Bab 5
"Maksudmu dia menderita PTSD?" Rafael setengah berteriak di depan kamar rawat inap sang putri asuhnya.
Pasalnya semenjak menemukan dan tiga hari mendampingi Mayang di rumah sakit ini, semua keperluan Mayang baik itu administrasi dan juga keperluan yang lain telah dicukupi oleh Rafael dengan baik tanpa mengharapkan imbalan berupa apapun.
Memiliki wajah yang mirip dengan sang putri dan berusia tak jauh dari Arunika membuat Rafael menganggap Mayang seperti anak kandungnya sendiri.
"Benar sekali, putri Anda mengidap PTSD!" jelas seorang dokter yang menangani kondisi Mayang selama ini.
Meski nyawanya berhasil diselamatkan, tapi kondisi Mayang cukup mengenaskan. Selain memiliki beberapa luka, Mayang juga didiagnosa menderita PTSD.
PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan.
PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis. Peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD antara lain perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual.
Itu semua terlihat dari reaksi Mayang yang ketakutan setiap bertemu dengan orang. Baik itu perawat, dokter, ataupun Rafael sendiri. Ternyata ketakutan serta tindakan Mayang yang selalu histeris merupakan tanda dari sebuah penyakit yang ia derita yakni PTSD atau orang sering menyebut traumatis.
PTSD bisa muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang menakutkan atau mengancam nyawa. Belum diketahui secara pasti mengapa peristiwa tersebut menyebabkan PTSD bagi sebagian orang.
Dan Rafael tidak akan diam saja melihat sang putri seperti ini. Karena Mayang tak membawa dokumen berupa apapun, maka Rafael lah yang mengurus semua keperluan Mayang. Bahkan, Rafael juga bertindak jauh dengan menyebutkan nama Mayang menjadi Mae seperti ia berbicara pada gadis muda itu yang ketakutan saat ia bertanya siapa namanya.
Oleh karena itu, Rafael menyebut nama Mayang sebagai Mae agar mudah diingat.
"Aku akan membawanya ke Rumah Sakit khusus yang menangani masalah gangguan syaraf!" ujar Rafael dengan mudahnya dan tampak sibuk memainkan ponselnya sesaat kemudian.
Begitu pedulinya Rafael pada kesembuhan Mayang hingga ingin melakukan hal yang terbaik untuk sang putri angkat. Entah kenapa sejak ia memungut gadis muda itu dari sungai, hati Rafael tergerak untuk terus melindungi Mayang. Seperti telah digariskan oleh Dewa, Rafael dengan sadar dan memiliki logika bahwa ia akan menjadikan Mayang seperti Arunika, putrinya yang telah lama tiada.
Begitu Rafael selesai menelpon seseorang, dari balik kamar rawat inap sang putri terdengar kegaduhan. Pada jam seperti ini, merupakan waktu Mae gadis kecil itu meminum obat yang diberikan oleh perawat. Dan seperti biasanya pula, Mae akan berteriak saat bertemu dengan perawat. Hingga nurani Rafael tak sanggup melihat pemandangan pilu seperti ini.
Pria berusia 43 tahun itu masuk ke dalam kamar VIP khusus yang merawat kondisi sang putri. Dengan kedua manik yang berkaca-kaca, dilihatnya Mayang melemparkan setiap barang yang berada di dekatnya. Lalu berteriak histeris agar tak ada seorangpun yang mendekatinya.
"Tenanglah putriku, ada papa di sini!" bujuk Rafael agar Mayang tak terlalu ketakutan pada keadaan sekitarnya.
",Diam! kau bukan papaku. Dan aku bukan putrimu!"
Tubuh Mayang bergetar dan suaranya nyaris memekikkan telinga karena ia berteriak dengan histeris. Melihat hal tersebut, dengan profesionalisme yang tinggi, perawat yang kebetulan bertugas memeriksa Mayang segera menyiapkan suntikan penenang. Dan untuk obat yang akan dikonsumsi Mayang, perawat tersebut akan memberikan lewat injeksi juga.
Namun, dengan tegas Rafael melarang perawat tersebut menginjeksi Mayang dengan Diazepam.
"Jangan lakukan itu! Putriku akan baik-baik saja!"
Diazepam adalah obat untuk mengatasi gangguan kecemasan, meredakan kejang, kaku otot, atau sebagai obat penenang sebelum operasi. Selain itu, obat ini juga bisa digunakan dalam pengobatan gejala putus alkohol.
Diazepam termasuk dalam golongan benzodiazepine. Obat ini bekerja untuk meningkatkan aktivitas asam gamma–aminobutirat (GABA), yaitu senyawa kimia di otak yang betugas menghambat kerja zat kimia penghantar sinyal saraf (neurotransmitter) di otak.
Cara kerja ini akan menimbulkan efek tenang, relaks, dan kantuk, sehingga bisa digunakan sebagai anticemas (antiansietas), antikejang (antikonvulsan), dan pelemas otot (muscle relaxan). Obat ini tidak boleh digunakan sembarangan dan harus sesuai dengan resep dokter.
"Baiklah, Tuan!" Meski Rafael menolak pekerjaannya, perawat wanita tersebut tak bisa melakukan apa-apa bila keluarga pasien tidak setuju akan hal tersebut.
Lalu perawat tersebut keluar guna melaporkan kondisi Mayang pada dokter yang menangani gadis muda tersebut.
Meski perawat itu telah meninggal ruangannya, keadaan mental Mayang masih belum stabil. Gadis itu menggenggam erat selimuti yang menutupi sebagian tubuhnya. Seperti membuat sebuah benteng keamanan untuk dirinya.
'Luka batin ini terlalu menakutkan untuknya? Anakku, siapa yang berani melakukan ini padamu? Biar papa yang akan membalasnya!'
Pelan-pelan, Rafael mendekati sang putri yang masih sangat ketakutan. Meski Mayang masih belum menerimanya sebagai orang tuanya, tak menurutkan niat baik Rafael untuk melindungi gadis kecilnya itu.
Dengan perasaan sedih, Rafael menangkap tubuh renta itu dan mendekap Mayang agar tak lagi merasakan ketakutan sendiri.
"Tenang Mae! ada papa di sini!" Rafael menekankan bahwa ia akan terus ada untuk sang putri dan menjaganya dari orang jahat.
Mayang mulai terisak, meski tak berteriak lagi. Gadis itu menangis di pelukan papa angkatnya. Hingga Rafael tak kuasa menahan perih hatinya melihat Mae menderita lahir dan batin seperti ini.
Penyakit Mayang ini cukup serius, bila tak segera diobati atau mendapatkan terapi psikologis, akan menyebabkan cacat mental. Terlebih Mayang juga memiliki luka di wajahnya yang membuat rasa percaya diri gadis itu semakin menurun. Luka jaringan parut seperti itu sungguh mengganggu penampilan bagi gadis seusianya.
“Ya Tuhan, Nona!” teriak seorang perawat yang kebetulan masuk dalam ruang rawat inap Mayang.
Suster tersebut melihat Mayang baru saja mengiris pergelangan tangannya dengan menggunakan pisau buah yang terletak tak jauh dari jangkauannya.
Mayang segera mendapatkan pertolongan pertama untuk percobaan bunuh diri yang ia lakukan. Untung saja nyawa gadis itu mampu diselamatkan karena dokter cepat melakukan pertolongan.
Dan Papa Rafael yang mendapati laporan percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh sang putri langsung keluar dari ruang operasi saat itu juga dan menemui dokter yang merawat Mayang.
Dokter menjelaskan bahwa dampak negatif penyakit yang diderita oleh Mayang menyebabkan rasa kurang percaya diri hingga membuat gadis itu ingin mengakhiri hidupnya.
Rafael benar-benar lemas mengetahui kondisi sang putri yang kini tertidur akibat injeksi penenang yang diberikan oleh dokter. Nalurinya sebagai seorang ayah tak tega melihat keterpurukan Mayang.
****