Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Pesona Sang Dewi

***

“Halo, Winter! Kita bertemu lagi.”

Winter terkejut melihat wajah yang paling ia benci. Wanita itu tidak menggubrisnya, dia langsung meminum segelas wine yang masih tersisa dalam gelasnya.

“Mau kutemani?”

Winter tidak menjawab, perempuan itu lebih suka menatap gelas yang ada di tangannya daripada melihat sosok pria bajingan yang selalu jadi musuh nomor satunya.

“Kamu lupa denganku? Ayolah, kamu kenapa pura-pura begini?”

Winter menghela napas panjang, ia muak mendengar celotehan pria disampingnya. “Siapa kamu?” tanyanya tanpa melihat wajah pria itu.

“Kamu melupakan kejadian di toilet? Aku tahu kalau kamu pura-pura tidak mengenalku dan saat ini aku penasaran kenapa saat kamu melihatku seperti melihat seorang musuh,” balas Sean. “Di masa lalu, kita pernah saling kenal? Apa aku pernah tanpa sengaja menyakitimu?”

“Aku tidak pernah mengingat hal yang tidak penting dalam hidupku dan kita tidak pernah bertemu atau kenal di masa lalu. Untuk apa aku bersikap ramah pada pria asing,” ucap Winter dengan dingin.

“Tapi tatapanmu itu membuatku berpikir kalau aku punya salah padamu dan kamu melihatku seperti seorang musuh,” balas Sean. “Atau kita pernah melakukan one night stand tanpa sadar?” tanyanya penasaran

Winter tertawa sinis. “Kamu menganggapku sebagai wanita murahan?”

“Kamu berpikir kalau setiap wanita yang melakukan one night stand itu murahan?”

“Iya,” jawab Winter dengan singkat.

Keduanya pun terdiam beberapa detik. Sean menatap Winter yang wajahnya kenapa terasa tidak asing baginya. Namun, pria itu langsung menepis kalau ia dan Winter pernah bertemu sebelumnya karena baru Winter lah, wanita tercantik dan yang berhasil memikatnya dengan pesona wanita bermata hijau nan cantik yang penuh misteri. Wanita yang ingin ia tahu rahasianya.

“Kita boleh bertemu lagi?” tanya Sean.

“Tidak.” Winter menjawabnya singkat.

Sean terkejut mendengar jawaban Winter yang terdengar arogan. Tapi wanita itu memang membuatnya semakin penasaran. Wanita yang mempesona dan juga wajah wanita itu membuat siapapun tergila-gila, termasuk dirinya.

“Kamu sudah punya suami?” tanya Sean lagi.

“Apa urusanmu bertanya hal itu?” Winter bertanya dengan ketus.

“Jadi urusanku karena aku tidak mau menganggu istri dari pria lain,” balas Sean.

“Pergilah! Aku tidak mau banyak bicara. Bicara denganmu membuat mood-ku semakin buruk,” pinta Winter dengan jujur.

Sean lagi-lagi dibuat takjub dengan wanita misterius yang ada di sisinya. Hanya Winter lah yang berani menolaknya secara terang-terangan. Padahal selama hidupnya, para wanita lah yang mengemis-ngemis padanya. Apa mungkin karena Winter tidak tahu siapa dirinya membuat wanita itu berlaku jual mahal padanya?

Sean meneguk minumannya hingga habis. Setelah meletakkan gelas kosong di meja, lelaki itu melompat dari kursi yang didudukinya lalu menarik tangan Winter hingga ikut berdiri. “Let’s dance with me,” ucapnya dengan senyum yang manis.

Tarikan tangan pria itu terlalu tiba-tiba sehingga Winter belum sempat mencerna karena banyak meminum wine malam ini. Saat sadar, Winter sudah berada di tengah dance floor, di antara himpitan orang-orang yang menari. Sepertinya bar ini terlalu padat atau Winter minum terlalu banyak? Sebab, ia merasa kegerahan. Atau mungkin karena pria bajingan yang wanita itu benci menjadi temannya saat ini di bar. Sean sangat dekat dengannya dan baru kali ini ia bisa sedekat ini dengan pria itu.

‘Sial! Kenapa aku tidak bisa menolak saat si bajingan ini meraih pinggangku? Kenapa aku malah menikmatinya? Apa karena pengaruh alkohol membuatku jadi bodoh begini?’ tanya Winter dalam hatinya.

Keduanya tidak banyak bicara, Sean hanya menatap wajah Winter. Namun tatapan pria itu membuat wanita itu ingin menendang pria itu karena tatapan Sean sama dengan para pria yang menatapnya dengan buas. Si bajingan itu tidak jauh beda dengan para klien-nya, kecuali David, pria itu hanya pengecualian. Meski David pun sangat memujanya dan terus membujuknya untuk jadi wanitanya, tapi pria itu tidak pernah mencuri kesempatan untuk menyentuhnya. Mungkin hanya David lah yang saat ini wanita utamakan di atas klien VVIP lainnya.

Kepala Winter terasa sangat berat, ia merasa kacau karena baru kali ini ia tidak bisa mengontrol dirinya.

***

Kepala Winter sangat berat, ia merasa seperti ditimpuk batu berton-ton, kedua matanya pun masih enggan untuk dibuka. Semalam ia ingat sedang berdansa dengan bajingan Sean. Wanita itu langsung terbangun dan melihat dress-nya diganti dengan lingerie warna hitam. “Damn! Apa ini!” pekiknya terkejut.

“Sudah bangun?”

Suara maskulin itu membuat Winter langsung menoleh ke arah sumber suara, ia terkejut karena David sedang duduk di kursi dekat ranjang menatapnya sendu.

“David! Kenapa kamu?” pekik Winter terkejut.

“Kamu kecewa karena saat terbangun tidak menemukan pria itu disampingmu? Kamu hanya ingin melihatnya?” tanya David tersenyum tipis, pria itu jelas kecewa karena Winter tidak menginginkan dirinya.

“Ah, itu. Itu karena semalam aku dan kamu tidak sedang bersama. Jadi pagi ini aku terkejut karena melihatmu,” balas Winter.

“Semalam kamu menikmati waktumu dengan pria itu sampai kamu lupa diri dan mabuk. Kamu nyaman dengannya?”

“Aku tidak kenal pria asing itu. Kami hanya baru bertemu dua kali di bar dan dia menarikku ke lantai dansa tanpa meminta persetujuan dariku,” balas Winter. ‘Ah, sial! Kenapa juga aku harus menjelaskan secara detail pada David? Seolah aku ini kekasih yang ketahuan selingkuh dengan pria lain,’ ucapnya dalam hati.

“Benarkah? Kamu tidak terlalu mengenal pria yang bernama Sean Wiliam?” tanya David lagi.

“Kami memang hanya bertemu dua kali dan tidak ada hal yang istimewa.”

David tersenyum sinis. “Pria itu sangat hebat. Sean bisa membuatmu meracau menyebut namanya dengan umpatan. Bahkan saat kamu mabuk pun, nama pria itu selalu kamu sebut. Kenapa pertemuan itu sangat membekas diingatanmu?’

‘Tuhan. Saat mabuk pasti aku mengumpat si bajingan Kenzie tanpa sadar,’ ucap Winter dalam hati.

Winter berusaha tenang, ia tidak mau terjebak dengan pertanyaan David. Tidak ada yang boleh tahu kalau sosok Winter Samantha mengenal Sean Wiliam. winter menghela napas, ia beranjak dari atas ranjang, sebenarnya ia ingin tahu kenapa dirinya bisa berada di apartemen mewah milik David dan juga kenapa ia bisa memakai lingerie ini? Namun, pertanyaan itu ia urungkan karena saat ini suasana hati David sedang buruk.

“Aku pergi, ya! besok malam kita bertemu, terima kasih karena sudah menampungku semalam,” ucap Winter.

David langsung menarik Winter dan wanita itu saat ini duduk di atas kedua pahanya. “Kenapa kamu berbohong dan berpura-pura tidak mengenal Sean?”

“Aku tidak berbohong dan kenapa juga aku harus berbohong padamu?”

“Aku cemburu, Winter. Aku cemburu karena ada pria lain yang lebih menarik bagimu. Bisakah hanya aku saja yang kamu layani?”

Winter menggelengkan kepalanya. “Kita bukan sepasang kekasih di dunia nyata, David. Kamu adalah salah satu klien-ku dan aku tidak pernah mau menjalin hubungan apapun dengan para klien.”

David tersenyum tipis, ia menatap wajah Winter yang baru kali ini ia lihat di pagi hari. “Wajahmu sangat menggemaskan di pagi hari dan aku semakin ingin melihatmu sepanjang waktu. Bisakah kamu memenuhinya?”

“Tidak. Aku hanya menjadi kekasihmu saat malam hari dan itu pun ada batasan waktunya,” balas Winter menolak.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel