Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 4

Pagi ini tidak seperti biasanya, Francine sangat malas berangkat ke kantor. Dia sudah sangat lelah hanya dengan membayangkan akan mendengar isi kepala orang lain seharian ini.

Francine adalah orang yang sangat menikmati kesendirian. Mendengar cerita orang lain sangat menguras tenaganya. Dia tidak suka berkumpul dengan banyak orang karena itu hanya akan membuatnya sakit kepala.

Francine sangat menyesal karena dia telah meminta hal yang sangat menyusahkan. Francine berencana untuk bolos ke kantor hari ini, ketika HP nya berbunyi. Dia membaca pesan yang dikirimkan oleh Isabel.

[Francine, tolong gantikan aku untuk membicarakan kesepakatan kita dengan Dantex Group.]

[Jam 10 pagi ini di kantor pusat Dantex Group]

Dengan malas Francine membalas pesan Isabel.

[Tapi aku berencana untuk beristirahat hari ini. Lagipula setahuku kesepakatan dengan Dantex sudah fix. Lalu ada masalah apa lagi?]

[Tolonglah, aku sedang ada urusan penting. Dantex ingin merevisi kesepakatannya. Sepertinya CEO mereka yang baru ingin menunjukkan kekuasaannya.] balas Isabel cepat.

[Ok.] jawab Francine singkat.

[Jangan lupa, nanti temui Pak Rodriguez.] Francine membaca pesan itu tanpa berniat membalasnya lagi. Dia benar-benar kesal.

***

Francine memasuki lobi Gedung Dantex Group yang terletak di wilayah termahal di kota Makati. Tidak seperti Showtime yang menyewa satu lantai di Gedung Newland. Gedung megah yang Francine masuki ini merupakan milik Group Dantex. Sangat wajar, karena Dantex Group yang memayungi beberapa bidang usaha yang tersebar di seluruh dunia ini, merupakan salah satu perusahaan terbesar dan terkuat di Filipina.

"Selamat pagi saya Francine dari Showtime," sapa Francine kepada resepsionis yang tampak begitu ramah.

"Baik, apakah sudah membuat janji? Mau bertemu dengan siapa bu?" tanya resepsionis itu sambil tersenyum.

"Pak Rodriguez."

"Baik, silahkan ke lantai 12," jawab resepsionis setelah memeriksa komputernya dan melihat nama Showtime muncul dalam daftar.

Francine memasuki lift menuju ke lantai 12.

'Mungkin kemampuanku membaca pikiran sudah hilang,' guman Francine setelah menyadari bahwa sedari tadi dia tidak mendengar suara kepala siapapun.

"Halo Bu Francine, tadi Bu Isabel sudah memberitahu saya kalau ibu yang akan menggantikan beliau." Pak Rodriguez menyambut kedatangan Francine lalu membawanya ke ruang pertemuan.

"Mohon tunggu sebentar, saya akan memberitahu CEO kami kalau ibu sudah disini," lanjut Pak Rodriguez. Francine mengangguk sambil tersenyum.

"Selamat pagi." Tiba-tiba suara berat dan serius menyapa Francine.

Francine menganggak kepalanya dan sangat kaget ketika melihat CEO Dantex Group adalah pria yang menyelamatkan nyawanya sekaligus memakinya tadi malam.

"Eh, selamat pagi." jawab Francine sambil tersenyum.

"Te-" Francine baru akan mengucapkan terima kasih untuk bantuan pria ini semalam ketika ucapannya langsung dipotong.

"Saya Jonathan, CEO Dantex Group yang baru. Anda?" ucap pria itu serius sambil mengulurkan tangannya. Sepertinya dia tidak mengenali Francine.

"Francine, saya mewakili Showtime." jawab Francine menyambut uluran tangan Jonathan.

"Bu Francine silahkan duduk." Jonatan menunjuk kursi tempat Francine duduk tadi, lalu duduk di kursi yang terletak di seberangnya. Francine mengangguk lalu kembali duduk.

Sebenarnya ketika melihat Francine, Jonathan sama kagetnya dengan Francine. Tentu saja dia mengenali wajah Francine, perempuan ceroboh yang hampir mati ditabrak mobil tadi malam. Tapi Jonathan berpura-pura tidak mengenalinya.

"Jadi Pak Jonathan, boleh saya tahu, ada masalah apa?" tanya Francine tanpa membuang-buang waktu.

"Mengenai kesepakatan kami dengan Showtime. Saya rasa ada beberapa hal yang perlu kita revisi." jawab Jonathan cepat.

"Tapi kita kan sudah sepakat, hanya tinggal penandatanganan dokumen saja. Bagaimana bapak bisa mengubahnya tiba-tiba begini?" seru Francine kesal.

'Wah berani juga nih perempuan.' Francine memandang ke arah Rodriguez.

"Kenapa saya tidak berani? " jawab Francine. Rodriguez tampak kaget karena Francine seperti dapat membaca pikirannya.

"Saya tidak bilang apa-apa bu.' ucap Rodriguez panik. Francine menyadari bahwa dia baru saja membaca isi kepala Rodriguez bukan mendengar dia bicara.

"Saya tidak akan mengubah banyak. Hanya saja ada beberapa poin yang menurut saya sebaiknya diubah. Apa ibu sudah membaca kesepakatan nya?" tanya Jonathan tenang. Dia sama sekali tidak terpengaruh dengan emosi Francine.

"Baik, silakan jelaskan poin apa saja yang harus kita ubah," ucap Francine sambil menegakkan punggungnya.

"Pertama, saya ingin mengurangi dan mempersingkat beberapa kontrak iklan kami. Karena setelah saya evaluasi iklan di Showtime tidak memberikan pengaruh yang terlalu besar untuk beberapa produk kami." Francine memainkan penanya. Dia tahu itu benar. Isabel mendapatkan jatah iklan sebanyak itu semata-mata karena CEO yang sebelumnya sangat menyukai Isabel.

"Berikutnya, saya ingin melepaskan hak eksklusif Showtime sebagai media pertama yang akan mendapat berita dari bisnis hiburan kami. Saya akan memberikan kesempatan yang sama kepada media yang lain, tentunya dengan kesepakatan yang lebih baik." Francine memandang Jonathan dengan sedikit kesal, tapi tidak dapat berbuat apa-apa, karena semua revisi itu cukup masuk akal.

"Saya tidak bisa memutuskan apakah akan menyetujui perubahan itu atau tidak. Saya harus berkonsultasi dulu dengan pimpinan Showtime," jawab Francine diplomatis.

"Sebenarnya kami tidak membutuhkan persetujuan Showtime, karena apapun pendapat kalian kami akan tetap melaksanakan rencana kami," sahut Jonathan dengan tegas.

"Kalau begitu untuk apa anda mengundang kami kesini?" bentak Francine tidak terima dengan sikap sombong CEO Dantex yang baru ini.

"Saya akan membicarakan dengan pimpinan Showtime dan bila beliau tidak setuju, maka kami akan mundur dari kontrak ini. Silakan anda lihat sebesar apa pengaruh media kami setelah tidak bekerja sama dengan perusahaan ini!" tegas Francine lalu berdiri dan meninggalkan ruangan rapat.

'Luar biasa, benar-benar perempuan yang menakutkan.' Francine mendengar Rodriquez berbicara. Dia tidak tahu apakah dia mengucapkannya atau dia memikirkannya. Francine tidak peduli.

Francine pulang ke apartemennya sambil berbicara di telepon dengan Isabel. Dia menceritakan kesombongan Jonathan dengan penuh kebencian. Isabel hanya tertawa.

"Jadi menurutmu apa yang harus kita lakukan?" tanya Isabel setelah mendengar penjelasan Francine.

"Terserah kamu. Tapi kalau aku lebih suka tidak melanjutkan kontrak ini," jawab Francine yakin.

"Oke, nanti aku pikirkan dulu. Mengenai keputusannya, besok aku kabari," ucap Isabel sebelum mengucapkan selamat tinggal dan menutup teleponnya.

Perut Francine mulai keroncongan tapi seperti biasanya dia terlalu malas untuk menyiapkan makanannya sendiri, jadi seperti biasanya, dia memutuskan untuk membeli makanan di minimarket dekat apartemennya.

Francine sedang sangat ingin makan mi instan. Jadi, dia membeli mi instan dan langsung menyeduhnya di minimarket dan berencana memakannya disana. Mi itu akan lembek bila dibawa pulang dan Francine terlalu malas memasak air panas. Di rumahnya hanya ada dispenser air dingin, karena dia tidak suka minuman panas. Maka setiap kali ingin makan mi instan dia harus memasak air panas.

Francine sedang menikmati mi instannya ketika seorang pria duduk di sampingnya dan menyapanya.

"Sepertinya kita sering ketemu."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel