Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

“Kalian udah sering main sama Jaka?” tanya Bu Ros ke mereka bertiga.

“Enggak sering juga. Jaka kan punya banyak istri jadi harus ngantri.” jawab Bu Nisa.

“Dua hari yang lalu aja aku mau ngentot sama Jaka tapi ternyata dia abis ngentot sama kamu.” lanjutnya.

“Ihh, Jaka. Kamu cerita?” tanya Bu Ros ke Gw.

“Semua hal tentang perngentotan Jaka itu selalu kami tau. Soalnya kami punya grup. Hehehe.” jawab Kak Sinta.

“Terus aku disini harus apa?” tanyanya.

Kak Sinta pun menceritakan perihal jamu buatan Bu Lena ke Bu Ros.

“Ihh. Beneran? Enak bangettt.” komentar Bu Ros.

“Enak apanyaaa. Capek tauuu.” ucap Bu Lena.

Bu Ros pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang lalu mengajak Jaka untuk mengentotinya.

“Ayukk, Jakk. Aku udah sange dari rumah.”

Kak Sinta mendorong Bu Ros agar tiduran di atas kasur. Dijilatinya memek Bu Ros oleh Kak Sinta.

“Ahhh, Sintaaa. Kamu ngapainnn.”

Kak Sinta pun menghiraukan perkataan Bu Ros dan tetap menikmati memeknya.

“Ooouuhhhh. Sintaaaa. Enak bangettt sedotan kamuuuu.” racaunya.

Bu Lena pun ikut menjilati toket Bu Ros. Begitupun Bu Nisa.

“Aahhhh. Makasihhh lohhh aku udhhahhh diajhhakkkk.” racaunya sambil menikmati sambutannya.

“Nih, Jak. Udah siap.” kata Kak Sinta yang menyuruh Gw untuk mengentoti Bu Ros.

Gw pun mengentoti Bu Ros berkali-kali dengan berbagai gaya. Bu Ros memang jago dalam hal itu.

Dari jam 9 sampai jam 1 Gw main dengan mereka semua. Setelah 2 kali crot di memek Bu Ros dengan skor 9:2, Gw bergantian mengentoti Bu Nisa, Bu Lena dan Kak Sinta. Lalu terakhir juga mengentoti Bu Ros kembali.

“Aahhh, Jakkk. Ayukk cepetannn keluarnyaaaa.” ucap Bu Ros yang sedang menungging menghadap kasur sedangkan Gw sedang menyodok memeknya dari belakang.

Bu Nisa sudah terkapar di bawah lantai. Bu Lena dan Kak Sinta lemas tak berdaya di atas kasur.

“Uuhhhhhh. Buu, aku mau keluarrrr.”

*Crott

Peju Gw keluar di dalam memek Bu Ros. Sedikit sekali.

Lalu dengan perlahan kontol Gw terasa sejuk di dalam memek Bu Ros. Semakin lama semakin layu sehingga keluarlah kontol Gw dengan sendirinya dari memek Bu Ros.

“Huhhh. Udah selesai juga akhirnya.” ucap Bu Ros.

“Kontol Jaka udah enggak ngaceng lagi.” lanjut Bu Ros.

“Iyaa???” tanya Bu Nisa yang kini bangun dari lantai lalu menuju ke arah Gw.

“Akhirnyaaa.” ucap Kak Sinta.

“Udah, deh. Enggak lagi-lagi aku ngasih kamu jamu itu, Jak.” kata Bu Lena.

*Bruggg

Gw merebahkan tubuh Gw yang sangat lelah ke atas kasur.

“Makasihh Jakaaa. Mmuaachhh.” Kak Sinta mencium pipi Gw.

Lalu kami semua merebahkan diri di atas kasur Bu Lena yang muat dengan kami semua tetapi dengan posisi menyamping sehingga kaki Gw menggantung.

“Sempit ya.” ucap Kak Sinta.

“Di depan tv aja yuk.” ajak Bu Lena.

“Bentar, aku siapin dulu.” tambahnya lalu pergi keluar kamar.

Bu Lena menyiapkan beberapa kasur portabel di depan tv agar kami bisa tidur bersama. Setelah siap, Bu Lena memanggil kami semua agar pindah.

Kami merebahkan diri di depan tv dengan urutan Bu Lena paling kiri, lalu di kanannya ada Kak Sinta, lalu di tengah adalah gw, di kanan Gw ada Bu Nisa lalu paling kanan ada Bu Ros.

“Hoaaahh. Enaknya poligami.” ucap Gw sambil meregangkan badan lalu merangkul Bu Nisa dan Kak Sinta.

“Poligami tapi enggak bisa adil ya percuma, Jak.” ucap Bu Lena.

“Lah ini kan saya udah adil, Bu.” jawab Gw.

“Itu aja yang kamu rangkul cuma Bu Nisa sama Sinta. Aku sama Bu Lena enggak kamu rangkul.” ucap Bu Ros.

“Ciee, cemburuu.” ledek Gw.

“Bukan cemburu, Jak. Tapi kalo enggak bisa adil mending enggak usah poligami.” ucap Bu Nisa.

“Nikah sama satu orang aja. Tapi ngentotnya bisa sama semuanya. Hahahaha.” lanjutnya yang diikuti oleh tawa kami semua.

“Bu Nisa enak ya badannya, montok. Pantes Jaka suka.” ucap Bu Ros yang sedang meluk Bu Nisa sambil memainkan toket Bu Nisa.

“Loh. Saya malah ngiri sama Bu Ros. Udah ngelahirin tapi masih tetep langsing.” jawab Bu Nisa yang sekarang mulai memainkan memek Bu Ros dengan jarinya.

“Tapi jelas, Jaka lebih suka toket saya.” ucap Bu Lena.

“Bener, Jak?” tanya Kak Sinta.

“Iyaa. Aku suka toket yang kayak Bu Lena. Gede tapi empuk.” jawab Gw.

“Gedean toket aku atau toket Muti, Jak?”

“Mutii??” tanya Bu Ros terkaget.

“Kamu belum tau yaaa. Hahaha.” ledek Bu Nisa.

“Jaka lagi deket sama Muti tau, Buu. Udah main foreplay tapi belum ngentot soalnya Muti masih perawan.” jelas Kak Sinta.

“Haduhh. Kalo tau Jaka udah begini aku enggak ngasih tau yang tadi sore deh.” ucap Bu Ros.

“Kasih tau apa?” tanya Bu Nisa.

“Tentang Bu Hanna, Bu. Ternyata ada kesempatan saya buat ngentotin Bu Hanna.” jawab Gw.

“Ihh, Jakaaa. Kalo gini bisa-bisa satu sekolah kamu entotin Jak.” kata Kak Sinta.

“Dihh. Ogah saya ngentot sama Pak Sulai.” jawab Gw bercanda.

“Enggak Pak Sulai jugaa.” kata Kak Sinta sambil menempeleng kepala Gw.

“Bu Nia coba, Jak. Kamu entotin.” suruh Bu Ros.

“Hahahaha. Bu Ros masih kesel tari diomelin sama Bu Nia.” ucap Gw.

“Diomelin gimana?” tanya Bu Nisa.

“Tadi abis aku ngentot sama Bu Ros, Bu Nia dateng terus ngomel-ngomelin Bu Ros. Abis itu Bu Ros ditampar.” jelas Gw.

“Iya ih, padahal aku deket banget sama dia kok dia berani nampar sih.” ucap Bu Ros.

“Biar kamu sadar kali, Ros.” kata Bu Nisa.

“Mana bisa aku sadar kalo udah nikmatin kontolnya Jaka. Coba aja dia ngentot sama Jaka, pasti ketagihan sampe enggak mikirin anak sama suami.” jelas Bu Ros.

“Aku enggak pernah mikirin anak sama suami, Bu.” saut Kak Sinta.

“Kamu mana punya sihh. Yang harus kamu pikirin tuh gimana nanti ngomong ke suami kamu kalo nanti nikah.” kata Bu Ros.

“Nahlohh Sintaaa.” ledek Bu Nisa.

“Ya ajak ngentot sebelum nikah dulu doong. Biar enggak ditanyain nantinya. Hahahaha.” kata Kak Sinta.

“Kok Bu Lena enggak ikut ngobrol?” tanya Gw ke Bu Lena.

Lalu kami semua menengok Bu Lena yang sedang dibelakangi oleh Kak Sinta.

“Yahhh, tidurrr.” ucap kami semua berbarengan.

“Capek mungkin abis disodok kamu, Jak.” kata Bu Nisa.

“Kan kita semua habis main sama Jaka barengan. Enggak logis lah. Yang logis itu faktor U.” ucap Kak Sinta yang lalu dia teriak.

“Aaaaaahh.”

Bu Lena mendengar hal itu dalam sayup-sayup tidurnya lalu mencubit Kak Sinta.

“Sakit tauuu.” kata Kak Sinta sambil mengusap-usap pantatnya.

“Orang tua kok kamu katain. Hahahaha.” kata Bu Lena yang lalu kami semua ikut tertawa.

_____—–_____

*Cuppss

*Mmuaachhh

“Abang ganteng, bangun yukk.”

“Hoaaahhhhh.”

Gw meregangkan badan setelah bangun dari tidur.

“Yuk ganteng, bangun. Kita sarapan.” Kak Sinta membangunkan Gw.

“Jam berapa, Kak?” tanya Gw.

“Jam 8.”

Gw melihat sekeliling sudah tidak ada orang lagi hanya tinggal Gw dan Kak Sinta yang masih bertelanjang badan.

“Pada kemana kak yang lain?”

“Lagi pada masak tuh di dapur. Ayuk udah mau mateng tau.” ajaknya.

Lalu Kak Sinta pergi menuju dapur meninggalkan Gw sambil berjalan melenggak-lenggok memamerkan pantat gempalnya.

Gw pun mengumpulkan nyawa sejenak lalu bangkit dan menuju ke dapur menemui mereka berempat yang sudah menyiapkan makanan untuk kami sarapan.

“Wihh raja udah bangun.” ucap Bu Ros.

“Pada bangun jam berapa?” tanya Gw.

“Ibu-ibu mah emang udah insting jadi bangunnya subuh. Cuma anak muda aja yang bangunnya siang.” kata Bu Lena.

“Nah kan selagi muda, Bu. Makanya dinikmatin dulu bangun siangnya. Hahaha.” saut Kak Sinta.

Pemandangan di dapur itu bagaikan sebuah imitasi dari isekai. Bu Ros dan Bu Nisa sedang memasak, Bu Lena sang pemilik rumah duduk di meja makan bersama Gw dan Kak Sinta dan kami semua masih tanpa menggunakan pakaian.

“Aduhh, badan aku ngilu semua.” keluh Gw.

“Nihh, minum. Udah saya buatin.” Bu Lena menyodorkan minuman untuk Gw yang sudah tersedia sedari tadi di atas meja makan.

“Apa ini, Bu?” tanya Gw sambil mengangkat gelas lalu mengendusnya.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel