Rapat pagi
“Assalamualaikum semua dan selamat pagi, salam sejahtera untuk yang beragama lain. Kita mulai agenda rutin untuk penyetoran hasil kerja kemarin seperti biasanya ya silakan,” ucap Sam duduk di atas bangku yang terletak di balik meja dan di belakangnya ada papan tulis besar.
“Waalaikumsalam Pak Sam,” sahut mereka staf kantor yang beragama Islam.
“Slamat pagi Pak Sam dan salam sejahtera. Semoga Anda dan keluarga selalu dilimpahkan rahmat kebahagiaan oleh Tuhan,” jawab mereka para staf yang beragama di luar Islam.
Mereka para staf duduk melingkar di balik meja berbentuk oval yang lumayan besar. Selayaknya ruangan rapat yang ada di serial sinetron televisi nasional.
Sementara itu Dinda duduk di dekat Sam sebelah kiri. Nurman duduk di dekat Sam sebelah kanan. Mereka berdua adalah orang-orang kepercayaan Sam selama ini.
“Pak Sam kemarin pengiriman ke Jakarta sudah tiba dan sudah di terima oleh distributor Jakarta. Rencananya hari ini buku Pak Sam akan diedarkan di toko-toko besar yang sudah memesannya jauh-jauh hari,” ucap Pak Guntur divisi bagian gudang.
“Baik Pak Guntur dan apakah hari ini sudah masuk untuk pengiriman dari pabrik kertas untuk bahan baku?” tanya Sam kembali pada Pak Guntur.
“Sudah Pak bahkan hari ini datang melebihi kapasitas seperti biasanya. Saya sedang menyuruh anak-anak untuk menyelidikinya,” jawab Pak Guntur agak menundukkan wajah takut kena marah oleh Sam.
“Tidak usah Pak Guntur, memang kemarin saya ditelepon oleh Pak Bram. Kata beliau yang satu pikap adalah hadiah. Karena selama ini kita pesan langsung bayar kontan. Baik selanjutnya silakan,” ujar Sam.
“Untuk produksi Pak Sam, kami kewalahan dalam pengerjaan buku yang Bapak ciptakan sendiri. Sebab buku yang Bapak ciptakan selalu laris manis di pasaran. Kami hendak mengajukan penambahan karyawan Pak,” sahut Pak Sahar melaporkan kondisi di bagian produksi.
“Baik Pak Sahar diizinkan divisi produksi untuk menambah karyawan. Tapi saya sudah mengingatkan jauh-jauh hari. Jangan ada pungli di dalam area perusahaan saya. Harus bersih dan murni pelamar kerja yang benar-benar ingin bekerja. Untuk persyaratan lain secara formal bisa Pak Sahar tentukan sendiri. Karena perusahaan kita adalah sistem mitra jadi Pak Sahar bebas mencari karyawan sendiri. Tapi saran saya utamakan orang-orang sekitar pabrik ini berdiri,” ucap Sam menjelaskan tentang pentingnya perusahaan tanpa pungli.
“Untuk desain dan grafis Pak kami tidak ada kendala. Kami hanya hendak melaporkan, apakah ada buku lagi yang hendak terbit. Mungkin pengajuan dari penulis pemula?” ucap Nona Rani kepala bagian desain dan grafis.
Divisi bagian desain dan grafis ini bertugas sebagai membuat sampul ataupun isi buku semenarik mungkin. Mereka yang paling sedikit karyawannya namun paling kompeten. Sebab kerjanya di depan komputer dan memakai kecerdasan otak.
“Oh ya Nona Rani, usahakan sebulan sekali terbitkan buku penulis pemula. Kita sudah ada wadah toh untuk itu, yakni lomba menulis novel bagi kalangan pemula? Oh ia kemarin ada lima penulis menitipkan bukunya pada saya untuk dicetak. Dua di antaranya penulis lokal. Nanti setelah jam makan siang, tolong nona Rani temui Dinda untuk membahas hal ini,” ucap Sam memberikan tugas pada nona Rani.
“Oh ya Mas Bos, pemesanan yang ke Kalimantan itu bagaimana ya?” soalnya aku dapat kabar. Kargo masih berada di pelabuhan Perak. Sebab cuaca sedang buruk kapal Very tidak bisa berlayar,” ucap Nurman memberi tahu Sam. Memang Sam diserahi Sam untuk mengurus segala kelancaran. Urusan dan pengecekan serta pemantauan buku-buku yang beredar di luar Jawa.
“Biar nanti aku video cal sama Pak Guntoro. Karena beliau yang menangani distributor bagian Kalimantan,” jawab Sam begitu tegas.
Sam memang terkenal seorang Bos muda yang sangat cekatan. Selalu cepat dalam mengambil keputusan, tetapi keputusan yang diambilnya selalu pas tepat sasaran.
“Baiklah kalau sudah tidak ada yang dibahas lagi. Kita sudahi agenda rutinitas pagi kita akan penyetoran hasil kerja sehari sebelumnya. Oh ia saya titip pesan pada kalian, jangan sampai terlihat di depan mata saya. Ada sistim pungli di dalam perusahaan saya. Terus jaga lima waktu bagi yang muslim dan bagi yang menganut kepercayaan lain silakan beribadat sesuai kepercayaan masing-masing. Baiklah sebelum mengakhiri rapat kita berdoa sejenak sesuai keyakinan masing-masing,” ucap Sam mengajak peserta rapat pagi ini menundukkan kepala untuk berdoa.
“Terima kasih untuk rekan-rekan mitra. Kalian boleh kembali bekerja sesuai aktivitas semula,” kata Sam mengakhiri rapat.
Peserta rapat keluar satu-persatu untuk kembali bekerja pada bagian masing-masing. Tinggallah Sam, Nurman dan Adinda.
“Mas Bos saya tak cek pengiriman untuk menuju Sumatra dulu ya,” celetuk Nurman berdiri mohon ijin keluar ruangan.
“Silakan Nurman, oh iya cek juga yang ke Madura ya Man,” sahut Sam.
“Siap Bos,” jawab Nurman sambil berlalu dan menutup pintu.
Tiba-tiba ada bayangan putih begitu cepat masuk ke tubuh Adinda. Walau tanpa melihat bayangan tersebut sebenarnya Sam tahu. Apa dan siapa pengirim bayangan yang masuk ke dalam tubuh Adinda. Namun Sam hanya tersenyum sedikit.
Dalam hati Sam berkata, rupanya Ayahmu masih saja berusaha meraih hartaku Din. Masih dengan cara yang sama anaknya menjadi umpan. Lalu caranya adalah memakai ilmu hitam. Apa tidak kasihan pada anaknya, masak kuntilanak dimasukkan ke dalam tubuh anaknya sendiri. Manusia kok goblok begini ya.
Tiba-tiba muka Adinda sudah ada di dekat wajah Sam. Posisi Adinda sudah berpindah yang awalnya agak jauh sudah begitu dekat. Apalagi sekarang dia malah dalam posisi duduk di atas kursi, entah kapan kursi dan dia berpindah pas di samping Sam begitu dekat.
Kakinya tampak di silangkan ke atas kaki satunya. Rok mininya diangkat sedikit lagi agak ke atas. Rok mininya yang memang agak pendek dan menantang. Menjadi seakan terlihat bagian dalam rok Adinda.
“Astagfirullah tolong cewek ini masih saja usaha!” gerutu Sam sudah semakin malas berada di ruang rapat hendak berdiri. Tapi ketika Sam hendak berdiri, tangan Adinda meraih pundak Sam. Sehingga Sam kembali terduduk.
“Mau ke mana Mas Bos yang ganteng. Dinda ingin satu permintaan sama Mas Bos,” ucap Dinda dengan wajah dimanja-manjakan.
“Jangan aneh-aneh kau Din,” jawab Sam berpura-pura tidak tahu kalau sebenarnya Sam tahu. Dinda tengah dalam pengaruh ilmu hitam.
“Cuma satu aneh kok Mas Bos,” celetuk Dinda agak membungkuk di samping Sam. Sambil melonggarkan kerah bajunya dan melepas satu kancing jas depan. Sehingga agak kelihatan belahan bagian depan.
Sam terlihat menulis sesuatu di selembar kertas. Entah apa yang ia tulis yang jelas Sam mencoba menghindar dari serangan gaib dari dalam tubuh Dinda.
Dinda semakin berani dan agak di bawah kesadaran. Bagaimana tidak, tiba-tiba Dinda membuka jas yang ia kenakan. Kali ini Dinda hanya memakai baju dalam berenda tanpa lengan. Bahkan cenderung teramat seksi.
“Maaf Bos pagi ini sepertinya panas. Apa AC mati ya atau karena saya melihat Mas Bos jadi panas?” tanya Dinda agak memancing Sam.
“Coba baca ini Din,” ucap Sam mengarahkan tulisan pada selembar kertas yang ia buat. Ternyata tulisan itu adalah rangkaian ayat suci kalimat Shalawat.
Arg, bluk,
Tiba-tiba dinda seperti kesakitan lalu jatuh pingsan setelah membaca ayat Shalawat yang ditulis Sam. Lalu Sam menutupi kembali bagian depan tubuh Dinda yang terbuka.
“Mbak OB maaf tolong ke ruangan rapat dua orang. Mbak Dinda pingsan seperti biasanya. Mungkin dia kecapian dan tolong di rawat ya,” ucap Sam menelepon bagian Office Boy.
“Siap Pak Sam,” jawab singkat dari dalam telepon dari bagian OB.
“Ada-ada saja,” gerutu Sam berdiri lalu pergi dari dalam ruang rapat meninggalkan dinda begitu saja.