Bagian 7
Veila menatap kagum hasil latihannya bertahun-tahun secara diam-diam tanpa sepengetahuan Keyond. Ia selalu menghabiskan waktunya disini ketika Keyond pergi untuk menuntaskan misi.
"Latihan Anda semakin mengagumkan, Nona," gumam Corrie tampak takjub.
"Ini semua berkatmu juga, Corrie. Jika kau tidak melatihku dan mengatakan ini pada Keyond, maka aku tidak akan selihai ini memakai senjata." Veila mengambil pisau tajam yang menancap tepat pada target sasaran tusukannya.
Corrie hanya tersenyum sebelum membantu Veila merapikan pisau-pisau yang terlihat mengerikan itu.
Ruangan ini memang diciptakan sebagai gudang senjata Keyond yang terletak di lantai bawah tanah. Terdapat cctv dimana-mana namun Corrie lebih dulu waspada sehingga Veila mampu masuk tanpa sepengetahuan laki-laki itu. Seketika mata beningnya melirik kotak panah dan isinya yang berwarna merah muda. Jemari lentiknya mengelus barang mahal tersebut sambil berdecak kagum.
Terlalu banyak senjata dalam gudang yang digabung dengan tempat latihan Keyond yang akhir-akhir ini begitu jarang digunakan. Mulai dari senjata api laras panjang dengan merk ternama hingga laras pendek. Begitu pula dengan pisau yang memiliki ragam jenis, namun satu yang Veila tahu bahwa Keyond akan tetap selalu membawa pisau favoritnya sendiri kemanapun lelaki itu pergi.
"Sebaiknya kita keluar sekarang karena Tuan sedang perjalanan pulang."
Veila menurut, namun sebelum itu mereka harus memastikan bahwa semua barang akan tetap berada di tempat semula atau mata tajam Keyond mencurigainya walau barang itu bergeser hanya beberapa sentimeter. Dan Veila beruntung karena ia memiliki Corrie yang selalu mengerjakan pekerjaannya dengan sempurna.
Keduanya beranjak keluar dari ruangan bawah tanah itu menggunakan lift khusus. Tepat saat Veila keluar dari lift, Zia segera menemuinya dan bergumam cepat. "Ada tamu untukmu, Vei."
"Siapa?"
Zia menggeleng pelan. Ia tidak tahu tamu itu siapa. "Dia wanita dan sedang hamil."
Dahi Veila semakin berkerut bingung. Tamu mana yang mencarinya? Apakah salah satu wanita Keyond yang ingin meminta pertanggung jawaban? Entah kenapa jantungnya seketika berdegup kencang. Veila segera melangkah ke depan yang diikuti oleh Corrie dan juga Zia. Terlihat wanita itu mengelus perutnya sebelum menengadah dan tersenyum lebar.
"Veila...," serunya dan langsung memeluk gadis itu erat.
Veila terlihat kaget sebelum akhirnya benar-benar sadar bahwa di depannya ini adalah teman yang baru dikenalnya sehari di tahun lalu. "Cya?" tanyanya tidak percaya sehingga membuat Zia dan Corrie segera menyingkir karena wanita yang datang bertamu adalah teman Veila sendiri.
"Aku kira kau sudah melupakanku," gumamnya sebelum menarik lengan Veila untuk duduk di sofa yang tersedia. "Lihat, Ve... Aku hamil kembali," serunya bersemangat membuat Veila turut tersenyum dan mengucapkan selamat pada Cya.
Jelas Veila mengingat bagaimana Cya terluka dan sakit saat tahu janinnya di gugurkan oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab, bagaimana Keyond dengan keji membunuhnya dan membalas perbuatan wanita itu. Veila tidak habis pikir dengan wanita yang memiliki otak licik agar bisa merebut pria idaman mereka. Dan saat ini, melihat Cya hamil kembali membuat Veila turut senang.
"Aku senang mendengarnya, Cya," lalu mata Veila melirik sekitar. "Kau tidak bersama Gio?"
Cya menggeleng. "Dia sibuk dan aku terpaksa pergi sendiri karena ingin membagi kabar bahagia ini denganmu. Kau tahu anak kami kembar, Ve."
Mata Veila membelalak lebar. "Benarkah?"
Cya mengangguk antusias. "Mungkin ini adalah hadiah dari kesabaran yang aku dan Gio miliki. Omong-omong dimana Keyond?"
"Sedang dalam perjalanan pulang. Sebentar lagi juga sampai." Veila menatap kagum pada sosok Cya yang selalu terlihat ceria, tidak seperti dirinya.
Melihat ekspresi Veila yang sedih, Cya menggenggam lengan wanita itu. "Ve, apa Keyond menyakitimu lagi?"
"Tidak, Cya. Dia sangat baik kepadaku."
"Jangan membohongiku, Ve," sela Cya cepat. "Kau tahu, aku selalu berharap bahwa Keyond berhenti bermain wanita dan hanya fokus padamu. Aku tahu, dia mencintaimu, Ve."
Veila tertawa miris. "Aku tidak tahu arti cinta darinya untukku bahkan sampai detik ini dia hanya akan memperlakukanku sebagai jalangnya."
"Kau tidak boleh berkata seperti itu!" sentak Cya tegas. "Percayalah, Ve. Suatu saat Keyond akan sadar dengan perasaannya dan hanya memilihmu seorang diri."
"Aku tidak ingin berharap. Rasanya percuma berandai-andai seperti itu mengingat watak Keyond yang masih tidak kumengerti hingga sekarang."
Dan keduanya tiba-tiba saja mendengar suara mobil masuk ke dalam perkarangan. "Aku rasa itu dia, Cya."
Tak lama sosok Keyond dengan rambut yang di penuhi oleh butiran salju masuk ke dalam rumah. Ia melepas mantel hitamnya sebelum mengacak rambut pendeknya. Seketika ia menengadah saat merasa diperhatikan. Alisnya terangkat melihat sosok perempuan mungil yang setahun ini tidak lagi pernah dilihatnya.
"Hai, Baby... Lama tidak kemari?"
Mendengus pelan Cya menatapnya jengkel. "Katakan pada temanmu itu untuk tidak memperlakukanku sebagai orang sakit, maka aku dengan senang hati kemari setiap saat untuk menemani Veila."
"Ah, sedang beneran sakit ternyata," ejeknya saat melihat perut Cya yang membuncit. "Another Baby C, eh?" Dalam hati Keyond merasa iri. Tatapannya tertuju pada Veila yang tampak diam. Kapan wanita itu hamil?
Mengangkat sebelah alisnya, Cya berkata jutek. "Hei, aku ingin membawa Veila pergi darimu."
Kekehan Keyond terdengar ringan. "Silakan," jawabnya cepat. "Tapi, kembalikan tepat waktu."
"Memangnya kau pikir dia barang, hah?" teriaknya kesal menatap Keyond muak. "Aku tidak akan mengembalikannya padamu!"
Keyond memilih duduk di depan kedua wanita itu lalu bersedekap dada, ia akan melayani wanita hamil ini untuk berdebat. "Tampaknya emosimu memburu, Beibh."
"Berhenti memanggilku seperti itu, Sialan! Jika Gio tahu-"
"Gio selalu tahu," sela Keyond dengan senyum kemenangan yang tercetak jelas di wajah tampannya.
Cya menggigit bibirnya menahan emosinya, lalu mengumpat. "Dasar psikopat brengsek."
"Mulutmu manis sekali, Baby." Keyond tersenyum lebar. "Kuharap keponakan kembarku tidak menuruti sifat tempramenmu."
Cya kembali memaki di benaknya. Siapa yang membuatnya tempramen seperti ini jika bukan karena Keyond? Ia benar-benar membenci laki-laki itu karena tidak memberikan Veila hak untuk melakukan apapun yang ingin Veila lakukan. Dan kedatangan Cya kemari hanya untuk membujuk Veila melawan Keyond walau Gio sudah melarangnya untuk tidak berhubungan dengan orang berbahaya seperti Keyond, namun Cya sama sekali tidak peduli dan tetap nekat datang kemari.
Veila tersenyum tipis melihat perdebatan antara Keyond dan Cya. Pemandangan yang jarang terjadi ketika melihat Keyond melayani wanita hamil berdebat. Terasa seperti hiburan tersendiri baginya walau dalam hati ia merasa iri karena tidak bisa seakrab itu dengan Keyond.
"Apa kau sudah berubah profesi? Dari psikopat menjadi paranormal?" tanya Cya dengan selidik. "Darimana kau tahu janinku kembar?" Matanya seketika menyipit. "Karena aku mengatakannya sebelum kau datang."
Lagi-lagi pria itu menyeringai. "Suamimu yang mengatakannya padaku."
"Aku akan membuat minuman dulu untukmu, Cy," sela Veila hendak beranjak, namun Cya dengan cepat menahannya dan menggeleng. 'Tidak perlu. Yang perlu kau lakukan hanyalah mengganti pakaianmu dan kita pergi."
"Tapi—" Veila sedikit ragu dan menatap Keyond yang kini menatapnya datar dan intens, jauh berbeda saat laki-laki berbicara dengan Cya yang selalu memamerkan senyumnya.
"Kau tidak mengizinkannya?" tanya Cya saat sadar bahwa Veila melirik Keyond untuk meminta persetujuan.
Menghela napas, Keyond berdiri dari sofa single yang didudukinya. Memasukkan kedua tangan dalam saku celana panjangnya sebelum berujar, "Sudah kukatakan. Dia boleh pergi bersamamu, kemanapun asalkan dia kembali tepat waktu."
"Bagaimana jika aku membawanya kabur?"
Tersenyum tipis, Keyond menjawab. "Aku mempercayaimu, Baby," gumamnya pelan sebelum menjauh dari dua wanita itu.
Cya tahu bahwa kalimat Keyond menyiratkan ancaman tersendiri sehingga membuat bulu kuduknya meremang.