Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Peju Gw hanya keluar sedikit setelah keluar beberapa kali sejak tadi.

Kini Bu Lena berjalan menuju kasur yang terdapat Bu Nisa sedang mengistirahatkan diri setelah beberapa kali orgasme akibat kontol Gw.

“Aku udah enggak sanggup, Jak.” ucap Bu Nisa menyerah.

“Aku juga.” saut Bu Lena.

Gw pun merebahkan diri diantara Bu Nisa dan Bu Lena sambil memikirkan sesuatu.

“Ajak Sinta sama Bu Ros. Mau, Bu?” tanya Gw ke mereka.

“Ajak deh, aku udah enggak kuat.” ucap Bu Lena.

Gw pun meraih handphone Gw lalu menelepon Kak Sinta.

: “Halo, Kak.”

: “Iya, Jak. Ada apa?”

: “Lagi dimana?”

: “Lagi nongkrong nih sama temen-temen.”

: “Bisa kesini sekarang gak kak?”

: “Kemana?”

: “Ke rumah Bu Lena.”

: “Ngapain?”

: “Foursome kak. Bu Lena sama Bu Nisa udah kecapean.”

: “Oke, aku langsung otw. Tunggu yaa.”

“Bisa, Jak?” tanya Bu Nisa.

“Bisa, langsung mau kesini. Hahaha.” jawab Gw.

“Lagi sange kali tuh anak.” ucap Bu Lena.

“Coba deh aku telpon Bu Ros juga.”

Gw pun kini mencoba untuk menelepon Bu Ros. Tetapi, sekali dihubungi, Bu Ros tidak mengangkat telepon Gw.

“Enggak diangkat, Jak?” tanya Bu Lena.

“Iya, nih. Aku coba lagi deh.”

Setelah Gw hubungi beberapa kali, di percobaan yang keempat pun akhirnya Bu Ros mengangkat teleponnya.

: “Halo, Jak. Kenapa?”

: “Lagi dimana, Bu?”

: “Lagi di rumah nih. Kenapa?”

: “Mau ikut pesta seks gak?”

: “Hahh?? Enggak mau ahh. Mana saya enggak kenal.”

: “Ibu kenal kok orang-orangnya. Bu Lena, Bu Nisa.”

: “Gilaaa. Serius??”

: “Iya serius.”

: “Tapi aku lagi sama anak aku nih. Suami aku belum pulang.”

: “Ibu titipin dulu aja. Atau gimana gitu. Pokoknya kesini yaaa.”

: “Dimana emang?”

: “Di rumah Bu Lena.”

: “Ahh bohong ah. Enggak percaya saya.”

: “Yaudah, aku kirimin fotonya abis ini. Tapi langsung kesini yaa.”

: “Iya iya.”

“Bu Ros enggak percaya Bu kalo kita begini. Hahaha.” ucap Gw.

“Belum tau aja dia. Abis siapa sih yang bisa kontolnya Jaka.” ucap Bu Nisa.

“Bukannya kalian tadi nolak makanya saya nelponin Bu Ros sama Kak Sinta?” jawab Gw.

“Iya sih, kan karena capek Jakk.”

“Makanya, jangan dipakein jamu jamuan. Jadi begini kan.”

“Jamunya aja sih, Jak. Aku bikin jamunya yang kuat banget. Enggak lagi-lagi dehh.” ucap Bu Lena.

“Oiya, saya kirimin nih foto-foto kita ke Bu Ros.”

Gw pun mengirimkan foto kami bertiga ke Bu Ros agar dia percaya.

Bu Ros :

“Gila kamu, Jak.”

Jaka :

“Percaya kan sekarang?”

Bu Ros :

“Aahhhhh, jadi sangeee.”

Jaka :

“Makanya kesiniii.”

Bu Ros :

“Yaudah, aku cari cara dulu buat kesana.”

Tiba-tiba masuk chat dari Kak Sinta.

Kak Sinta :

“Jak, aku udah di depan.”

Jaka :

“Masuk aja Kak. Gerbangnya nanti kunci lagi. Terus masuk aja ke rumahnya langsung.”

Kak Sinta :

“Enggak ada orang emangnya?”

Jaka :

“Enggak ada, Kak. Aku sama Bu Lena sama Bu Nisa udah telanjang soalnya.”

Beberapa menit Kak Sinta chat Gw lagi.

Kak Sinta :

“Jak. Aku udah masuk.”

Gw pun keluar untuk menjemput Kak Sinta.

“Kak?” panggil Gw.

“Iya, Jak?” sautnya lalu Gw pun menghampirinya.

“Ayuk, Kak.” ajak Gw.

“Pada dimana emang?”

“Di kamarnya Bu Lena.”

Lalu Kak Sinta mengikuti Gw menuju kamar Bu Lena. Saat masuk ke kamarnya, Kak Sinta melihat Bu Lena dan Bu Nisa sedang terkapar di atas kasur.

“Gila kalian.” ucap Kak Sinta kaget.

“Kalian main deh tuh. Ladenin Jaka ya, Sin. Aku sama Bu Lena udah capek.” ucap Bu Nisa.

“Emang udah main?” tanya Kak Sinta.

“Dari jam 2, Sin.” jawab Bu Lena.

“Gak habis pikir deh sama nih para pendidik bangsa.”

Lalu Gw melepaskan satu persatu pakaian Kak Sinta dari tubuhnya. Setelah Kak Sinta telanjang seperti Gw, Bu Lena dan Bu Nisa, Gw rebahkan ya di kasur.

Gw ciumi mulutnya beberapa saat, lalu Gw ciumi lehernya dan menuju toketnya. Gw jilati toketnya yang ranum itu sambil memainkan memeknya agar basah.

Karena tak kunjung basah, Gw angkat kakinya ke kasur lalu Gw jilati memeknya hingga dia pun mendesah keenakan.

“Aahhh. Uhhhh. Mmppphhhhh. Hpppp.”

Saat dia mendesah, Bu Nisa langsung mencium bibir Kak Sinta lalu mereka pun berciuman mesra.

*Slurpp slurrppp slurppp

Bu Lena membantu Gw dengan menjilati toket Kak Sinta.

Tak menunggu waktu lama, Gw masukkan kontol Gw ke memek Kak Sinta. Tapi kali ini Gw merasakan kalau memek Kak Sinta begitu sempit sehingga Gw kesulitan untuk menerobosnya.

“Hmmmppp. Jhakkk, pelan-pelan. Kok susah sih.” ucap Kak Sinta yang menghentikan ciumannya itu bersama Bu Nisa.

“Jaka abis minum jamu, Sin. Makanya kontolnya dia jadi lebih gede. Mainnya juga enggak pernah cukup daritadi.” jelas Bu Nisa.

Dengan perlahan Gw dorong masuk kontol Gw ke dalam memek Kak Sinta. Setelah beberapa lama barulah kontol Gw masuk seluruhnya.

Gw pompa perlahan kontol Gw di dalam memek Kak Sinta agar tidak menyakitkan baginya.

“Hmmmmppp.” desah Kak Sinta tertahan oleh mulut Bu Nisa.

Seiring waktu, Gw mempercepat hantaman kontol Gw dalam memeknya. Sehingga Kak Sinta pun kelojotan menerimanya. Cukup lama kami bermain hingga Kak Sinta merasakan orgasmenya.

“Aahhh, Jakk. Aku keluaaaarrr.” teriaknya.

Gw pun mengeluarkan kontol Gw dan menyaksikan memeknya mengeluarkan air cintanya.

“Haahhhh, huhhhh. Kamu belum, Jak?” tanya Kak Sinta.

“Belum lah. Ini mah belum seberapa.” ucap Bu Lena yang menghentikan sedotannya di toket Kak Sinta.

Setelah itu, dua kali Gw mengentoti Kak Sinta sehingga skor kami 3:1. Lalu kami pun tidur sekasur berempat dengan posisi menyamping agar muat.

“Kamu minum jamu darimana sih, Jak?” tanya Kak Sinta.

“Tuh, dikasih Bu Lena.” ucap Gw sambil menyusu dengan Bu Nisa.

“Parah Bu Lena emang. Ampe bisa gini.” kata Kak Sinta.

“Kamu baru tiga kan, Sin?” tanya Bu Nisa.

“Iya, Bu. Kenapa?”

“Aku sepuluh. Bu Lena delapan.” jawab Bu Nisa.

“Haaaaaaa. Gilaa yaa kalian.” komennya.

“Jaka empat.” tambah Bu Lena.

“Gila sih gilaa. 21 banding 4.” kata Kak Sinta.

“Lima, Bu. Yang tadi kan sama ibu sambil berdiri.” koreksi Gw ke Bu Lena.

“Ini sampai kapan Jaka bertahan?” tanya Kak Sinta.

“Nanti malam. Jam 12an.” ucap Bu Lena.

“Bisa lebih bisa kurang. Tergantung orangnya.” tambahnya.

“Gak deh. Aku enggak kuat.” ucap Kak Sinta.

“Makanya kita enggak cuma bertiga.” kata Bu Nisa.

“Terus, satu lagi siapa? Muti?” tanya Kak Sinta.

Lalu masuk chat dari Bu Ros yang mengatakan bahwa dia udah sampai di depan rumah Bu Lena.

“Tuh orangnya udah di depan, Kak. Jemput gih.” suruh Gw.

“Hehh? Siapa?” tanyanya.

“Udah gih, jemput aja.”

Lalu Kak Sinta pun bangkit untuk menjemput Bu Ros yang belum dia ketahui. Saat Kak Sinta ingin menggunakan pakaian Bu Lena menyuruhnya telanjang saja.

“Udah, Sin. Telanjang aja. Ngapain pake baju dulu.” suruh Bu Lena.

“Ihh, malu ahhh.” jawab Kak Sinta.

“Kamu ngentot berempat aja enggak malu. Hahaha.”

Kak Sinta pun keluar kamar dengan bertelanjang badan. Beberapa saat kemudian dia kembali diikuti dengan Bu Ros dibelakangnya.

“Bu Lena, Bu Nisa.” ucap Bu Ros yang masih merasa tidak percaya dengan kami semua.

“Kenapa, Bu?” tanya Bu Nisa yang sedang menjilati puting Gw dan Bu Lena tidak menjawab karena sedang menyepong kontol Gw.

“Kalian?” tanyanya.

“Iya doong. Malah kami lebih duluan. Hehehehe.” jawab Kak Sinta.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel