Bab 8
Di pinggir jalan, sudah terdengar hening. Lantaran sebagian orang-orang telah terlelap dan sebagian lagi tampak termenung memikirkan nasib orang-orang yang mereka cintai.
Melvin menatap seorang pria lusuh yang meringkuk ketakutan, pria itu tampak tidak waras. Tubuh nya gemetar, sambil menggigit kecil ujung jari nya. Melvin mengalihkan pandangan nya, ke arah pria yang tersandar lemas sedang menangis dalam diam. Namun, hati Melvin kembali terusik rindu ketika melihat seorang wanita sedang tersenyum teduh menidurkan putri nya di atas pangkuan nya. Siapa sangka, dibalik kelembutan dan ketenangan nya wanita itu menyimpan perasaan takut dan juga sedih yang mendalam.
Kini Melvin menunduk, menatapi diri nya sendiri. Ia merindukan keluarga dirumah terutama sosok ibu nya yang tidak normal. Tanpa sadar, Melvin menitik kan air mata. Mengingat kondisi ibu nya yang sedang lumpuh, ia merasa menyesal atas apa yang hendak ia lakukan siang tadi. Rasa nya ia ingin segera pulang, dan menjemput ibu nya yang lumpuh itu. Namun, keadaan tak bisa dipaksa kan. Melvin hanya bisa mendesah kasar, sambil mengusap air mata nya dengan cepat.
Anna terjatuh lemas, bertumpu pada pundak nya. Sontak, membuat Melvin menatap ke arah Anna yang sudah tertidur pulas. Ia menghela nafas nya lagi, membiarkan kepala Anna tersandar di atas pundak nya. Sementara ia terus terjaga, untuk memastikan keadaan di tempat itu demi keamanan nya.
***
Pukul 00:32.
Prof.Vincent terbaring di atas ranjang rumah sakit. Ia tersadar dari tidur singkat nya, seraya menatap jam di tangan kiri nya. Selagi ia belum berhasil melarikan diri, perasaan nya tidak akan menjadi tenang. Hal itu yang membuat jam tidur nya terganggu saat ini.
Seseorang tiba-tiba saja membuka pintu, dan masuk dengan nafas terengah-engah. Ternyata itu adalah seorang prajurit yang tampak nya akan memberikan informasi penting.
"Pak, kita harus pergi meninggalkan tempat ini,"
"Kenapa?"
"Para zombie menuju ke arah sini, cepat!!!!." ucap pria itu, kemudan pergi begitu saja dengan tergesa-gesa untuk memberitahu yang lain.
Prof.Vincent lekas turun dari ranjang nya, ia berjalan menuju jendela untuk mengecek keadaan. Sebuah ledakan terjadi di depan gerbang. Tampak semua prajurit sedang berkumpul disana untuk menembak para infected itu. sontak, membuat jantung pria itu kembali berdegub kencang. Bercampur dengan rasa panik.
***
Di sisi jalan, Melvin melihat orang-orang yang terduduk dan terlelap seketika bangkit dan berlari ketakutan. Ledakan terdengar sedikit keras, sehingga membuat nya lekas membangunkan gadis yang masih terlelap nyenyak di pundak nya itu.
"Anna!!." panggil nya
"Anna.. ayo bangun!!" ucap nya sambil menepuk-nepuk pipi gadis tersebut sesekali juga menggoyang-goyang kan tubuh nya.
"Ngh.. aku masih mengantuk. Ada apa"
"Tempat ini sudah tidak aman, ayo kita harus segera pergi dari sini." seketika, rasa kantuk nya menghilang berganti dengan perasaan takut dengan jantung yang berdebar-debar. Tak ingin membuat-buang waktu, Melvin langsung menarik tangan Anna dan segera keluar dari tempat tersebut.
Sementara itu, Sakha bersembunyi di balik mobil, lantaran ia tak bisa membuang-buang peluru nya untuk menghabiskan zombie yang datang semakin banyak. Beberapa kali granat dilemparkan, namun tetap saja tak mengurangi jumlah zombie tersebut. Ia menatap ke arah prajurit lain, yang masih sibuk menembaki para zombie tersebut. Sementara orang-orang tampak berlari menjauh dari tempat itu.
Ia berlari ke arah prajurit itu, untuk meminjam handie talkie nya lantaran milik nya sudah ia berikan ke pada Bama.
***
Sssrt-Kkhh
"Kapten!!, Sersan mayor memanggil! Over" panggil sakha dari HT nya.
"Ada apa" jawab nya sambil menyetir.
"Para infected sedang menuju gerbang. Apa yang harus dilakukan?"
"Bawa semua warga melalui jalur yang sudah di aman kan, dan menuju ke stasiun langsung!!."
"Bagaimana dengan para pasien?"
"Pastikan mereka keluar dan bawa mereka semua nya."
"Kapten, seperti nya tidak akan sempat. Untuk pasien yang berada di atas seperti nya belum mengetahui keadaan saat ini."
"Bagaimana bisa? Kerahkan yang lain untuk memeriksa!!." tegas nya namun tak ada jawaban.
"..."
"Sakha!!" panggil nya, tetapi tak ada jawaban dari sana.
"Sial!!" gumam nya dengan tatapan menajam, kemudian langsung membanting stir nya memutar arah. Ia menambah kecepatan, sambil mendekatkan HT itu ke mulut nya.
"Rena, kau dengar aku?"
"..." Hening, tak ada jawaban.
"Rena"
"Rena Mellisa!!." panggil nya dengan nada sedikit mennggi.
Bama menyimpan HT nya kembali, kemudian mengeratkan genggaman pada stir nya dan memandang lurus dengan tatapan menajam..
***
Zombie sudah berhasil masuk ke kawasan tersebut, orang-orang berlarian dan berteriak ketakutan. Sebagian tentara sudah tergigit sehingga membuat jumlah mereka semakin banyak. Melvin dan Anna berhenti tepat di depan rumah sakit, menatap kekacauan yang terjadi. Seorang wanita menangis, ia berusaha melindungi anak-anak nya tetapi dengan sekejap para zombie itu menerkam mereka dan mencabik-cabik tubuh mereka hingga membuat Anna bergidik ngeri.
"Ayo" ucap Melvin, kembali menarik Anna untuk segera pergi dari tempat itu. Tetapi tiba-tiba saja sesosok zombie muncul dari sisi kanan dan menarik nya hingga genggaman mereka terlepas.
"Melvin!!" pekik nya, kemudian sigap mengambil anak panah yang hanya tersisa 5 batang. Melvin berupaya menahan tubuh zombie itu, sementara Anna berusaha untuk membidik nya dengan tepat. Tangan nya gemetar lantaran ketakutan, hingga sulit membuat nya berkonsentrasi. Sementara Melvin tampak semakin melemah, tubuh nya sudah tersandar di sisi tembok dan terus memaksa tenaga nya untuk keluar.
Tam Tam !!
Zombie itu seketika terjatuh ke atas tanah, membuat Melvin bernafas lega dan Anna yang kembali menurun kan busur panah nya.
"Ikut aku, cepat!!" Anna dan Melvin mengangguk, kemudian berlari mengikuti sakha dari belakang.
Sementara itu, disisi belakang. Bama menghentikan mobil nya tepat di depan rumah sakit. Baru keluar dari mobil, seorang zombie telah berhasil memeluk nya dari belakang sontak Bama langsung membungkuk sehingga zombie itu berguling di atas tubuh nya kemudian terjatuh di atas tanah ia hendak kembali bangkit untuk menyergap Bama tetapi tak sempat lantaran Bama telah melepaskan peluru pistol nya ke arah kepala zombie itu.
Bama berlari meninggalkan mayat zombie tersebut dan langsung masuk ke dalam rumah sakit. Tampak para zombie yang sedang menyantap tubuh orang-orang didalam sehingga membuat Bama melangkah dengan berhati-hati dan segera melesap masuk ke dalam lift. Nafas nya menjadi sedikit terengah, jantung nya juga terasa berdebar lantaran ia mulai mencemaskan keadaan Rena.
Ssrt-Khh
"Kapten, aku sudah menuju stasiun bersama seorang wanita dan dua orang pria. Zombie sudah masuk ke wilayah itu, dan kami tak sempat mengevakuasi yang lain." jelas Sakha
"Tidak apa-apa. Berhati-hatilah"
"Kau dimana?"
"Aku di rumah sakit."
"Kapten! Apa yang kau lakukan? Cepat pergi dari sana. Kau tak akan bisa membunuh mereka dengan jumlah sebanyak itu."
"Aku harus menyelamatkan seseorang."
"Bama! Itu berbahaya, kembali dan tinggalkan tempat itu!!"
"Tidak, aku akan segera menyusul. Akan ku kabari lagi nanti" ucap nya langsung menon-aktifkan HT nya ketika pintu lift perlahan terbuka.
Bama lekas keluar dari dalam lift, dan langsung tercengang ketika melihat 3 pasien yang sudah berubah menjadi zombie berada di tengah-tengah koridor. Sontak para zombie itu langsung berlari mendekati nya namun Bama tak tinggal diam. Ia mengambil bangku yang berada di samping nya kemudian langsung menghantam nya ke arah zombie itu satu-persatu. Bama memukul zombie itu bergantian dengan sekuat tenaga nya hingga wajah zombie itu menjadi hancur dan mati seketika. Ia membanting kursi ke atas lantai sambil terengah, kemudian berlari menuju ruang VIP.
***
Rena terbangun dari tidur nya, lantaran kerongkongan nya merasa haus. Ia lekas bangkit, menegak kan tubuh nya untuk mengambil segelas air yang berada di samping ranjang nya. Rena meneguk minuman itu dengan lancar, kemudian kembali berbaring dan hendak memejam kan mata nya kembali.
Sssrrt-Kh
"Nona Rena, apa kau mendengarkan ku?" Rena membuka kedua mata nya kembali kemudian mengambil HT di samping gelas untuk menjawab panggilan pria tersebut. Tetapi ia tak tau, saluran mana yang harus ia tekan.
"Sersan mayor? Atau tombol 1?" gumam nya bingung
Khh-
"Nona Rena, sersan mayor memanggil. Tolong jawab, jika kau mendengar kan ku." sontak Rena langsung menekan saluran 3 untuk menjawab panggilan tersebut.
"I.iya" jawab nya kaku
"Syukurlah, bagaimana keadaan mu? Kau baik-baik saja?"
"Aku..? Baik-baik saja."
"Apa kapten ada disana?" Rena terdiam beberapa detik, belum sempat ia menjawab seseorang tiba-tiba saja masuk dengan nafas yang terengah dan tergesa-gesa mengunci pintu. Tampak sedikit bercak darah di wajah nya yang bercampur dengan keringat di pelipis nya. Sontak membuat hati Rena bertanya-tanya, dengan debaran yang kembali membuat nya sedikit sesak.
Ssrtt
"Halo?." wanita itu tak menjawab panggilan tersebut lantaran ia mencoba menebak situasi yang terjadi dari raut wajah Bama yang kini sedang menatap ke arah nya sambil merampas HT itu dari genggaman nya.
"Aku sudah bersama nya," jawab sang kapten dengan tegas.
"Kau harus keluar dari tempat itu dengan selamat." tuntut Sakha sedikit menekan
"Hm" deham Bama sambil terus menatap Rena.
Rena masih terpaku, melihat Bama yang mendekat sambil menatap tajam ke arah nya. Ia menarik tangan Rena kemudian mengembalikan handie talkie itu sedikit kasar di telapak tangan nya.
"Kenapa tak menjawab panggilan ku?"
"Maaf, aku terlela-.."
"Apa kau tidur mati?!"
"Kau tau apa fungsi benda itu dan kenapa aku memberi kan nya pada mu!!! Huh?" bentak nya membuat Rena tersentak dan merasa sedikit takut.
"Aku.. minta maaf.." Jawab Rena menjadi sendu, ketika melihat tatapan Bama yang seketika menajam. Bukan tanpa alasan, selain ia merasa khawatir Bama juga tidak suka jika panggilan darurat nya di abaikan lantaran ia memilki trauma dan hal itu mengingatkan nya pada sosok sahabat yang telah berkhianat pada tim terlebih pada diri nya..