Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 4

Enzo kembali memperhatikan Angel, “Habis mandi kayak gini seger ya. Badan nggak capek dan matapun nggak ngantuk lagi.”

Angel masih tertegun, ia mengakui kalau Enzo pria terkeren yang ia temui hari ini. Dia tidak hanya keren namun juga sangat seksi.

“Iya habis mandi seger,” gumam Angel sekenanya.

“Piyama kamu cute,” ucap Enzo, ia melihat Angel mengenakan lingerie satin, imajinasi dan fantasinya terus berjalan, membuat efek daya tariknya semakin liar, gejolak seksualnya meningkat hanya menatap Angel.

“Thank’s.”

“Kamu mau makan apa? Nanti saya sekalian pesanin lewat intercom.”

“Belum terlalu laper sih. Tapi samain aja kayak kamu.”

“Oke.”

Enzo masuk ke dalam kamarnya lagi dia mengenakan boxernya dan kaosnya. Ia melihat buku menu di meja, ia akan memesan dua spaghetti Bolognese, calamari, dan French fries. Enzo memencet tombol, lalu menaruh intercom ke telinganya. Sambungan berbunyi di sana,

“Hello, I'd like to order some food for room service, please.”

“Of course, sir. What would you like to order?”

“I'd like a club spaghetti bolognese, calamary and French fries, please.”

“Got it. And would you like any drinks with that?”

“Yes, I'll have a bottle of still water as well.”

“Excellent choice. Your total will be $50. Will you be paying with cash or charging it to your room?”

“Charge it to the room, please.”

“Perfect. Your order will be delivered to your room shortly. Is there anything else I can assist you with?”

“No, that will be all. Thank you.”

“You're welcome. Enjoy your meal!”

Enzo menutup intercomnya lagi, dia lalu mengenakan parfume pada tubuhnya. Setelah itu ia menyungging senyum, ia melangkah menuju kamar Angel dan ia melihat Angel masih di posisi yang sama. Wanita itu tersenyum kepadanya.

“Hai, lagi nonton?”

“Iya, mau nonton bareng?” Angel menawarkan dirinya kepada Enzo.

“Iya.”

Enzo mendekati Angel, dan lalu naik ke atas ranjang, “Saya sudah pesan makanan, sebentar lagi mereka antar ke kamar.”

“Kamu pesan apa?”

“Spaghetti Bolognese, calamary, French fries, menu umum aja yang semua orang bisa makan, dan itu nggak ada udangnya. Kalau ada udangnya nanti kamu elergi.”

Angel tersenyum dan mengangguk, “Iya.”

Enzo mengubah posisi tidurnya menyamping menatap Angel. Mereka saling menatap satu sama lain. Angel menelan ludah, ia melihat tatapan Enzo yang seakan ingin melucuti seluruh pakaiannya, dia membayangkan kalau tatapan Enzo itu penuh gairah. Rasanya ingin merasakan Enzo mencium seluruh tubuhnnya hingga ia tidak berdaya. Dan untuk pertama kalinya ia bergairah lewat tatapan.

Angel mengalihkan tatapannya ke TV, ia berusaha buang jauh-jauh khayalan liarnya tentang Enzo. Tapi dengan semesta seisisnya ia benaran ingin mencium bibir Enzo.

“Apa yang kamu pikirkan?” Tanya Angel pelan.

Enzo menarik napas, “Melucuti pakaian kamu,” bisik Enzo pelan.

“In your dream.”

Enzo menyungging senyum, “Saya ingin kita berciuman.”

Angel bergerak gelisah, saat itu ia di tarik mendekat ke dada Enzo. Ia dengan pasrah dan ia seakan merasa nyaman diperlakukan seperti itu. Hembusan napas terasa di wajah mereka, Enzo menatap bibir penuh Angel dan tanpa basa basi ia lalu melumat bibir Angel dengan lembut. Hingga Angel hampir tidak merasakannya.

Enzo mulai terbakar gairah karena mulut Angel rasanya manis dan lembut kombinasi yang sempurna. Dia mulai menghisap bibir atas dan bawah secara bergantian. Enzo melepaskan semua energinya demi mencium wanita yang baru ia kenal ini. Sudah lama sekali ia tidak merasakan ciuman seperti ini dan sekarang ia merasakan lagi.

Enzo merasakan kalau Angel membuka mulutnya lalu ia menyelipkan lidahnya di rongga mulut. Enzo seakan memasuki surga kenikmatan. Beberapa detik kemudian ia merasakan kalau Angel membalas lumatannya, dengan sedikit tidak sabaran.

Bibir mereka saling melumat penuh dengan kehangatan dan gairah. Enzo menyentuh dagu Angel agar bibir mereka samakin leluasa melumat. Mereka saling memejamkan mata menikmati energy yang terlepas. Rasanya sangat luar biasa

****

Ting tong …. Ting tong

Oh shit! Umpat Enzo dalam hati. Ia tidak rela jika ciuman mereka berakhir seperti ini. Enzo bersusa payah melepaskan ciuman mereka. Mau tidak mau Enzo melepaskan bibirnya,

“Makanan kita sudah datang, kita makan dulu, nanti lanjut lagi,” bisik Enzo, dia mengusap pipi Angel.

Wajah Angel bersemu merah, ia nyaris tidak percaya bahwa barusan dicium oleh Enzo. Sumpah, ia dan Enzo baru kenalan, namun pria itu sudah berani mencium bibirnya, dan sialnya lagi ia tidak berdaya. Enzo beranjak dari tempat tidur lalu membuka pintu kamar.

Enzo melihat server membawa makanan mereka ke dalam kamar dan meletakan di meja. Enzo membayar tagihannya. Angel menatap Enzo, pria itu tersenyum kepadanya.

“Kita makan dulu,” ucap Enzo.

Angel beranjak dari tempat tidur, sekarang wajahnya merah padam karena ciuman mereka tadi. Entah kenapa ia merasa kalau Enzo terlihat biasa-biasa saja setelah ciuman mereka tadi. Angel memilih duduk di sofa tepatnya di hadapan Enzo. Ia mengambil botol mineral dan meneguknya. Ia menatap makanan di atas meja.

Angel membuka makanan yang terbungkus plastik wrap. Angel mengambil garpu dan ia memakan dalam diam, sesekali menatap Enzo.

“Ada satu hal yang harus kamu tahu kenapa saya malas datang ke pernikahan sepupu saya,” ucap Enzo membuka topic pembicaraan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel