Bab 4
Alhasil, dengan kepiawaiannya Mayang mampu menunjukkan tanda-tanda kehidupan dengan merespon tindakan CPR dari Rafael. Karena jalannya napas Mayang masih minim, Rafael lalu mencoba cara selanjutnya yakni membuka jalur napas Mayang melalui tindakan napas buatan.
Rafael melihat sosok wanita muda yang baru saja ia selamatkan bereaksi seperti mengeluarkan air dari dalam mulutnya, hati dokter Rafael lebih lega. Pasalnya selama ia berkarir di dunia medis, belum pernah sekalipun ia menolong korban tenggelam seperti saat ini. Untuk pasien henti jantung, biasanya Rafael akan melakukan CPR seperti protokol di rumah sakit tempat ia bekerja. Selain menggunakan defibrilator, Rafael akan melakukannya dengan manual.
"Syukurlah, dia selamat!" Rafael membuang napas dengan leluasa setelah ia berhasil menyelamatkan gadis muda yang berusia kurang lebih sama dengan anak perempuannya.
Rafael lalu membawa tubuh lemas basah kuyup itu ke daratan atas sungai serta meminta bantuan pada beberapa anak buahnya yang masih berjaga di area tempat ia mendaki.
Siapa sangka seorang dokter bedah seperti Rafael memiliki anak buah yang berjumlah lebih dari satu. Siapakah sosok Rafael? Dokter senior di salah satu rumah sakit biasa?
Dengan mudahnya Rafael memerintahkan anak buahnya untuk mengantar tubuh tak sadarkan diri Mayang ke rumah sakit terdekat dari lokasi guna menyelamatkan nyawa Mayang. Rafael tak ingin kejadian beberapa tahun lalu yang menimpa ia serta keluarga kecilnya terjadi lagi.
Ketika berada dalam mobil Renegade berwarna silver, kedua manik Rafael menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Ingatannya mengarah pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Pria yang berusia 43 tahun itu masih merasa seperti berada di tempat kejadian.
Kala itu, Rafael serta anak istrinya tengah berada dalam perjalan pulang dari sebuah vila keluarga miliknya. Selain bekerja di sebuah rumah sakit, Rafael memiliki beberapa bisnis yang cukup menjanjikan. Karena kesibukannya lah, ia sering meninggalkan kedua orang yang ia cintai. Tepat ketika putri satu-satunya ulang tahun, Rafael berencana menghabiskan waktu berharga itu bersama Kartika serta Arunika. Kedua wanita yang Rafael cintai itu sungguh antusias menanggapi rencana indah yang telah tersusun rapi.
Namun, nahas ... ketika ketiganya pulang dari vila, mobil yang dikendarai oleh Rafael oleng hingga menabrak pembatas jalan. Nyawa Kartika dan Arunika tak bisa diselamatkan.
Kini yang tersisa hanya ada sebuah penyesalan yang tak berujung. Rafael selalu menyalahkan dirinya atas musibah yang yang menimpa keluarganya itu.
"Pak, sudah sampai!" ucap sopir Rafael ketika mobil berjenis SUV itu tiba di sebuah pelataran rumah sakit.
Dan ucapan Sopir serta anak buahnya menyentakkan lamunan Rafael dari kejadian mengerikan itu. Hingga membuatnya memiliki sebuah trauma yakni mengendarai mobil hingga kini.
Tak ingin membuang waktu lagi, segera Rafael mengangkat tubuh lemah itu dan membawanya ke IGD rumah sakit yang ditujunya.
Dengan mudahnya Rafael membawa tubuh gadis yang berusia tak jauh dari mending putrinya itu ke Instalasi Gawat Darurat.
Apalagi dengan profesinya sebagai seorang tenaga medis, membuat Rafael mudah untuk segera memberikan pertolongan pada Mayang. Meski bukan rumah sakit yang besar, setidaknya korban bisa segera mendapatkan pertolongan pertama.
Dokter lalu membawa tubuh tak berdaya Mayang ke ruang observasi untuk ditinjau serta ditindaklanjuti. Mengenai luka-luka di tubuh Mayang, harus segera ditangani agar tidak terinfeksi.
Meski tak bertugas di rumah sakit ini, Rafael mampu mendapatkan prioritas utama dari rumah sakit untuk merawat Mayang. Ditunggunya Mayang yang masih tergolek lemas di ruang observasi hingga larut malam.
Tepat pada pukul 20.00 WIB, dokter yang memeriksa Mayang keluar guna menjelaskan mengenai kondisi pasien.
Sebagi orang yang bertanggung jawab atas pasien, Rafael menerima penjelasan dokter tersebut.
Mayang mengalami gegar otak ringan akibat dari benturan benda keras. Dan sebagian luka di tubuhnya harus mendapatkan perawatan insentif.
"Aku tahu! untuk mengontrol ingatannya, akan aku bawa ke rumah sakit yang lebih lengkap!"
Rafael sangat peduli dengan gadis kecil yang baru saja ia temukan. Terlebih lagi, gegar otak bisa berakibat pada penurunan daya ingat serta melakukan perilaku yang berbeda dari kebiasaannya.
Dalam keadaan tertentu, seorang yang mengalami gegar otak ringan dapat mengalami sindrom post-concussion. Sindrom ini dapat berlangsung selama beberapa bulan setelah gegar otak. Gejala-gejala yang dapat dialami, yaitu sakit kepala, pusing, gangguan daya ingat dan konsentrasi, perubahan perilaku, gelisah, hingga depresi. Oleh karena itu, Rafael tak ingin mengambil resiko.
"Silakan ... sebelumnya, Anda bisa mengurus administrasi pasien terlebih dahulu!" pinta dokter tersebut pada Rafael.
Tentu saja Rafael akan bertanggung jawab sepenuhnya pada gadis malang itu. Selain ingin menolong korban, nurani Rafael tak tega membiarkan gadis yang berusia tak jauh dari putrinya menderita.
Oleh karena itu, Rafael ingin membawa Mayang ke rumah sakit yang lebih canggih dan lebih meyakinkan seperti luar negeri contohnya.
"Pak, ambulans telah siap!' jelas salah satu anak buah Rafael. Ketika semua keperluan perpindahan perawatan Mayang telah siap.
"Baiklah!" ucap Rafael dengan nada dingin seperti biasanya.
Tak banyak yang tahu bila Rafael sebenernya memiliki hati yang lembut dan hangat. Semua kebaikan hatinya itu tertutup oleh sikap dingin serta cueknya.
Dan pada dunia selain profesinya, Rafael dikenal sebagai pria kejam dan tak berperasaan. Terlebih lagi, efek trauma yang mendalam membuat pria itu banyak diam dan jarang bersosialisasi. Banyak teman dokternya yang menyayangkan sikap dingin Rafael itu.
Kini sebagian tubuh berbalut perban itu dibawa oleh petugas ambulans. Dengan sangat hati-hati, petugas medis menjalankan tugasnya. Namun, tetap tetap dengan sikap profesionalisme yang tinggi.
Sedangkan Rafael sendiri mengikuti mobil ambulans yang membawa Mayang dari mobil miliknya. Iya, Rafael duduk di kursi penumpang mobilnya. Namun, masih dengan posisi siaga dan selalu memperhatikan keadaan Mayang dari laporan petugas medis yang mengiringi Mayang.
"Kau akan baik-baik saja, Arunika!" Tanpa sadar, Rafael menyebut nama sang putri yang telah tiada.