapati Enzo yang baru masuk dari arah pintu. Pria itu tersenyum kepadanya.

Angel menarik napas, dia sebenarnya awkward karena Enzo melangkah mendekatinya. Enzo mengalihkan tatapannya ke arah bibir pink Angel karena ciuman mereka tadi sempat tertunda. Angel hanya diam matanya mengerjap pelan.

Angel menelan ludah, ia melihat Enzo kini di hadapannya. Angel tidak bisa berkata-kata, tiba-tiba Angel berjinjit menyerang ciuman secepat kilat ke bibir Enzo. Saking cepatnya Enzo hampir tidak merasakan.

“Is that what you want,” suara Enzo sedikit terbata dia mengimbangi ciuman Angel.

Angel mengangguk, Enzo lalu menarik tubuh Angel dan mengangkatnya, otomatis kedua kaki Angel melingkar di sisi pianggang Enzo.

“Yeah, sure,” gumam Angel, menjilat bibinya, dan Enzo lalu membalas lumatan Angel.

“Kita pacaran saja kalau gitu,” bisik Enzo dia melahap bibir Angel dan menghisap bibir atas dan bawah dan mengulumnya.

“Saya tidak mau pacaran, saya ingin free,” bisik Angel.

Enzo mengangkat tubuh Angek ke ranjang, dengan posisi duduk dan membimbing Angel duduk di pangkuannya.

“Tadi katanya mau menikah, kenapa saya ajak pacaran nggak mau?” Tanya Enzo lagi dia melumat bibir Angel lagi.

“Saya masih belum mau pacaran, tapi bukan berarti hidup saya seperti bunda Teresa.”

Enzo tertawa lalu melepaskan ciumannya, mereka saling menatap satu sama lain. Seketika Enzo tertawa geli dan hingga Angel merasakan getaran pada tubuhnya.

“Kamu ketawain kenapa?”

“Itu kamu bawa-bawa bunda Teresa.”

“This still feels awkward, jadi kita pilih memulai dulu ya, baru status,” ucap Enzo.

Angel tidak bertanya lagi, karena bingung dengan ucapan Enzo. Ia merasakan tangan Enzo mengelus punggungnya, wajah Enzo merendah dan lalu melumat bibirnya lagi. Mulut Angel terasa manis, lembut dan panas, kombinasi yang sempurna.

Angel menyelipkan lidahnya ke mulut Enzo dan mereka memasuki surga kenikmatan. Enzo mencium Angel dengan dalam dan tidak sabaran. Bibir mereka saling berpangutan, dada Angel menempel di tubuh Enzo.

Kedua tangan Enzo menelusup ke dalam lingerie Angel lalu meremas bokong itu. Bokong Angel penuh dan pinggulnya nyaman di peluk tanpa melepaskan ciumannya. Dia menelusuri g-string Angel, ia merasakan sensasi di sana. Enzo memukul pelan bokong Angel, kemudian meremasnya lagi tanpa rasa bersalah.

“Ahhhh,” desah Angel.

Suara merdu Angel membuat Enzo semakin semangat melakukannya. Enzo mendekatkan bibirnya kembali dan melumat bibir Angel. Kedua tangan Enzo menarik lingerie Angel ke atas dan lalu melemparnya secara sembarang. Kedua tangan Angel lalu menangkup wajah Anzo, Angel menjelajahi rahang Enzo mengusap rambut-rambut tipis yang berada di rahang, dia mengigit pelan dagu Enzo.

Enzo kembali menyambar bibir Angel, gairah mereka berdua sudah meluap-luap, dengan jantung berdebar-debar. Enzo melepaskan pengait bra Angel, dia ia letakan begitu saja bra itu di atas ranjang. Ia melepaskan ciumannya dan beralih mencium leher Angel.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel