Sebelum melamar Aini
“Mas sebenarnya aku masih ada di Kalimantan. Aku sedang bekerja di sana, apakah Mas Sam bisa sabar menungguku sampai aku pulang ke Pare Kediri,” kata-kata Aini dalam cat Wa yang masuk pada Hp Sam malam ini.
Cat tersebut menjadikan bumerang pertama bagi Sam dengan sebuah pertanyaan logis seorang cowok saat kegalauan tengah merajai alam pikiran. Apakah harus melanjutkan hubungan yang terjalin atas dasar tidak nyata ini dan hanya terhubung melalui cat Wa atau beranda Facebook saja? Atau mengakhirinya.
Sam mulai berpikir keras ia terlanjur menyebarkan berita pada teman-teman satu pabrik bahwa ia sudah memiliki kekasih bernama Aini. Ia sudah pula memberi kabar pada orang tuanya bahwa kali ini iya sudah memiliki pacar bernama Aini. Lalu bagaimana kalau mereka bertanya dimanah tempat tinggal pacarmu dan kapan kau perkenalkan pada kami? Sebuah pertanyaan terus berputar.
Saat pertanyaan itu muncul mungkin Sam hanya bisa diam saja mengingat Aini sekarang masih tinggal di Kalimantan. Disana iya sedang bekerja dan entah kapan pulangnya. Memang Aini menjelaskan kalau orang tuanya tinggal di kecamatan Pare salah satu kecamatan yang masuk wilayah kota Kediri.
Tapi dia juga pernah bilang lama sudah belum pernah pulang lagi. Sejak kecil dia dan adik perempuannya Moza dahulu di ajak saudaranya tinggal bersama di Kalimantan alias di asuh paman dan bibinya di sana di sekolahkan dan dibiayai hidup.
Pikir Sam ia pun tak mampu kalau harus menyusul ke Kalimantan tentu butuh banyak biaya. Belum lagi tiket pesawat yang harganya mahal apa lagi biaya hidup di Kalimantan yang jua tak murah.
“Aini apa kau tak bisa mempertimbangkan tentang hubungan kita. Lalu pulang untuk melaksanakan sebuah hubungan dengan melangkah ke dalam arah yang serius?” tanya Sam dari Cat wa yang terkirim pada Aini.
Lama tak terbalas dan cat wa hanya tertanda centang satu. Namun Sam masih berpikir positif mungkin Aini masih repot. Satu detik menjadi menit dan berlalu menjadi satu jam. Cat wa balasan dari jingga tak jua kunjung datang. Sempat pesimis Sam hampir saja ingin melupakan cat mesra dan ikatan cinta semu dunia maya yang tampak indah seminggu ini terkubur bersama berlalunya malam.
Kelenting,
Tiba-tiba Hp Sam yang tengah ia cas di samping rak tipi berbunyi lalu menyala hidup lagi, menyala hidup lagi pertanda ada cat wa masuk. Sam yang memang sedari tadi menunggu cat wa balasan dari Aini bergegas mengambil HP-nya seraya mengusap layar agar kunci layar terbuka.
Benar adanya cat balasan dari Aini kali ini tertulis agak panjang, “Mas Samudera Arham alias Mas Sam sayang, jangan bimbang dan jangan bersedih perjuanganmu pasti aku sambut. Kekasihmu ini memiliki sebuah cara agar kau dapat segera meminangku. Sebelumnya maafkan aku, karena dalam waktu dekat ini tak bisa pulang ke Jawa sebab pekerjaanku yang tak bisa di tinggalkan dan belum dapat cuti. Besok hari minggu pergilah bertandang ke rumah orang tuaku di Pare bersilaturahmilah bersama Bapak dan Ibumu.”
“Aku pun sudah menjelaskan kepada orang tuaku kalau aku memiliki kekasih bernama Samudera Arham yang akan datang besok di hari minggu. Bukan Ikhwal melamar karena aku tahu aku jua tiada di rumah pergilah ke sana sayang dari sana dapatkan restu orang tuaku baru kita bicarakan lagi langkah selanjutnya ya sayang,” begitulah kata Aini di dalam cat wa balasan yang terkirim pada Hp Sam.
Sontak membuat darah semangat Sam mendidik dan melonjak-lonjak. Dalam hati Sam begitu girang dan berbunga-bunga sebab ada titik temu dalam elegi cintanya bersama Sam. Tak berpikir panjang sebuah tas ransel yang sejatinya sudah ia persiapkan sedari tadi sore yang berisi baju ganti untuk pulang ke Jombang yang ia letakkan begitu saja di atas almari baju. Dengan cekatan ia ambil langsung ia sanggulkan menempel lekat di atas punggung. Helm SNI warna hitam terpasang sudah menutupi kepala. Jaket hitam berbahan imitasi sudah pula terpakai.
Setelah mendapat balasan cat wa seakan semangatnya menggelora berapi-api walau jam dinding yang menempel ogah di atas dinding dalam mes tepatnya di tengah pas dinding pemisah antara kamar mes yang satu sebelah timur pas depan pintu masuk mes dari timur dan satu lagi kamar di sebelah barat dalam mes pas samping jendela menunjukkan pukul 22:00 WIB.
Mungkin kali ini istilah cinta itu buta benar adanya. Jarak antara desa Kandangan, kecamatan Cerme, kabupaten Gresik menuju desa Mojokembang, kecamatan Mojowarno, kabupaten Jombang tentu berpuluh kilometer masih jua terpisah kota Mojokerto apa lagu harus melewati alas Ndawar Belandong. Sebuah hutan di atas Bukit Ndawar yang terkenal dengan jalan berkelok naik turun dan tak ada lampu penerangan jalan. Terdengar juga kabar bahwa alas Ndawar Belandong sarangnya begal.
Tapi cinta Sam pada Aini walau cintanya tersambung dari dunia maya. Membuatnya buta dan seperti hilang akal tak lagi memiliki nalar waras. Mungkin bagi orang normal biasa yang tak sedang jatuh cinta tentu berhitung kembali bila ingin pulang melewati begitu banyak rintangan.
Tapi Sam sudahlah dirasuki rasa cinta yang tak waras sebuah cinta gila dan membutakan mata maupun akal dan pikiran saja. Yang ada dalam benaknya hanya restu dari orang tua Aini yang harus ia dapat keesokan harinya. Untuk itu bahaya apa pun akan ia terjang.
“Sudah siap semua baiklah motor bebekku mari kita berjuang malam ini meraih cinta Aini jangan kecewakan aku ya motor kita berangkat,” ucap Sam mulai melajukan motor bebek warna hitam pemberian sang bapak menuju kota Jombang tempat kelahirannya.
***
Keesokan harinya setelah Sam berhasil pulang pukul 00:01 pagi dan setelah mengutarakan maksud dan tujuannya mengajak kedua orang tuanya untuk bersilaturahmi ke rumah orang tua jingga. Pagi ini pukul 09:00 WIB Sam dan kedua orang tuanya ada juga Pakde dan Budenya yang ikut serta telah tiba di sebuah rumah yang masih baru dibangun dan masih belum jua di ratakan semen di dindingnya. Sebuah rumah yang dimanah letaknya pas di sebuah pertigaan tepat menghadap sungai desa.
Lalu tanpa panjang lebar Sam mengutarakan maksud kedatangannya bersama kedua orang tua dan Pakde, Budenya. Bahwa ia hendak meminta restu pada kedua orang tua Aini yang saat ini sudah duduk di hadapannya.
“Tadi pagi Aini sudah menelepon kami Pak dan Ibunya Sam dan kami pun mengiyakan apa yang dimaukan Aini karena semua itu kan keputusan anak-anak ia kan Bapaknya Nak Sam,” ucap Pak Darmaji Bapaknya Aini yang tengah duduk di samping ibu Khotimah Ibunya Jingga.
“Loh ini berarti Nak Aini tidak ada di rumah ya Pak?” ucap Pak Jaka Aji Bapaknya Sam karena sedari tadi tak melihat sosok Aini datang menemui mereka.
“Aini sedang berada di Kalimantan Pak, Bu belum bisa pulang Insya Allah secepatnya ia akan pulang untuk menemui Nak Sam,” jawab Pak Darmaji.
“Baiklah kalau begitu berhubung maksud kami sudah tersampaikan dan Bapak Darmaji pun sudah menanggapi dengan baik kami pamit pulang dahulu. Masih banyak pekerjaan di rumah yang belum terselesaikan Pak,” ucap Pak Jaka Aji seraya mengajak seluruh keluarganya untuk pamit pulang tak terkecuali Sam yang sedari tadi hanya diam saja tanpa sepatah kata pun terucap dari bibirnya.
Setelah berpamitan dan pulang dalam perjalanan Pak Jaka Aji sangat khawatir dengan anaknya. Beberapa pertanyaan sudah terangkai dalam otaknya. Dimaknakah anak lelaki pertamanya tersebut bertemu Jingga, apakah Jingga itu benar adanya? Memang benar kekasih anaknya Sam.