Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Janji Setia yang Ternoda

***

“Hari ini kamu ada klien baru lagi. Tapi klien ini hanya ingin ditemani curhat saja. Sepertinya dia tahu siapa kamu, Winter. Klien-klien yang dulu kamu tangani sangat puas karena kamu adalah tempat curhat terbaik dan selalu memberi mereka solusi yang bagus. Jadi namamu tersebar dari kalangan para pebisnis yang merasa jenuh dan butuh teman bicara,” ucap Hary. “Tapi kenapa mereka bersedia membayar mahal kalau wanita itu tidak tidur di ranjang mereka? Kamu memang punya daya tarik luar biasa,” pujinya.

“Aku sudah baca sekilas biodatanya, dia memang pria yang terkenal baik. Jadi aku menerima tawarannya,” balas Winter.

“Kamu ada masalah?” tanya Hary tiba-tiba.

“Tidak. Kenapa? Wajahku terlhat memelas?”

Hary tertawa. “Kamu sedikit muram, Winter. Apa klien kemarin malam membuat ulah padamu?”

“Tidak. Selama ini para klienku selalu menyenangkan dan juga tidak pernah membuatku kesal. Aku suka cara kamu dan Madam Suzana untuk memilih klien untuk aku layani.”

“Kamu memang istimewa dan kami harus memilih klien yang pas untukmu. Kamu adalah wajah utama untuk ‘Perfect Couple’ jadi tidak sembarang klien yang bisa kamu layani, dan hanya kamu lah satu-satunya yang masih murni dan tak melayani para pria hidung belang.”

“Dan para angel akhirnya selalu iri dan bersikap sinis padaku karena kalian terlalu mengistimewakanku,” balas Winter.

“Kamu memang istimewa, jadi wajar kami mengutamakanmu diantara para angel,” tukas Hary.

“Kapan aku bertemu dengan klien baru itu?”

“Nanti jam sepuluh, dia mengajakmu ke salah satu hotel miliknya. Kamu tak perlu khawatir dia bersikap kurang ajar dan melakukan hal yang di luar batas karena tujuan dia hanya ingin bicara dari hati ke hati. Dia tipe suami yang setia sama pasangannya, hanya sedang jenuh dengan pernikahannya saja.”

“Iya, Hary. Aku juga percaya jika klienku malam ini tidak akan bersikap kurang ajar. Aku memang lebih senang mendapatkan klien yang hanya butuh teman bicara dan tidak melakukan kontak fisik denganku.”

“Oke. Sekarang kamu harus mengubah tampilanmu, klien kita request kamu harus memakai gaun yang dia pilihkan. Dia lebih suka melihat wanita yang pakaiannya tidak terlalu seksi.”

“Klien yang unik, aku suka,” balas Winter tertawa pelan.

Edward Smith adalah klien yang malam ini akan Winter layani, pria berusia 56 tahun itu adalah salah satu pengusaha terkaya di New Yorkdan sudah menikah selama tiga puluh dua tahun. Ternyata pernikahan yang berusia panjang pun selalu ada titik kejenuhan. Kenapa cinta yang telah lama dipupuk terkadang bisa juga layu?

***

Winter mengetuk room di salah satu hotel mewah yang berada di lantai paling atas. Saat ini ia berada di room yang paling mewah dan pintu pun terbuka, ada sosok pria paruh baya yang masih terlihat gagah menyambut kedatangannya.

“Halo, Tuan Edward Smith. Saya Winter Samantha, malam ini saya akan menemani Tuan,” ucap Winter memperkenalkan dirinya.

Edward hanya mengangguk dan ia mempersilakan Winter untuk masuk.

Ruangan kamar hotel didominasi warna emas dan dilengkapi dengan furnitur premium. Di dalam kamar terdapat dua zona yang memisahkan area istirahat dan hiburan. Kamar tidur utama memiliki televisi 55 inci, kasur super besar (nyaris dua kali lipat dari king size bed ukuran normal) yang dibalut seprai berbahan sutra, serta bantal Nancy Corzine edisi terbatas dan barang-barang dekoratif karya Jay Strong. Samantha bisa mudah menebaknya karena para kliennya memang dari kalangan elit dan selalu mengajaknya ke hotel yang mewah.

“Kamu bisa minum alkohol?” tanya Edward.

“Saya menyukai wine.”

“Oke. Kita bicara sambil menikmati wine bersama. Jangan panggil aku dengan sebutan ‘Tuan’ dan jangan bicara formal denganku, aku ingin pembicaraan kita mengalir dan santai, jangan kaku,” pinta Edward.

“Aku harus memanggilmu apa?”

“Senyamannya kamu saja.”

“Memanggil namamu saja, apa itu tidak terlalu kurang ajar?”

Edward tertawa. “Aku suka kamu memanggil namaku karena seperti kita sudah mengenal baik dan biar terlihat akrab.”

“Oke, Edward. Senang bertemu denganmu,” tukas Winter.

“Ini untukmu. Kita harus merayakan pertemuan pertama kita dengan bersulang,” ucap Edward menyerahkan segelas wine pada Winter.

Winter menerimanya dan keduanya pun bersulang. “Mari kita rayakan pertemuan pertama kita!”

“Kamu ternyata jauh lebih cantik, Winter. Aku tadi sempat tertegun karena baru kali ini melihat wajah wanita secantik kamu. Kamu seperti jelmaan seorang dewi yang turun dari langi dan aku suka warna maatamu yang hijau,” kata Edward memuji.

Winter setengah tertawa. “Kenapa kamu langsung memujiku? Kamu menginginkan sesuatu dariku?” tanyanya tanpa basa-basi.

“Awalnya aku hanya ingin bicara hati ke hati dan butuh teman bicara. Tapi melihatmu sangat cantik membuat jiwa lekaki ikut terusik,” balas Edward.

“Para pria memang selalu begitu, selalu mencuri kesempatan dalam setiap situasi, jadi bukan yang aneh bagiku.”

“Tetapi aku tidak. Selama menikah dengan istriku, aku sangat setia padanya. aku bekerja di dunia di mana banyak wanita cantik, seksi dan juga muda yang selalu merayuku. Aku tidak tergoda sama sekali dengan para wanita itu karena aku terlalu mencintai istriku. Aku menghormati ikatan pernikahan dan janji yang sudah kubuat dihadapan Tuhan. Aku juga sudah mempunyai anak-anak yang tidak mungkin kusakiti karena ulah bajinganku. Aku tidak mau jadi suami dan ayah yang buruk. Mungkin terdengar aneh, tapi faktanya memang seperti itu.”

“Lalu kenapa saat ini kamu bisa berubah?”

“Karena aku merasa jenuh pada istriku, setahun ini aku merasa hubungan kami hampa. Entah apa alasannya, aku juga tidak mengerti. Aku berusaha mengeyahkan rasa jenuhku karena mengingat dia adalah wanita yang banyak memberiku kejaiaban dalam hidupku selama tiga puluh tahun lebih bersama. Namun, tetap saja aku merasa hatiku hilang sebagian, seperti tidak utuh. Untuk itu aku tertarik dengan jasa layanan yang ditawarkan ‘Perfect Couple’ dan reputasimu sangat bagus dikalangan para klienmu, aku sangat tertarik.”

“Untuk itu kamu membayar mahal agar aku bisa melayanimu.”

“Untuk mendapatkanmu memang sulit karena banyak yang ingin kamu layani. Tapi dari sekian wanita yang ditawarkan, kenapa kamu hanya melayani pada malam hari saja? Dan yang membuatky penasaran adalah hanya kamu satu-satunya yang tak melayani klien di atas ranjang. Kamu memang sangat mahal.”

“Karena aku tidak mau menjajakan tubuhku, apa kamu tidak keberatan?”

Edward tertawa. “Tentu saja tidak. Aku juga hanya butuh teman bicara saat malam hari karena aku nyaris tak punya waktu untuk diriku sendiri. Pria itu beranjak dari kursinya dan duduk didekat Winter. Tangannya dengan lembut memegang dagu Winter dan jemarinya mengusapnya pelan. “Kamu memang seorang dewi, pantas saja kamu adalah bintangnya. Aku beruntung karena bisa dilayani oleh wanita malam sepertimu,” ucapnya, hasratnya mulai naik karena Edward pun akhirnya jatuh terperangkap dalam pesona sang bidadari malam itu. “Aku boleh hanya sekedar menciummu, bukan?” tanya pria itu dengan suara pelan.

Winter mengangguk, resiko dari pekerjaaannya memang harus melakukan kontak fisik. Namun, ia memberi batasan hanya boleh mencium bibir atau memeluknya saja. Tidak ada service di atas ranjang.

Edward langsung mencium bibir Winter, baru kali ini mencium bibir wanita lain. Janji setianya pun harus termoda pada malam ini.

Pesona Winter memang sanggup membuat pria mengingkari janjinya.

‘Kenapa bisa gadis muda ini membuat hasratku memanas?’ batin Edward.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel