Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Altar putih Pak Jaka Aji

Sudah hampir setengah hari Sam berkutat dengan tumpukan berkas di balik meja kantornya. Rupanya badannya sudah agak lelah, terlihat dari cara duduknya yang sudah tidak lagi simetris dengan meja.

“Ah peregangan otot dulu lah, hak, ah,” ucap Sam mulai meregangkan otot-otot tangan dan kaki. Serta pinggangnya mulai diputar-putar kanan dan kiri.

“Oh iya apa kabar dengan Dinda yang aku tinggal di ruangan rapat tadi ya. Jadi khawatir juga sama gadis centil satu itu. Tadi pas aku tinggal bukannya jas atas terbuka. Telepon Mbak OB saja kalau begitu. Benar telepon Mbak OB, tadi aku suruh Mbak OB untuk bawa Dinda ke ruang rawat,” gerutu Sam mengambil gagang telepon di sampingnya.

“Halo Mbak OB,” ucap Sam memulai percakapan.

“Halo iya Pak Sam,” sahut Mbak OB dari dalam telepon.

“Bagaimana Dinda apa sudah sadar?” tanya Sam kembali.

“Sudah Pak, tapi Mbak Dinda malah bingung kenapa bisa ada di ruang rawat katanya? Sekarang Mbak Dinda pulang Pak. Tadi katanya sudah minta ijin sama Pak Nurman,” jawab Mbak OB menerangkan akan kepulangan Dinda.

“Ya sudah kalau begitu, memang suka begitu dia. Suka pinggan secara tiba-tiba ya kan,” sahut Sam lalu menutup kembali telepon.

“Sudah pukul 11:00 rupanya, cari udara segar dulu lah keluar. Lama-lama bosan juga di dalam kantor. Ngomong-ngomong Nurman di mana ya? Oh ia aku kan bisa menerawang. Coba aku terawang Nurman ada dimanah dia,” kata Sam bicara sendiri. Lalu agak memejamkan mata mencoba melihat Nurman sahabatnya dalam penglihatan penerawangan.

“Oh Nurman sedang mengawasi anak-anak lingkungan. Mereka sedang membersihkan selokan depan toilet belakang gedung produksi A rupanya. Baiklah ke sana dulu lah sambil mengecek para karyawan lain,” ucap Sam berdiri dan beranjak pergi dari dalam kantornya.

Sambil berjalan santai Sam memperhatikan beberapa karyawan yang tengah bekerja di gedung produksi A. Sedangkan gedung produksi B terletak di samping kanan gedung produksi A. Kalau kantor berdiri pas di depan dua gedung produksi yang berhadapan.

“Pak Sam,” sapa salah satu karyawan dan Sam hanya tersenyum bersahabat sambil berlalu ke arah Nurman.

Tapi tiba-tiba mata Sam beberapa saat. Tidak sengaja melihat ke arah panggung yang di buat tinggi seperti Tower yang terletak di belakang toilet. Ada sosok dukun berdiri di sana, tampak mengawasi orang-orang di bawahnya. Sepertinya Si dukun tengah mencari sesuatu. Terlihat dari gerak-gerik matanya yang melihat ke sana-ke mari.

Dalam hati Sam berkata, bukankah ini dukun tadi pagi yang aku lihat. Tadi pagi aku melihat dia bersama Ayahnya Dinda dalam penerawangan gaibku. Sedang apa ia meraga sukma kemari. Tapi kenapa Nurman tidak mengetahui akan kehadiran dukun ini. Padahal Nurman juga sangat jago dalam penerawangan gaib.

“Din, bagaimana apa ada kesulitan?” ucap Sam mendekati Nurman yang tengah mengawasi karyawan lain bekerja membersihkan selokan sekitar depan toilet.

“Eh kau Mas Bos sampai kaget aku, Enggak-enggak ada masalah. Ini loh aku menyuruh anak-anak lingkungan untuk bersih-bersih. Bulan ini kan sudah masuk musim hujan. Jadi ya biar bersih dan tidak jadi sarang nyamuk yang bisa membawa malaria,” jawab Nurman mengemukakan pekerjaan yang ia lakukan.

“Benar bagus itu Man, tapi awas saja kamu kalau waktunya istirahat. Lalu kamu terus bekerja, kasihan mereka juga butuh istirahat. Jangan lupa juga kalau waktunya salat ya salat. Tinggalkan semua aktivitas kalau susah azan,” sahut Sam menceramahi Nurman.

“Baik Bos, eh ngomong-ngomong kau mau ke mana Mas Bos?” tanya Nurman penasaran.

Dalam hati Sam berkata, hem benar mata Sam tidak aktif. Beda sih jalurnya mata batinku dan Sam. Kalau mata batinku terus aktif, sedangkan mata batin Sam. Terkadang aktif, terkadang tidak.

“Ini mau ke toilet, lah ke sini mau apa lagi, kalau tidak ke toilet Man. Permisi ya Pak,” ucap Sam berjalan menuju toilet melewati beberapa karyawan yang tengah membersihkan lokasi depan toilet.

“Ia Pak Sam silakan,” sahut karyawan yang tadi dilewati Sam.

Sebenarnya Sam tidak benar-benar masuk ke dalam toilet. Sam memang tidak bisa menguasai ilmu meraga sukma. Tapi Sam bisa menghilang atau berpindah tempat dengan cepat, tanpa orang lain tahu.

Sam memang terlihat masuk ke dalam toilet. Tapi yang sebenarnya terjadi setelah Sam masuk. Dia langsung menghilang dan berpindah tempat di belakang dukun yang tengah berdiri di panggung atau menara pengawas belakang toilet.

“Ada apa Ki Sukma kau datang kemari?” ucap Sam secara tiba-tiba berdiri di belakang Ki Sukma yang tengah meraga sukma.

“Eh kau siapa anak muda, kenapa kau bisa melihatku? Bukanya manusia biasa tidak mampu menembus untuk melihat ruh raga sukma,” ucap Ki Sukma begitu kaget tiba-tiba Sam telah berdiri di belakangnya.

“Sudahlah Ki Sukma jangan di sini. Ini lingkungan pabrik semua sedang bekerja. Kita pindah lokasi lain yuk, kebetulan aku punya satu tempat yang asyik untuk kita mengobrol dengan leluasa tanpa harus ada gangguan,” ucap Sam menarik pundak Ki Sukma.

Tiba-tiba ada lingkaran gaib penghubung dimensi lain muncul di belakang Sam. Sam menggeret tubuh Ki Sukma masuk ke dalam lingkaran gaib sebagai penghubung untuk masuk dimensi lain.

“Loh, loh, loh, kau bawa ke mana aku,” teriak Ki Sukma begitu kaget. Karena Sam secara tiba-tiba menggeretnya.

Akhirnya Sam dan Ki Sukma masuk ke dalam sebuah ruangan dimanah semua putih. Semuanya putih tanpa tepi, tanpa batas dan hanya putih tanpa langit jua tanpa dinding.

Ada satu orang bersila di tengah-tengah ruangan tersebut. Orang setengah baya berjanggut cenderung berewok. Dia adalah Bapak dari Sam dan bernama Jaka Aji.

“Selamat datang, selamat datang Ki Sukma di tempatku. Selamat datang di altar putih yang di buat oleh para leluhurku berjuta tahun yang lalu,” ucap Pak Jaka Aji berdiri dari duduk bersilanya menyambut kedatangan sang anak dan Ki Sukma.

“Loh kau Pak Jaka Aji, berarti pemuda ini anakmu,” jawab Ki Sukma begitu kaget.

“Ki Sukma, Ki Sukma, sampean ini bagaimana toh? Tadi pagi kan Ki Sukma sudah melihat saya dalam bejana yang Ki Sukma buat sendiri,” celetuk Sam menampakkan sosok yang sesungguhnya dari wujud Sam yang asli di alam gaib.

Sam seketika berubah menjadi berambut panjang. Pakaian yang ia kenakan jua berubah seperti seorang pendekar Jawa. Membuat Ki Sukma semakin kaget dibuatnya.

“Loh sebenarnya kalian ini siapa?” tanya Ki Sukma semakin gemetar badannya sebab terkena aura besar dari Sam dan Pak Jaka Aji.

“Saya Sam Ki Sukma, Sam pemilik perusahaan percetakan dan penerbitan buku terbesar di Jawa timur. Bukannya Ki Sukmo sudah tahu itu,” jawab Sam tangannya mulai memunculkan kobaran api yang semakin membuat Ki Sukma ketakutan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel