Bab. 3 Dinas di Minimarket
Teeeeeeetttt...
Bel sekolah berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas, begitu juga dengan Omar alias Usep. Dia melangkahkan kaki ke area parkir motor, untuk mengambil sepedanya.
Nang..ning..nang..ning...nang..ning..nuung...
Suara ponsel jaman purba berbunyi. Teman-teman yang berada di dekat Omar keheranan dengan bunyi hp yang terdengar alunan masa lampau itu, mereka menoleh ke arah Omar yang sibuk mencari letak hp yang dia simpan di dalam tas.
"Hallo Assalamualaikum Bang," sapa Usep ramah.
"Iya, Bang. Nanti aku ke sana, Bang. Ini baru bubar menuntut ilmu," terang Usep sambil tersenyum dan memberikan juga senyumnya kepada siswa-siswi yang memperhatikan dirinya saat menelepon. Mereka bergidik ngeri.
Omar seolah tak peduli dengan tatapan dan cibiran mereka melihat gayanya. Saat siswa-siswa yang lain naik sepeda motor, ada juga yang dijemput dengan mobil mewah, Omar malah menggunakan sepeda BMX jadulnya. Dirapikan letak helem motornya setelah memakai masker, dikayuhnya sepeda melewati pos security sekolah.
"Balik dulu, Bang," pamitnya ramah, sambil melambaikan tangan pamit kepada securty sekolah. Securty itu tersenyum kearah Omar.
Tepat pukul 3 sore dia sudah mandi sholat ashar dan bersiap berangkat dinas.
"Rambut sudah oke, pakaian licin, wajah sudah tampan," ucapnya pede di depan cermin sambil nyengir kuda.
"Momi sayang, ananda berangkat ke kantor dulu ya."
Isi sms Omar kepada emaknya.
Sampailah Omar di sebuah minimarket sejuta umat, diparkirnya sepeda di samping gerobak Es Cendol Elisabeth yang dijaga oleh Bang Nurdin.
Bang Nurdin tersenyum manis kepada Usep.
"Sehat, Sep?" tanya Bang Nurdin basa basi.
"Sehat Bang, buktinya daku di sini," jawab Usep polos.
"Kalau emak Usep sehat?" tanya Bang Nurdin sambil malu malu meong.
"Alhamdulillah sehat Bang, dan tambah cantik pastinya"
Wajah Bang Nurdin seketika berbinar.
"Salam buat emak ya Sep, mmmmhh..tolong tanyain sms abang kok ga dibales gitu udah seminggu."
Usep terkekeh ( modus banget dah Bang Nurdin)
"HP emak Usep ga ada keypad hurufnya Bang, cuma tombol terima panggilan yang masih berfungsi," jelas Usep masih sambil ngaca di spion sepedanya.
"Ohh gitu, pantesan." Bang Nurdin mengangguk paham.
"Emang HP Bulan tipe apaan, Sep?" tanya Bang Nurdin lagi.
"Nokia 3310 Bang,"
Dahi Nurdin berkerut coba berpikir keras.
Dengan wajah bingungnya, "emang 3310 belum punah Sep?" tanya Bang Nurdin.
"Udah Bang, mungkin yang di pake emak itu spesies terakhirnya," Usep terbahak. Begitu juga dengan Bang Nurdin.
"Assalamualaikum, Bang," sapa Omar kepada seorang pria dewasa berkulit gelap, berkumis tipis, dengan rambut dikuncir, dialah Bang Dio, yang baru tiba dengan sepeda motor PCX.
"Wa'alaykumussalam, baru sampe lu Sep?" tanya Dio.
"Iya Bang, udah mulai padat jadwal aku Bang," jelas Usep sambil mengambil pluit dari dalam kantong celana panjangnya.
"Ya udah gue ke markas dulu, titip motor gue."
"Asshiiaaapp." Usep menirukan gaya selebgram yang lagi hits.
Prriiiitt....prrriiittt!
Usep sibuk membantu mobil dan motor untuk patkir di area minimarket.
"Makasih teteh," ucapnya sambil menyunggingkan senyum saat seorang ibu muda membawa dua orang anak kecil dengan motor memberinya uang parkir dua ribu rupiah dua lembar.
"Sini neng, abang bantu," ucapnya saat terlihat abege seumurannya yang susah menyalakan motor.
"Ya allah, Nek, ke mana cucunya? Belanja banyak gini kok ga ada yang anter nek, sini Usep bawakan belanjaannya." Usep membantu membawakan dua kantong besar belanjaan seorang nenek dan memanggilkan ojek yang mangkal di dekat situ.
"Makasih ya, Nak," ucap si nenek sambil memberikan uang lima ribu rupiah ke tangan Usep.
"Ga usah nek, ga papa, uangnya buat bayar ojek aja nek" Usep menolak dengan halus uang pemberian si nenek.
"Ambil ini rezeki, ga boleh ditolak." Nenek memasukkan ke dalam saku kemeja Usep.
"Makasih, Nek. " Usep mencium punggung tangan si nenek.
"Hhmmm..anak yang baik dan sopan, pasti dia punya orangtua yang luar biasa," gumam si nenek dalam hati.
"Bang Nurdin saya balik dulu ya, udah jam 9, ada tugas yang harus aku kerjakan," pamit Usep kepada Bang Nurdin.
"Emang lo ga Futsal, Sep?"
"Ga dulu bang, kayaknya sekarang mah aku latihan futsalnya ga bisa tiap hari Bang, tugas numpuk," jelasnya pada Bang Nurdin.
"Ya udah hati-hati sana, jangan lupa salam abang sampein ke emak lu ya?" Bang Nurdin nyengir kuda.
"Iya siap Bang,Assalamualaikum," pamit Usep sambil mengayuh sepedanya.
Begitulah keseharian Usep, pagi sekolah, sore sampai malam menjadi juru parkir untuk meringankan biaya hidup, tak ada rasa malu atau sungkan, selagi itu halal Usep pasti dengan semangat mengerjakannya, Usep juga rajin mengikuti futsal dan taekwondo di dekat rumahnya, karena memang Usep sangat menyukai olahraga.
"Assalamualaikum, Mak," seru Usep lalu masuk ke dalam rumah.
"Wa'alaykumussalam, eh anak emak udah balik kantor, gimana dinesnya lancar?" tanya emak sambil mengambilkan air minum untuk Usep.
"Alhamdulillah, Mak, " lalu Usep menenggak air putih di gelas sampai habis.
"Usep mandi dulu ya mak, badan Usep udah kebangetan wangi duit dua rebuan," ucapnya cuek sambil mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
Mak duduk di depan televisi tabung berukuran 21inci sedang asik menonton Liga Dangdut.
"Mak, dapat salam dari Bang Nurdin," kata Usep sambil menyeringai.
"Wa'alaykumussalam," jawab emak masih asik depan televisi.
"Emak ga salam balik?" tanya Usep sambil tas dan menyiapkan buku pelajarannya.
"Dihh, ngapain? "
"Iya kali emak mau buka hati buat Bang Nurdin."
"Emang lu mau punya bapak tiri kayak si Nurdin?" kali ini menatap Usep serius.
"Ya kagaklah."
"Emak harus dapat yang kayak almarhum papih Usep atau ga yang kayak shah rukh khan, ya'kan?" potong Usep cepat, memutar bola mata malasnya.
"Nah itu lu pinter Sep."
"Gimana tadi di sekolah seru ga Sep?"
"Emak kepo deh." Usep mencibir.
"Iyalah, menuntut ilmu di tempat yang bagus,pasti rame Sep, ayo dong cerita, ngapain aja tadi di sekolah?" emak setengah memaksa.
"Mmmhhh....tadi Usep nembak cewe, Mak."
Uhuuuk!
Emak tersedak teh yang diminumnya.
Plaakk!
Sebuah kamus terlempar ke lengan Usep.
"Aduuuhh...sakit, Mak!" Usep meringis memegang lengannya yang dipukul emak dengan kamus.
"Ngapain lu nembak anak orang? Emak nyuruh lu sekolah Sep, bukan maen cinta-cintaan di sono," ujar Bulan sedikit emosi.
"Isshh..tahan ibuu surii...tahaann...slodon, jangan marah dulu." Usep menenangkan.
"Itu tadi ada games di sekolah saat perkenalan, Mak."
Usep menceritakan dari A sampai Z kepada ak Bulannya tak ada yang ditutupi.
"Ohh gitu, jadi hari ini cuma maen-maenan doang Sep?"
"Bukan maenan, Mak. tapi games perkenalan, Mak"
"Iya udah sama aja itu." Bulan tertawa.
"Ngomong-ngomong cewe yang lu tembak cantik ga Sep?"
"Banget maakk, dia mah bukan cuma cantik mak, tapi bidadari, Mak." Usep membayangkan wajah Mala kakak kelasnya tadi yang cemberut saat ditembak Usep.
"Pprreeeeetttt..." Bulan mengejek.
"Usep yakin mak, dia masa depan Usep." Usep berucap serius dengan mata berbinar.
Plaaaaakkk!
Kali ini kamus mendarat di dengkul Usep.
"Iisshh...KDRT mulu deh, Mak!"
"Masa depan...masa depaan...sekolah dulu yang bener kasep Emak,"
"Ntar kalau lu sukses juga banyak cewe yang bergelantungan sama lu Sep," ceramah emak.
"Monyet kali bergelantungan." Usep terkekeh.
"Yah...Mak, namanya anak muda, boleh dah ada yang didemenin, biar semangat ke sekolah, Mak" Usep beralasan.
"Serah lu dah, pokoknya sekolah nomor satu, anak emak harus sukses, biar bisa ngebanggain emak." Mata Bulan berkaca-kaca. Usep jadi terharu, lalu menghampiri dan memeluk emak dari samping.
"Iya, Mak, insya allah Usep akan belajar sungguh-sungguh ga mau kecewain emak," ucap Usep serius.
"Mmmhh..wali kelas lu siapa tadi namanya?" tanya emak tiba-tiba begitu antusias.
"Ohh itu Pak Anton Yasin."
"Lucu namanya Sep, kayak buku," komentar Bulan polos.
"Buku yasin?" Usep tergelak
"Cakep ga Sep?" tanya emak lagi sambil nyengir.
"Jiiaaahhh... moodduusss." Usep mencebikkan bibirnya.
"Iya kali cakep Sep, jadi emak biar semangat kalau dipanggil ke sekolah lu." Bulan beralasan
"Cakep, Mak. Orangnya keliatan baik dan pintar,
kulitnya putih, sayang aja ga kayak Shah Rukh Khan, Mak, " goda Usep.
"Kapan emak dipanggil ke sekolah, Sep?" Bulan begitu antusias.
"Ha ha ha ...," Usep tertawa keras.
"Di mana-mana orang tua ga ada yang mau dipanggil ke sekolah, kecuali rapat, Mak." Usep geleng-geleng lihat tingkah emaknya.
"Mak, emang kenapa sih papih Usep meninggal?" tanya Usep pelan takut emaknya tersinggung karena emak selalu mengelak kalau ditanya kenapa ayahnya meninggal.
Mmmhh...Bulan menarik nafas panjang.
"Kayaknya udah saatnya aku cerita ke Usep nih," gumam mak dalam hati.
"Mmmhhh...Bapak lu kecebur di pemancingan," ujar Bulan lirih.
"Apa?!"
****
Maafkan kalau ceritanya terlalu ringan ya gaaees,__?? ada yang baca kan??