3. Mata Pria
***
“Kenapa kamu sangat cantik sekali, sayang. Rasanya nggak sabar untuk menikah denganmu.”
Winter tertawa, ia duduk di atas pangkuan Albert, salah satu mangsanya malam ini. Albert adalah salah satu target yang sudah seminggu ini diincar oleh Winter karena permintaan kliennya. Winter sengaja memata-matai Albert dan menggoda pria itu. Permintaan itu memang kerap dilakukan oleh para klien perempuan yang curiga kekasih atau suaminya diduga selingkuh atau bermata buaya. “Kenapa kamu ingin menikah denganku? Kamu sudah punya istri yang cantik dan juga sempurna.” Wanita itu memainkan dada Albert dengan gerakan yang menggoda.
“Aku bosan dengannya, dia tidak menarik lagi di mataku. Dia selalu marah-marah nggak jelas membuatku tidak minat lagi padanya,” jawab Albert, pria paruh baya itu tentu saja semakin bergairah karena Winter mampu meningkatkan hasratnya sebagai seorang pria normal.
“Jadi kamu sudah bosan dengan istri kamu sendiri?” tanya Winter.
“Aku memang tidak mencintainya lagi. Tapi memang tak pernah mencintainyaa karena dia bukan tipe ideal yang aku inginkan. Rasa ini seperti sudah hampa padanya,” balas Albert. “Jadi kamu mau kan menikah denganku? Jadi yang kedua? Aku janji akan memberi kemewahan untukmu, Sayang,” ucapnya sembari mengelus wajah Winter
“Aku tidak mau jadi yang kedua!”
“Kenapa? Nanti hidupmu terjamin, meski kamu jadi yang kedua itu hanya status. Semua perhatianku hanya diberikan padamu saja.”
“Sekarang mulutmu sangat manis, Albert. Nanti belum tentu sikap manis ini akan bertahan lama, jika kamu sudah bosan padaku, aku pasti dicampakan begitu saja.”
“Tidak akan, Baby! Mana bisa aku mencampakan wanita secantik dan semenarik kamu! Kamu adalah harta yang harus dijaga!”
“Aku mau menikah denganmu, Albert. Asal ada syaratnya,” pinta Winter.
“Apa syaratnya?”
“Kamu harus menceraikan istrimu dan jadikan aku satu-satunya nyonya! Bagaimana?” Winter tersenyum penuh arti.
Albert terdiam sejenak, ia menghela napas pendek dan tersenyum. “Aku pasti menceraikan dia setelah mendapatkan hartanya utuh. Aku masih bertahan dengan wanita tua itu karena hartanya yang banyak.”
“Kamu sudah mempunyai rencana untuk merebut semua harta istrimu?” tanya Winter penasaran.
“Tentu saja! Nanti setelah harta itu menjadi milikku, kamu yang akan dijadikan seorang ratu,” jawab Albert, tangannya mulai nakal membuka resleting dress belakang milik Winter. Baru saja tangannya menyentuh kulit punggung Winter, kepala Albert dipukul dengan sebuah tas membuat lelaki paruh baya itu memekik. Albert terkejut melihat wajah istrinya yang sedang menatap tajam penuh amarah padanya. “K-Kate! Kenapa bisa ada di sini?” tanyanya gelagapan.
Kate murka, perempuan itu memukul kepala Albert dengan membabi buta. “Dasar lelaki tidak tahu diuntung! Ternyata kelakuanmu begini! Dasar parasit! Jadi benar dugaanku selama ini kalau kamu mencoba mencuri hartaku! Aku tidak sudi lagi denganmu, kita cerai!”
Albert panik, ia langsung memeluk Kate dan berusaha merayu istrinya agar tidak menceraikannya begitu saja. “Kamu salah paham, Sayang. Aku dijebak dengan wanita jalang ini! Dia merayuku, Sayang. Dia sengaja melakukan itu agar rumah tangga kita hancur,” ucapnya.
“Tapi aku jalang yang ingin kamu jadikan seorang ratu setelah mendapatkan harta dari istrimu, bukan?” tanya Winter dengan senyum liciknya.
“Diam kamu, jalang! Kamu hanya wanita penggoda yang sengaja menjebakku,” geram Albert
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Albert. Kate menatap suaminya penuh amarah. “Winter adalah orang suruhanku! Selama satu minggu ini aku sudah tahu kelakuan bejatmu! Kamu menghabiskan uangku untuk membelikan dia barang-barang mewah! Sialan! Kenapa aku bisa tertipu dengan lelaki parasit sepertimu! Jangan menginjakan kaki di rumahku lagi! Besok akan ada surat gugatan cerai dariku!” geramnya. “Winter, ayo kita ke luar! Aku muak melihat si bangsat ini!”
Winter tersenyum penuh kemenangan. “Oke, Kate,” balasnya.
Albert ingin menahan kepergian Intan. Namun, pengawal Kate dengan sigap menahan lengan Albert dan membuat lelaki itu babak belur.
***
Di rumah mewah milik Kate, saat ini Winter sedang duduk berdua dengan perempuan paruh baya itu. Kate memijit kedua alisnya dan menegak segelas wine. “Ternyata apa yang papiku dulu katakan memang benar tentang lelaki itu. Dulu papiku pernah bilang kalau si brengsek Albert tidak akan pernah sanggup membahagiakanku, aku pikir dulu papi berkata begitu karena dia bukan berasal dari keluarga terpandang. Ternyata papi sudah tahu kalau si parasit hanya mengincarku karena harta. Aku begitu bodoh karena dibutakan karena cinta. Cinta itu memang tidak selalu manis, mata lelaki itu bagai binatang yang akan melihat mangsanya.”
“Kate, kamu hanya terlalu baik dan juga lugu pada waktu itu. Sifat kamu yang selalu percaya bahwa semua orang baik membuat kamu dimanfaatkan oleh orang-orang yang ada disekitar kamu,” tukas Winter.
Kate tertawa pelan, ia menertawakan dirinya sendiri. “Kamu benar, Winter. Intan pada waktu remaja begitu naif dan lugu. Kate yang dulu selalu memaafkan kesalahan mereka yang berkali-kali melukainya. Kate yang dulu berpikir mungkin mereka akan tobat dengan penerimaan maaf yang tulus. Ternyata, mereka brengsek! Mereka dibelakangku menertawakan kebodohanku dan bersulang karena mampu membuatku terlihat bodoh dan mudah dimanfaatkan.”
“Tunjukan pada mereka bahwa seorang Kate saat ini adalah wanita tangguh yang tidak mudah ditindas. Kamu harus membalas mereka dengan cara yang elegan,” balas Winter.
“Iya. Malam ini adalah titik lahirnya Kate yang baru. Dia tidak akan pernah mudah dimanfaatkan lagi oleh orang-orang yang bermuka dua. Ya, malam ini Kate yang naif akan mati,” tukas Kate.
"Mari kita bersulang untuk kelahiran wanita tangguh bernama Kate Wildson," ucap Winter dengan suara keras sambil mengangkat gelas miliknya.
Kate mengangkat gelas berisi wine miliknya. “Mari kita terlahir dengan wajah baru,” balasnya.
Setelah keduanya bersulang. Kate menghela napasnya. “Saat ini aku akan mengambil alih perusahaan dan juga memimpin perusahaan yang sudah papiku bangun sejak muda dan juga fokus dengan Leo yang sudah mau masuk bangku kuliah tahun depan. Fokusku saat ini hanya itu,” ungkapnya. “Winter, apa kamu mau bergabung dengan perusahaanku? Aku ingin kamu jadi asistenku,” tawarnya.
“Terima kasih atas tawarannya, Kate. Aku merasa tersanjung. Namun, untuk saat ini aku hanya menjalankan tugas sebagai salah satu angel di ‘Perfect Couple’ yang sudah lama jadi rumah bagiku selama ini.”
“Jika ada klien yang meminta kamu jadi kekasih bayarannya, apa itu artinya mereka juga meminta untuk tidur denganmu?” tanya Kate penasaran.
Winter menggelengkan kepalanya. “Tidak! Hanya aku satu-satunya yang menolak layanan seperti itu, aku tidak mau menyerahkan tubuhku begitu saja,” balasnya.
“Para pria yang menyewa jasamu tidak pernah tergoda untuk menikmati malam denganmu? Kamu memilki pesona yang sangat memikat, Winter. Aku sebagai perempuan pun mengakui itu, dan di negara ini masih ada wanita sepertimu? Ini sangat unik dan langka.”
“Banyak para klien yang nakal dan sengaja menjebakku, jika mereka begitu, ada harga yang harus dibayar mahal. Untuk itu mereka tidak akan pernah berani untuk memintaku untuk melayani nafsu mereka karena aku tidak akan menerima permintaan klien untuk jadi kekasih bayaran lagi,” jawab Winter.
“Bagus! Aku memang suka dengan jasa yang ‘Perfect Couple’ tawarkan dan rasanya membayar mahal kalian pun terbayar dengan service yang kalian berikan,” puji Kate. “Karena malam ini berhasil dan kinerjamu sangat memuaskan, aku akan memberi bayaran tambahan dan untukmu pribadi juga ada bonus.”
Winter tersenyum senang. “Terima kasih, Kate. Saya sangat senang mendapatkan klien yang sangat royal seperti kamu.”
Kate tertawa mendengar pujian itu. “Ini kartu namaku, jika kamu membutuhkan apapun atau mungkin ingin bekerja denganku, kamu bisa menghubungiku,” ucapnya.
“Baik, Kate. Nanti aku pasti menghubungi kamu lagi,” balas Winter. Perempuan itu membaca informasi dari kartu nama yang diberikan Kate dan tertera nama Kate Amber Wildson yang merupakan pemegang saham terbesar di Diamond Group.
‘Pantas saja si tua itu ingin menguasai harta istrinya,’ gumam Winter dalam hati.
***
Winter kembali ke bar yang selalu jadi langganannya, kali ini ia hanya sendirian karena Hary sedang sakit. Ia meminum segelas wine sembari menikmati alunan musik yang setidaknya memberi hatinya sedikit keramaian.
“Halo, Winter Samantha. Kita bertemu lagi!”
***