Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3

Angel mendengar suara ponselnya bergetar, dia melihat pada layar ponselnya “Mama Calling” ia menggeser tombol hijau pada layar ia letakan di telinganya,

“Iya, halo ma,” ucap Angel.

“Kamu di mana Angel? Udah sampe Jakarta?” Tanya mama Angel penuh khawatir.

“Belum ma, ini masih di Singapur,” ucap Angel.

“Ya ampun, mama pikir kamu udah di Jakarta. Kamu ngapain lagi di sana?”

“Ya jalan-jalan ma, aduh mama kayak nggak tau Angel aja deh,” ucap Angel, ia melirik Enzo masih di sampingnya, pria itu sengaja mendengar percakapannya.

“Terus kapan kamu pulang ke Jakarta?”

“Besok ma, ini masih transit. Angel ambil transit yang paling lama. Mama tenang aja Angel pasti pulang kok.”

“Kasih kabar kalau kamu pulang.”

“Iya, iya mama.”

Angel mematikan sambungan teleponnya, ia menatap Enzo yang memperhatikannya, ia mengedikkan bahu, “Biasa mama, nanyaian kok saya belum pulang.”

“Mama kamu khawatir tuh, anaknya jalan-jalan sendiri.”

Angel tertawa, “Iya, biasa sih ibu-ibu, padahal udah tua juga, nggak perlu di jaga. Saya juga udah biasa traveling sendiri.”

Enzo mengerutkan dahi, “Emang umur kamu berapa?”

“Tiga tiga. Kamu?”

“Ya ampun, saya pikir umur kamu masih dua lima atau dua enam gitu.”

“Enggak kamu aja sih yang ngomong gitu, semua orang yang baru kenal juga mikirnya gitu,” ucap Angel lalu tertawa.

“Mau mampir nggak?” Tanya Enzo menempelkan kartu akses ke pintu kamarnya.

“Enggak deh, mau mandi,” ucap Angel.

“Habis mandi ke tempat saya ya.”

“Emang ada apa?”

“Ya ngobrol-ngobrol aja. Belum puas juga ngobrol sama kamu.”

“Yaudah kalau gitu, nanti ya, mandi dulu.”

“Iya.”

Angel menempelkan kartu akses ke pintu, dia tersenyum kepada Enzo, dan merekapun berpisah. Angel mendorong kopernya ke dalam dan meletakan di dekat lemari. Dia melepaskan blezernya dan ia letakan di sofa. Kamar ini seperti kamar hotel pada umumnya, dia memperhatikan kamarnya hanya tempat tidur queen size, ada dua lampu tidur, sofa dan kaca jendela yang membentang dengan view terminal Changi Airport, ia bisa melihat pesawat yang terparkir di sana.

Angel membuka kopernya, dia mengambil perlengkapan mandi, dan lalu mencari pakaian ganti. Dia menatap depan, ia mengerutkan dari. Ia mendengar suara ketukkan dari arah sana, Angel menutup mulutnya dengan tangan. Ia tidak percaya kalau kamarnya dan kamar Anzo terhubung connecting door.

“Angel, kamu dengar saya?” Ucap Enzo dia mengetuk pintu itu beberapa kali.

Angel lalu bergegas dan membuka pintu itu, ia menatap Enzo di depan daun pintu. Pria itu masih mengenakan pakaian yang sama, dia tersenyum.

“Ternyata kamar kita terhubung,” ucap Enzo.

“Eh, iya,” ucap Angel kikuk.

“Jangan di tutup ya pintunya.”

“Kenapa?”

“Ya, biar enak aja, berasa deket kalau gini.”

“Owh, oke.”

“Mau mandi ya,” tanya Enzo memperhatikan Angel.

“Iya.”

“Yaudah, mandi sana.”

“Iya.”

Angel kembali mendekati kopernya lagi, jujur ia merasa kikuk berhadapan dengan Enzo. Angel melihat Enzo juga sudah menghilang dari pandangannya. Angel menggigit bibir bawah ia dan Enzo dua orang dewasa di dalam kamar hotel. Jika berduaan di kamar hotel seperti ini tidak sah rasanya jika tidak tidur bersama.

Angel masuk ke dalam kamar mandi, ia membuka seluruh pakaiannya. Air hangat membasahi tubuhnya, ia merenggangkan otot tubuhnya. Ia menggosok tubuhnya dengan sabun. Ia juga tidak lupa untuk keramas pada rambutnya.

Beberapa menit kemudian, Angel sudah menyelesaikan ritual mandinya. Dia mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, lalu memakai moisturizer pada wajahnya, dia juga mengenakan lip blam di bibir. Setelah itu dia mengenakan celana dalam dan bra. Lalu memasang pakaian tidurnya yang telah ia siapkan tadi. Ia menatap penampilannya di cermin. Lingerie berbahan satin berwarna ungu terpasang di tubuhnya.

Piyamanya berbahan satin dengan renda kombinasi, membuatnya terlihat jauh lebih seksi, namun ini masih bisa dipakai dibanding dengan lingerienya berbahan tile yang menerawang sana sini yang ada di kopernya.

Angel membaringkan tubuhnya di ranjang, dia mencarger ponselnya sambil menatap layar ponsel. Ia mengambil remote TV dan menghidupkannya. Seketika TV menyala, agar suasana kamar tidak terlalu sepi. Ia meng-update story instagramnya di layar ponselnya.

“Hai, sudah mandi?” Ucap Enzo.

Tatapan Angel lalu tertuju pada sumber suara, di sana ada Enzo. Ia terpana beberapa detik mentap Enzo. Pria itu hanya mengenakan handuk hotel yang melilit di bawah pusarnya. Mulut mendadak kerontang dengan pemadangan Enzo yang setengah telanjang.

Mata Angel nyaris tidak berkedip saat menatap pinggang langsing, di atas perut rata yang tampak luar biasa untuk ukuran cowok seperti Enzo. Enzo tampak begitu gagah dan menakjubkan di bawah cahaya lampu hotel. Dadanya ditumbuhi bulu-bulu berwarna gelap tebal dan tipis di tempat yang tepat. Demi Semesta, ia menelan ludah ketika Enzo membalikkan badan. Di sana tampak bokong sempurna dan kencang bahkan handuk tebal itupun tidak bisa menyembunyikannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel