Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bagian 4

Seketika Keyond terkejut kala ia lihat seseorang mendobrak kamar hotel dengan kasar. Matanya menyipit tajam melihat siapa yang masuk. Keyond seketika mendengus dan beranjak dari mayat Tania yang dipenuhi oleh lukisan mengerikan dari pisau kesayangannya. Bahkan, tubuh Tania yang telanjang sudah dipenuhi oleh darah. Begitupula dengan wajah dan tangan Keyond yang terpecik darah wanita dengan takdir mengenaskan itu.

"Sialan! Kau bercinta dengan mayat, Keyond?"

Berdecak pelan, Keyond mengambil sapu tangannya, "Seleraku masih tinggi." Ia mengelap pisau kesayangannya yang dipenuhi oleh darah dan kembali bergumam, "Dia mencoba membunuhku dengan pisau lipat itu, konyol sekali," tunjuknya pada pisau kecil yang tertancap pada sebuah lukisan.

Keyond beranjak ke wastafel dan mencuci mukanya untuk membersihkan darah kering yang lengket.

"Resepsionis tadi, heh?" tanya Aldric setelah memastikan wanita yang dibunuh Keyond adalah wanita yang dirayu oleh seniornya.

Keyond mengambil handuk bersih dan mengelap wajahnya. Ia mengangguk tipis. "Benar. Si keparat Cregwal sudah merencanakan semua ini." Keyond beralih mengelap kedua tangannya lalu menatap tampilan sempurna Aldric kini terlihat sangat kacau. "Dan kau, apa yang terjadi padamu?"

Aldric mendengus pelan lalu berjalan keluar kamar. "Terima kasih karena sudah membiarkanku menghabisi pengawal Cregwal itu sendirian," ujarnya dengan nada sarkasme.

Mengendikkan bahunya tidak acuh, ia beranjak keluar dan melihat darah, lalu matanya meliriknmayat mengenaskan bergelimpangan di kamar Aldric. Sebelah alisnya seketika terangkat lalu tersenyum puas sambil menepuk pundak Aldric. "Tidak salah aku mengajakmu."

Aldric langsung mendengus dan menatap pintu kamar Cregwal. "Secara halus atau—"

Tak lama, bunyi gebrakan terdengar. Aldric bahkan belum menyelesaikan kalimatnya saat Keyond dengan cepat menendang pintu kamar Cregwal membuat engsel terlepas dan melihat tiga orang yang sibuk bercinta di dalam sana.

Keyond berdecak sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Bercinta tanpa mengajakku, Lincoln?"

"Siapa kau?!" tanyanya balik sambil mencengkram erat selimutnya untuk menutupi tubuh telanjangnya.

Keyond bergerak mendekat secara perlahan sambil melihat sekilas dua orang wanita yang kini berada di tangan Aldric. Ia menarik selimut dari tubuh Cregwal lalu membuangnya secara kasar.

"Apakah hobimu adalah bercinta, Lincoln? Jika ya, maka aku akan mengajari cara bercinta dengan benar."

Lincoln berusaha bergerak hendak melawan, namun Keyond langsung menendang kasar perut buncit Cregwal Lincoln hingga terjerembab di atas lantai. Ia berjongkok disana memainkan pisaunya yang baru saja dibersihkan.

"Kau tahu, Lincoln... Pisau ini baru saja mencabut nyawa seorang resepsionis yang kau suruh untuk menikamku. Dan sekarang pisau ini haus akan darahmu. Jadi, darimana dia harus memulainya?" Pisau yang sangat tajam itu menelusuri dada Cregwal yang berbulu lalu melewati perutnya dan berakhir di pusat. Keyond menekan sedikit ujung pisaunya yang membuat Cregwal meringis karena kesakitan.

"Jauhkan benda sialan itu, akh...," jeritnya kesakitan.

"Kau teriak seperti orang perawan saja." Keyond menyahut lalu menjauhkan pisaunya dari tubuh Cregwal yang terengah. Menatap junior Cregwal yang tak dilapisi apapun. "Padahal juniormu begitu kecil, tapi kenapa dua wanita itu mau bermain denganmu? Ah, atau aku harus membuatnya lebih pendek dari yang seharusnya atau-"

"Tidak!" serunya cepat, berusaha menutupi miliknya dengan kedua tangannya. "Tolong, kumohon... Ampuni aku,"

"Ampun?" tanya Keyond sambil terkekeh pelan. "Tidak pernah ada kata ampun dalam kamusku, Lincoln! Tidak pernah." Seketika matanya menyipit tajam. Pisaunya dengan segera melayang ke bagian bawah tubuh lelaki paruh baya tersebut. Bibirnya tersungging tipis sebelum dengan cepat memotong barang berharga milik Cregwal.

Jeritan kesakitan itu terdengar ke seluruh penjuru kamar. Darah mengucur deras bahkan tak tahu kapan hentinya. Keyond berdiri dan menatap tajam sosok yang kini meraung keras.

"Shit, shit, shit! Kau bedebah sialan. Apa salahku, hah?" teriaknya lemah ketika tenaganya terkuras habis. Seakan ia bisa mati saat ini juga. "Apa yang kau inginkan dengan mengincarku?"

"Kepalamu!" sahut Keyond tanpa perasaan. "Aku menginginkan kepalamu."

"Bunuh saja aku, Brengsek!" makinya sambil mengepalkan tangannya erat. Mata Cregwal bahkan sudah basah dipenuhi oleh air mata kesakitan.

Keyond tersenyum sinis dan berujar senang, "As you wish." Tak lama, ia segera memenggal kepala Cregwal lalu berujar dengan wajah sedatar mungkin. "Misi selesai."

•••

Sudah dua hari ia tidak melihat Keyond di mansion ini, dan hal itu membuat Veila berpikiran macam-macam. Tidak biasanya lelaki itu pergi tanpa kabar. Apa Keyond masih marah padanya? Kenapa lelaki itu tidak menghubunginya sama sekali?

Veila menatap kosong pintu masuk. Berharap seseorang melewatinya sebelum bunyi langkah kaki benar-benar berasal dari luar pintu. Seketika, Veila yang duduk di sofa langsung berdiri tegak. Ia menantikan sosok Keyond masuk ke rumah yang dihuninya sudah beberapa tahun ini. Perlahan, pintu terbuka menampilkan penampilan Keyond yang terlihat mengerikan.

Mata tajamnya langsung menghunus Veila. Membuat bulu kuduk Veila meremang seketika. Dilihatnya Keyond melangkah lebar ke arahnya sambil menyipitkan mata tidak suka. Sampai di depan Veila, lelaki itu mencengkram kuat kedua lengan Veila dan berdesis pelan, "Masih ingin bekerja?"

Veila terdiam. Sejujurnya, ia masih sangat ingin bekerja. Namun, takut jika Keyond kembali memarahinya dan mendiaminya selama beberapa hari. Ia benci ketika Keyond bersikap seperti itu karena hanya akan menyakiti hatinya. Perlahan, Veila menggeleng pelan lalu menjawab terbata.

"T-tidak."

Terlihat, lelaki itu memejamkan matanya erat sebelum menghela napas lega. Bibir Keyond mendarat mulus di dahi Veila. "Keputusan bagus. Sekarang, bantu aku membersihkan badan, V."

Veila hanya mengangguk tipis dan mulai membantu Keyond membersihkan badannya yang terlihat begitu lelah.

"Besok aku ingin mengajakmu berjalan-jalan," gumam Keyond tiba-tiba yang mampu menarik perhatian Veila. "Kau mau?"

"Hm, aku mau," sahutnya sambil menyembunyikan senyumnya dari lelaki yang kini menatapnya intens.

"Bagus. Ayo, kita ke kamar dan bantu aku bersihkan tubuhku."

•••

Keyond memasangkan mantel bulu berwarna putih ke tubuh Veila yang mungil. "Kau harus memperhatikan tubuhmu karena salju akan segera tiba."

Veila hanya mengangguk dan membiarkan lelaki itu mengancingkan mantelnya. Wajahnya sedikit merona karena perlakuan manis Keyond pagi ini.

"Kita mau kemana?"

"Berjalan-jalan," sahut Keyond lalu memasang winter overcoat hitam panjangnya. "Bukankah sudah lama kita tidak berjalan-jalan?"

Dalam hati Veila bersyukur untuk hari ini karena apapun yang terjadi dua hari sebelumnya, mampu membuat Keyond bersikap manis untuknya walau mungkin nagi wanita lain itu adalah hal biasa. Namun, bagi Veila jelas anugerah.

"Aku ingin kita berjalan kaki saja di central," gumam Veila.

"Baiklah. As you wish, V." Keyond mengelus dahi Veila lembut tanpa senyuman. Ia segera membawa Veila memasuki mobil sport miliknya. "Antar kami ke central, Turner."

"Baik, Tuan," balas Turner yang merupakan supir pribadi Keyond jika dibutuhkan. Lalu, mereka segera meninggalkan perkarangan mansion mewah itu.

Hanya butuh waktu puluhan menit untuk sampai ke central sebelum membiarkan Turner pergi dan siap kembali menjemput tuannya ketika dibutuhkan. Keyond meraih pergelangan tangan Veila dan menggenggamnya erat. Membawa tangan kekasihnya ke dalam rangkulannya. Keduanya benar-benar menikmati waktu bersama sambil melihat-lihat sekitar.

"Senang, V?" tanya Keyond saat melihat wajah Veila penuh senyuman hari ini dan Keyond sangat menyukainya.

"Tentu saja," Veila menyahut bersemangat. "Terima kasih sudah membawaku berjalan-jalan, K."

Keyond yang mendengarnya segera menahan langkah Veila. Membuat wanita itu sedikit tersentak kala Keyond menahan kedua tangannya. Jemari Keyond menangkup kedua pipi Veila yang memerah sebelum bibirnya mengecup bibir pink milik Veila dengan lembut.

"Sudah tugasku membahagiakanmu," Keyond menarik diri dari Veila yang tertegun. Ia tersenyum sangat tipis bahkan nyaris tak terlihat saat melihat Veila terdiam akibat perlakuannya. Kembali menggenggam tangan Veila, Keyond membawa Veila melangkah tanpa arah asalkan keduanya bisa menghabiskan waktu bersama.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel