Bab 5
Di dalam mobil, Rena terdiam sambil menatap Antoni yang duduk menghadap ke arah nya. Ia tersenyum smirk, sambil mengeluarkan sebuah pistol dan mengarah kan nya ke kepala Rena.
"Kau tau kenapa aku menculikmu? Hm?" Rena tak bergeming, melainkan hanya memberi nya tatapan tajam.
"Kau tau, karena setingan itu aku menjadi dapat teroran dari para fans mu. Dan itu tak memberikan keuntungan pada ku sama sekali!!" bentak nya bagian akhir, sambil mendorong pelan kepala Rena dengan ujung pistol hingga membuat nya gemetar ketakutan.
"Kau takut? Hm? Jangan menangis... apa aku menyakiti mu? " kata nya, ketika melihat air mata Rena mengalir.
"Kau berjanji akan mengiklan kan minuman ku setelah setingan itu berjalan. Tapi kenapa tiba-tiba di batalkan? Katakan!!!" lanjut Antoni dengan tatapan yang begitu tajam.
"Tn.Antoni, profesor melarikan diri. Apa eksperimen itu masih akan terus di lanjutkan?" ucap seorang pria yang berada di dekat nya. Antoni tak melepaskan tatapan nya dari Rena, kemudian kembali menyimpan pistol nya.
"Dia tidak akan pernah bisa lari dari ku, biar kan saja. Aku ingin tau, apa yang akan dia lakukan di luar sana." jelas nya sambil melihat keadaan sekitar melalui kaca mobil.
"Berhenti disini." perintah nya
"Baik"
Mobil itu berhenti, kemudian Antoni menarik Rena dengan kasar menuntun nya ke arah gang lalu mendorong nya hingga terjatuh. Antoni menendang bagian perut Rena dengan kuat, dan kemudian pergi meninggalkan gadis itu yang sedang merintih menahan kesakitan nya. Darah mengucur dari dalam mulut nya, kedua tangan nya bergetar serta mata nya mengerjab-ngerjab menatap mobil itu yang lekas pergi meninggalkan nya.
Rena mencoba bangkit, agar tak menjadi santapan para zombie tetapi ia tak memiliki banyak tenaga untuk berdiri. Alhasil, ia kembali terjatuh dan memasrah di atas tanah.
Langkah yang tertatah, kembali ia dengar. Rena melihat ke arah belakang dan mendapati dua zombie yang sedang menatap nya dengan darah di sekujur tubuh mereka dan juga liur yang tampak berlendir di mulut mereka. Mereka mengeluarkan suara-suara cekatan itu sambil berjalan mendekati Rena.
"Jangan,"
"Aku mohon.." ucap nya ketakutan, sambil menyeret tubuh nya untuk menjauh.
Percuma, zombie itu segera berlari menuju ke arah nya hingga membuat Rena memejamkan kedua mata nya dengan pasrah.
Tam! Tam!
Ngiiiiinggg....
Telinga nya berdengung ketika mendengarkan suara pistol yang begitu keras, tubuh nya melemas dan mencoba mencari seseorang yang telah menyelamatkan nya dari zombie tersebut.
Seseorang itu melangkah pelan, mendekat ke arah Rena kemudian berhenti di hadapan nya.
"Terimaka..." ucap nya terpotong, ketika seseorang itu kembali mengokang pistol nya lalu mengarahkan nya ke kepala Rena.
"Kau sudah terinfeksi." ucap pria berseragam polisi itu dengan tatapan tajam.
"Ti.tidak. Aku tidak tergigit oleh mereka. Jangan membunuh ku, aku mohon.. hiks selamatkan aku" ucap nya sambil memegangi perut nya yang masih terasa sakit. Pria itu seakan tak perduli, dan semakin mengeratkan genggaman nya.
"Aku mohon, selamatkan aku.."
"Maaf, aku tak bisa mempercayai mu. Meskipun kau idola ku.. maafkan aku.." ucap polisi muda itu dengan air mata mulai menggenang.
Tam!!
Satu peluru dilepaskan, tubuh Rena gemetar dan seketika pria itu terjatuh lemas ke atas tanah. Rena mulai terlihat bingung, pasal nya ia tak merasakan sama sekali ada nya peluru yang menembus kulit nya. Dan pria itu seketika mati di hadapan nya, dengan darah yang tampak di dada nya.
Seorang pria berlari ke arah Rena, dengan seragam khusus sambil terengah.
"Kau baik-baik saja?" Rena bungkam, sambil menatap wajah pria tersebut dengan serius. Tanpa menunggu jawaban, pria itu menyimpan pistol nya dan lekas membantu Rena untuk segera berdiri.
"Akh.." lirih nya, sambil merangkul pria tinggi tersebut, Bama.
"Hati-hati"
Bama membawa nya masuk kedalam mobil yang ia pakai untuk mengejar Antoni. Setelah itu, ia langsung menyetir mobil nya dengan laju melewati jalur aman yang sudah di blok menuju satu-satu nya wilayah yang masih terselamatkan..
***
Seorang pria tampak terengah-engah di pinggir jalan, ia keluar dari dalam mobil nya untuk mencari bala bantuan lantaran ia tak bisa bersembunyi terlalu lama di dalam sana atau dia bisa mati dalam keadaan kelaparan. Pria itu, sudah tak heran lagi ketika melihat kekacauan di tengah kota. Pasal nya, ialah orang yang telah membantu Antoni dalam meracik minuman terdebut. Pria itu adalah, Profesor Vincent.
"Sial!!" umpat nya, ketika melihat beberapa zombie tengah berdiri membelakangi nya. Namun tiba-tiba, seorang pria muda menarik nya untuk lekas bersembunyi dibalik tembok. Profesor menatap nya tak bergeming, sementara pria itu lekas mencari-cari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menghajar para zombie tersebut. Tak perlu lama berdiam diri. Pria muda itu, Melvin. lekas mengambil Tonfa baton stick milik seorang polisi yang sudah tergeletak di atas tanah.
Ia menarik dasi yang masih menyangkut di kerah mayat seorang pria yang tergeletak begitu saja, kemudian melilitkan dasi tersebut di telapak tangan nya memberi perlindungan pada tangan kanan nya agar tak menjadi memar dan terluka ketika menghajar para zombie tersebut. Beruntung, ia sempat belajar bela diri semasa sekolah nya selama 5 tahun, dan tentu saja keberanian nya untuk menghajar para zombie itu datang dari kemampuan nya yang sudah terlatih.
Melvin memegang Tonfa itu di tangan kiri sambil menghela nafas kemudian lekas berjalan menyerang 3 zombie itu dari belakang. Satu pukulan kuat berhasil mengenai salah satu zombie itu hingga terjatuh. Melvin menghajar zombie pria satu nya menggunakan tangan kosong nya kemudian ia memukul kepala zombie wanita itu menggunakan tongkat tersebut dan memukul zombie pertama tadi yang kembali bangkit menggunakan sisi belakang tongkat. Kaki kiri nya reflek menendang zombie wanita yang masih hendak menyerang dan ia kembali memukul pria zombie dihadapan nya berkali-kali hingga kepala zombie tersebut hancur mengeluarkan isi kepala nya.
Ia memutar tubuh nya, seketika zombie pertama tadi hendak menggigit nya namun Melvin berhasil menyumbat mulut zombie itu menggunakan tongkat tersebut, ia mendorong zombie itu kemudian menendang nya hingga terjatuh dan memukul bagian kepala nya berkali-kali dengan sekuat tenaga yang ia miliki. Sangking kesal nya, ia sampai melupakan satu zombie lagi yang sudah kembali bangkit dan berlari menghampiri nya dari belakang.
Slurp!!
Melvin memutar tubuh nya, melihat zombie wanita itu terjatuh dengan anak panah yang menembus dada nya. Tampak seorang wanita disebrang sana, ketika zombie tersebut tertelungkup di atas tanah. Namun sesekali zombie itu masih memberikan pergerakan sehingga membuat Melvin tersulut emosi nya kemudian memukul kepala wanita itu hingga pecah.
Wanita itu, Anna. Menatap Melvin tak berkedip ketika ia menghabisi kepala wanita itu berkali-kali hingga wajah dan juga tubuh nya dipenuhi dengan bercak darah.
"Makasih" ucap Melvin sambil terengah, reflek membuat Anna mengangguki nya.
"Kau seorang pemanah?" tanya nya di angguki lagi oleh Anna.
Profesor Vincent keluar dari persembunyian nya, reflek membuat Anna menodongi busur panah nya. Wajah sang profesor seketika berubah menjadi panik. Ia mengangkat kedua tangan nya ke atas, seraya berjalan pelan menghampiri mereka.
"Dia manusia" ucap Melvin, membuat Anna perlahan menurunkan busur panah nya.
"Apa anda seorang dokter?" tanya Anna, dengan sopan.
"Panggil saja saya Profesor Vincent."
"Saya Anna." ucap gadis itu sambil mengangguk, sontak membuat Prof.Vincent dan Anna langsung memandang ke arah Melvin. Pria memakai hoodie itu menghela nafas, kemudian menatap balik wajah Anna yang sudah sedikit dipenuhi dengan bercak darah.
"Aku Melvin." ucap nya, diangguki oleh Anna dan Profesor tersebut.
Tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dari arah belakang. Spontan, mereka pun lekas melihat seorang pria berseragam khusus yang baru saja menyelamatkan mereka dari beberapa zombie di sisi lain.
"Perhatikan sekitar kalian dengan benar, jangan lengah" ucap pria itu, Sakha.
Sakha berjalan menghampiri mereka, kemudian menatap tongkat yang penuh darah di tangan Melvin dan juga 3 zombie dengan kepala terburai.
"Kalian punya tujuan?" tanya nya
"Tidak" jawab Anna cepat
"Ayo ikut aku"
"Kita kemana?" tanya Melvin
"Ikut saja" Sakha berjalan lebih dulu, kemudian di ikuti oleh yang lain nya. Anna menghela nafas lega karena akhir nya, ia bisa bertemu dengan seseorang yang bisa membantu nya meskipun ia masih menyimpan duka di dalam lubuk hati nya.
Prof.Vincent berada di paling belakang, ia lekas menarik logo Horseshoe yang berada di lengan kanan nya sambil berjalan mengikuti yang lain, berharap Antoni tak mengincar dan membunuh nya..
***