Bab 6
Mobil itu berhenti tepat di depan rumah sakit. Bama keluar dari dalam mobil nya, membantu Rena untuk segera masuk ke dalam rumah sakit tersebut. Dua pria berseragam tentara tiba-tiba datang menghampiri sambil menghormat.
"Bawa dia ke ruang vip." perintah Bama yang langsung membuat mereka lekas membantu Rena kemudian pergi meninggalkan nya. Bama masih berdiri seraya menatap kesibukan serta kepanikan para perawat yang mengurus pasien terluka.
"Lapor, kapten!" Ucap seseorang sontak membuat Bama langsung memutar tubuh nya ke arah belakang.
"Polisi dan beberapa tentara semakin berkurang karena sebagian dari mereka telah terinfeksi dan tergigit, pertahanan di gerbang masuk juga semakin mengendur. Kita harus melakukan sesuatu, atau membuat pertahanan diri ditempat ini." usut nya, membuat Bama membuang nafas.
"Ketat kan keamanan selama 24 jam sampai ada informasi baru."
"Siap!, tapi ada satu lagi kapten."
"Apa?"
"Untuk orang-orang yang sudah tergigit, apa yang harus dilakukan?"
"Tembak saja."
"Siap!!" ucap nya menghormat, kemudian lekas menjalan kan tugas nya.
Sssrtt-Khh
"Kapten!" Bama lekas menggenggam handie talkie nya.
"Ada apa"
" jika kau sudah di rumah sakit, segera temui aku di ruang Dr.Said. Hasil tes dan penelitian sudah keluar "
"Aku kesana sekarang." ucap Bama sambil melangkah kan kaki nya menuju lift.
***
Anna dan Melvin telah memasuki kawasan karantina. Orang-orang yang masuk sebagai pendatang untuk berlindung tampak terduduk di pinggir jalan dengan keadaan sedikit lusuh. Sementara orang-orang yang tinggal disana tetap berada di dalam tempat tinggal mereka. Ada sebagian yang turut membantu namun tak sedikit yang mengunci rumah mereka lantaran takut terjangkit oleh virus.
"Kalian bisa beristirahat di perpustakaan, mini market, atau menumpang di cafe yang ada. Jika lapar, kalian bisa mendatangi supermarket di sana, pemilik nya membagi beberapa makanan dan minuman secara gratis. Jika kalian punya keluhan, bisa langsung kerumah sakit yang ada di samping apartemen ini."
"Untuk sementara waktu, jangan keluar dari wilayah ini sampai ada instruksi baru." Lanjut Sakha, membuat Anna mengangguk.
"Terimakasih." Sakha tersenyum tipis, kemudian langsung pergi menuju rumah sakit.
"Ayo" ucap Melvin, kali ini ia menuntun jalan mencari tempat untuk beristirahat. Namun tampak nya, bangunan-bangunan yang ada disana telah penuh. Mereka berjalan menuju sebuah cafe yang tampak sepi tetapi sang pemilik tersebut sudah tampak di ambang pintu dengan tatapan tajam. Seakan tak memberi mereka izin untuk menginap. Melvin menatap pria itu jengah, kemudian mencari tempat lain.
"Di pinggir jalan juga tidak apa-apa, kok." seka Anna dari belakang sehingga membuat Melvin berhenti.
"Kau yakin?"
"Ehm, kurasa memang sudah tak ada tempat lagi. Justru itu orang-orang berada diluar.” Seketika Melvin melihat orang-orang disekitar yang duduk dan terbaring hanya beralas kain, koran, ataupun kardus.
"Baiklah. Kau tunggu disini, aku mau mencari toilet." Anna mengangguk membiarkan Melvin pergi. Kemudian mencari-cari sosok pria tua yang ikut bersama nya tadi. Ia baru menyadari jika Prof. Vincent tidak ada disekitar nya.
***
Bama berdiri di belakang seorang pria berseragam putih yang sedang meletak kan beberapa sampel darah ke dalam tabung kecil. Masing-masing darah tersebut memiliki hasil tes yang berbeda. Sehingga membuat Bama tak sabar untuk mendengar penjelasan dari dokter itu.
"Bagaimana, dok?" tanya seorang prajurit membuat pria itu menghadap ke arah nya dan juga Bama.
"Di tabung A, itu adalah sampel darah dari pengonsumsi minuman tersebut. Dari hasil tes, seseorang yang murni mengonsumsi minuman tersebut akan mengalami kerusakan pada saraf otak dan memiliki rasa candu yang meluap-luap akibat adanya senyawa kimia yang terkandung di dalam minuman itu. Pengonsumsi minuman itu akan kehilangan kendali serta akal mereka, dan ingin memuaskan nafsu mereka. Akibat saraf otak mereka yang hancur, jadi nya mereka ingin memakan dan menyantap apa saja seperti sesama manusia. "
"Di sampel B, itu merupakan darah infected yang tergigit oleh pengonsumsi minuman tersebut. Ketika darah A di campur ke darah manusia, maka muncul partikel-partikel jahat pada sel darah manusia akibat terkontaminasi dengan liur pecandu tersebut atau inilah yang disebut sebagai virus. Jadi bisa dikatakan, orang-orang yang tidak mengonsumsi minuman itu bisa tertular jika liur atau virus tadi masuk ke dalam tubuh. Maka secara cepat, dapat langsung merambat dan jatuh nya juga akan merusak otak seperti pecandu."
"Hanya saja, infected ini lebih tepat di sebut sebagai mayat hidup. Mereka telah mati akibat tergigit dan tercabik-cabik dengan para pecandu tetapi otak mereka masih berfungsi dibawah pengaruh virus tersebut. berbeda hal nya dengan pecandu. Dia masih dalam keadaan hidup, dan masih bisa melihat hal-hal disekitar nya secara normal hanya saja mereka tak bisa berfikir dan spontan mengikuti nafsu nya tanpa akal. Infected ini akan lebih agresif dan ganas, kelemahan mereka ada pada otak. Sedangkan pecandu atau si pembawa virus, mereka tak terlalu agresif tetapi mereka lebih kebal. Kelemahan nya ada dua, yaitu jantung dan juga otak."
Bama terdiam, lantaran fokus menyimak.
"Lalu, sampel apa yang ada di tabung C?" tanya prajurit itu penasaran.
"Ini juga sampel darah seseorang yang sudah tergigit atau terinfeksi, sama hal nya dengan darah B. Hanya saja ini di ambil sebelum seseorang itu berubah menjadi sosok zombie. Tetapi, ternyata seseorang itu tak berubah menjadi zombie. Setelah di periksa, darah tersebut menunjuk kan hasil negatif tertular dari virus tersebut. Ada partikel yang kuat di dalam darah tersebut sehingga virus itu tak dapat menyerang, bahkan hilang dalam sekejap."
"Ketika darah C di satukan dengan darah A, maka partikel kuat itu bisa melenyapkan dan menghancur kan senyawa kimia yang ada di dalam darah tersebut. Dalam artian, para pecandu sebetul nya masih bisa di sembuh kan menggunakan tipe darah ini. "
"Dan ketika darah C di satukan dengan darah B tidak ada yang terjadi. Lagi pula, mereka tetap akan mati sekalipun virus itu menghilang. Secara dasar, mereka adalah mayat hidup."
"Dan yang terakhir, sampel darah D. Ini sebenar nya hampir mirip dengan C. Korban yang tergigit tidak terinfeksi virus, tetapi ketika di uji hal yang sama. Darah D di satukan dengan A,B, dan C tidak ada apa pun yang terjadi. Artinya, orang yang memiliki type darah ini hanya bisa melindungi diri nya saja."
"Berarti saat ini, yang dibutuhkan adalah type darah C untuk menyelamatkan pecandu yang masih hidup ? " imbuh Bama
"Ya, ada kemungkinan vaksin bisa dibuat dari darah tersebut. Tapi orang yang memiliki darah ini kabur entah kemana. Dan sulit mencari sampel darah seperti ini." Bama mendesah kasar, ada satu hal yang masih menjadi pertanyaan.
"Bagaimana cara membedakan pecandu dengan para infected?"
“Mudah, perhatikan bola mata mereka. Kedua mata pecandu tampak memerah dengan mulut yang lebih banyak mengeluarkan liur, sementara infected kedua mata mereka tampak memutih dan urat-urat di seluruh tubuh mereka menjadi menegang berwarna biru gelap." jelas dokter tersebut, sambil memperlihatkan perbedaan gambar mayat di atas meja.
***
Melvin membuka lilitan dasi yang sudah berlumur darah ditangan nya, kemudian membuang nya kedalam tong sampah. Suara keran mengitari seisi ruangan ketika Melvin menatap ke arah pintu. Ia lekas menggenggam gagang pintu bilik toilet itu dan mendorong nya pelan. Namun terhenti, ketika melihat profesor Vincent berada di depan cermin sambil memegang sesuatu di tangan nya. Melvin melihat gerak-gerik yang mencurigakan, sehingga membuat nya menutup kembali pintu itu dan memberi sedikit celah untuk mengintip.
Prof.Vincent menatap logo itu dengan tatapan sesal. Andai saja ia tak melakukan nya, tentu saja kekacauan tersebut tak akan terjadi. Ia merasa bersalah, sekaligus menyesal. Tentu saja ia melakukan nya tanpa memikirkan kehidupan orang lain.
Pria itu meletak kan logo tersebut di atas wastafel, kemudian mengambil alat penyedot kloset dan langsung menghantam ujung kaca dihadapan nya menggunakan ujung gagang tersebut hingga pecah. Prof.Vincet membuang alat tersebut, dan lekas mengambil serpihan kaca yang tampak runcing itu.
Ia menelan saliva nya kasar, bersiap untuk menahan kesakitan nya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung merobek kulit bagian lengan kanan nya sepanjang 5 senti. Ia merapatkan kedua rahang nya, sambil bergetar kesakitan. Setelah cukup, ia pun langsung mengambil alat pelacak yang berada di dalam kulit nya tersebut dan langsung menghancurkan nya di atas lantai.
Darah menetes cukup banyak, pria itu masih mengerang kesakitan ketika luka tersebut ia basuh. Ia memasuki bilik toilet, lalu mengambil segulung tisu untuk membalut lengan nya tersebut. Meskipun terbilang percuma, tetapi untuk sementara ia akan menggunakan tisu dan lekas menuju rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.
Sementara Melvin, ia masih berdiri di balik pintu itu dan lekas keluar dari persembunyian nya setelah memastikan Prof.Vincent pergi. Melvin mengambil benda yang hancur di atas lantai itu, kemudian mengambil logo yang terasa begitu familiar. Ia menatap logo itu dengan serius, seraya mengingat seseorang yang pernah datang untuk menanyakan tentang Mayesa pada nya..