Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Kenapa Wajah ini Tak Dicintai?

***

"Oh, jadi dia adalah wanita bayarab yang menyewa jasanya untuk menjadi kekasih bayaran dan wanita penggoda. Menarik sekali, rasanya aku ingin tahu seberapa kuat benteng pertahanannya untuk menolakku," ucap Sean, pria itu membaca semua informasi tentang sosok Winter Samantha. Wanita misterius yang akhir-akhir ini menyita perhatiannya.

Sean tersenyum membaca biodata Winter, yang merupakan sang primadona di jasa layanan kencan 'Perfect Couple', rasanya ia semakin penasaran karena terkejut melihat David Smith ternyata mengenal sosok wanita itu. Sean tidak menyangka jika David ternyata bisa marah hanya karena sosok seorang wanita bayaran, bukankah selama ini David Smith dikenal sebagai pria yang mempunyai reputasi baik?

Pintu ruangannya diketuk dan Sean langsung membereskan dokumen tentang Winter.

"Maaf, Tuan. Hari ini ada rapat dengan Mr. Park dan dijadwalkan untuk menghadirinya setelah jam makan siang," ucap Esme.

"Oke. Nanti saya akan menghadirinya dengan Selena." Sean tidak menatap Esme sama sekali.

"Maaf, Tuan Sean. Nanti Tuan harus pergi bersama saya," balas Esme.

"Apa? Kenapa kamu yang mengatur saya? Saya ini boss-mu," geram Sean yang akhirnya mau melihat wanita itu

"Maaf, Tuan Sean. Saya hanya menjalankan amanah dari tuan besar. Beliau menyuruh saya untuk menemani Anda dan setelah menghadiri rapat, saya harus membuat laporan pada beliau," ungkap Esme.

"Selalu saja berlindung dibalik nama dady! Kamu memang selalu memanfaatkan peluang itu! Kamu senang karena bisa dibela oleh dady-ku?" Sean menatap sebal pada wanita berkacamata tebal yang selalu menunduk itu.

"Maaf, Tuan. Saya hanya menjalankan perintah saja."

"Sudah! Saya kesal mendengar kamu meminta maaf terus! Saya benci mendengar ucapan maaf. Ucapan maaf itu hanya untuk orang-orang pecundang seperti kamu!"

"Maaf, saya minta maaf jika membuat anda kesal," balas Esme, wanita itu tetap menundukan wajahnya.

"Pergi! Saya tidak mau mood saya hancur karena melihat wajahmu atau mendengar suaramu," ucap Sean dengan dingin.

Esme tidak menjawab karena ia sadar kalau Sean tidak ingin mendengar suaranya. Wanita itu pun undur pamit dari ruang kerja Sean.

'Kenapa sikapnya berbeda sekali, ketika aku berubah jadi sosok Winter Samantha, sikapnya sangat manis. Tapi ketika menjadi sosok Esme Jasmine, sikapnya sangat dingin. Apa memang semua pria se-brengsek itu? Melihat wanita hanya karena tampilannya?' tanya Esme dalam hati.

Ternyata makhluk bernama pria memang mempunyai label bajingan.

***

Setelah rapat selesai, Sean meminta pada sopirnya untuk mampir di salah satu kedai kopi, kepalanya terasa sangat pusing dan ingin meminum segelas kopi.

"Kenapa kamu duduk di mobil? Kamu tidak ingin ikut turun?" tanya Sean.

"A-apa?" tanya Esme, ia mencoba bertanya karena takut pendengarannya salah.

"Ternyata telingamu pun jelek," sindir Sean. "Turun! Kita mampir dulu ke kedai kopi!"

"Saya diajak?" tanya Esme sekali lagi.

"Kamu diajak untuk membawa tas saya," balas Sean dengan singkat.

Keduanya pun turun dari mobil dan menuju kedai kopi yang dituju.

Sean membuka laptopnya, ia masih sibuk dengan pekerjaan yang harus ia selesaikan secepatnya karena malam ini ia tidak sabar bertemu dengan Winter Samantha. Malam ini ia ingin memberi kejutan pada wanita itu bahwa ia mampu menarik Winter ke sisinya.

"Sean!"

Sean langsung beralih menatap ke arah sumber suara dan disambut oleh senyuman seorang wanita cantik yang memakai dress ketat di atas lutut.

"Kamu apa kabar?" tanya wanita itu dengan senyum sumringah.

"Shasa!"

Senyum Shasa terhenti melihat sosok wanita asing yang menemani Sean. "Dia siapa?" tanyanya, tatapannya yang diarahkan ke sosok Esme seperti tatapan yang menyepelekan.

"Oh, dia Esme Jasmine. Dia adalah asistenku," balas Sean.

"Kamu mempunyai asisten seperti ini?" tanya Shasa terkejut.

"Memangnya harus yang bagaimana?"

"Ya... Dia itu seperti bukan asisten dari seorang direktur. Tampilannya tidak menjual sama sekali. Bukankah seorang Personal Asisten itu harus menarik dan juga cantik?"

"Semua wanita cantik dengan caranya sendiri," balas Sean singkat.

Esme terkejut mendegar jawaban yang diucapkan oleh Sean. Pria itu tidak salah obat, kan? Kenapa Sean membelanya?

Shasa memutar bola matanya kesal dan menatap sosok Esme dengan jijik. "Kamu bisa minggir tidak? Aku mau duduk dekat Sean?" tanyanya.

Esme mengangguk, ia beranjak dari duduknya. Namun Shasa dengan sengaja mendorong tubuh Esme dan membuat tubuh wanita itu jatuh. Ice Cappucino yang ada di tangannya pun jatuh mengenai kemejanya.

"Ops, aku nggak sengaja. Kamu sih ceroboh," ucap Shasa dengan senyum jahatnya.

Esme hanya diam. "Maaf, saya memang ceroboh," balasnya pelan. "Tuan Sean, saya mau ke kamar mandi dulu," tambahnya meminta izin.

Sean hanya menjawab dengan anggukan kepala tanpa melihat wajah wanita itu.

Shasa menatap Esme tajam dan ia merasa kalau sosok Esme adalah wanita dungu yang tidak pantas berada di sisi Sean.

***

Esme menatap pantulan dirinya di cermin wastafel. Ia tersenyum tipis dan menertawakan wajah yang saat ini menjadi sosok Esme Jasmine. Wanita yang tidak diinginkan oleh siapapun, termasuk keluarganya sekalipun. "Kenapa kamu sangat menyedihkan, Esme Jasmine? Kamu selalu jadi bahan bully-an siapapun. Di manapun tempatmu, sosok Esme memang tidak mempunyai tempat, dia hanya figur yang ditertawakan karena dicap sebagai manusia bodoh dan memiliki wajah yang buruk rupa. Sosok kamu memang menyedihkan dan selalu mendapat hinaan. Tidak ada orang yang menginginkan sosokmu, Esme!"

Esme tersenyum sinis, ia pun menertawakan dirinya sendiri. "Jika wajah ini berubah menjadi sosok Winter Samantha, kamu adalah wanita yang dipuja oleh banyak pria, bahkan semua pria takluk dalam pesonamu dan kamu membuat mereka jadi gila. Winter Samantha, pesonamu kenapa begitu menakjubkan?" lirihnya. "Kenapa orang-orang hanya memandang fisik untuk dicintai? Tidak adakah cinta untuk sosok Esme Jasmine di dunia ini?"

Esme menghela napasnya. Ia pun langsung pergi. Suasana hatinya sudah lebih baik saat ia berbicara di depan cermin.

"Aw!" pekik Esme, tanpa sengaja tubuhnya bertabrakan dengan orang lain.

"Maaf. Kamu tidak apa-apa? Ada yang sakit?" tanya seseorang itu sambil mengulurkan tangannya. Pria bermata biru itu tersenyum ramah pada sosk Esme Jasmine.

"Hai, kamu tidak apa-apa? maafkan aku, ya! Aku yang salah karena tadi aku yang tidak melihatmu," ucap pria itu sekali lagi. "Mau aku bantu untuk berdiri?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya.

Esme terkejut karena suara itu seperti tidak asing baginya. Ketika Esme melihat siapa sosok pria asing yang menabraknya, kedua matanya pun terbelalak.’David Smith! Kenapa aku bisa bertemu dengan dia di tempat ini? Aku harus bagaimana?

'Ada apa dengan wanita ini? Kenapa dia terkejut dan terdiam saat melihatku? Apa kami sebelumnya pernah bertemu?' tanya david dalam hati.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel