Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11

Cahaya matahari, menelusup masuk. Dan memapar kelopak mata Bama yang masih terpejam, sehingga membuat nya terbangun memperlihat kan mata tajam nya yang bersinar akibat terpapar cahaya tersebut.

Bama melihat ke arah Rena yang masih tertidur pulas di pundak nya dengan genggaman mereka yang sudah mengendur. Perlahan, Bama melepaskan genggaman Rena dan memindahkan tubuh Rena agar tersandar di jendela.

Sssrrt-khh

"Kapten, Apa kau sudah bangun?" panggil Sakha dari HT nya.

"Hm, kapan kereta akan berangkat?"

"5 menit lagi,"

"Ahh.. Kau tau? Aku tidak bisa ikut."

"Ya,"

"Aku akan segera menyusul. Kerahkan bantuan dari Bandung untuk menjemputku nanti. Aku harus pergi ke Horseshoe. Dan mengabari mu jika misi ku telah selesai."

"Baik, berhati-hati lah.."

"Aku titip Rena pada mu. Dia berada di gerbong 2. Jemput dia setelah sampai di Bandung nanti."

"Siap kapten, jangan khawatir. Pastikan handie talkie mu selalu hidup."

"Baiklah"

Bama menyimpan HT nya kembali, kemudian mengambil HT milik nya di saku Rena dengan berhati-hati. Setelah memastikan HT itu hidup, Bama langsung berdiri dan pergi meninggalkan Rena.

Bama sudah berada di luar, ia berjalan pelan kemudian terhenti menatap Rena yang masih tertidur pulas. Entah mengapa perasaan nya menjadi tak enak dan ragu untuk meninggalkan nya seorang diri. Tetapi Bama mencoba menepis prasangka buruk nya, dan bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.

***

Di gerbong 6, Prov.Vincent tampak sedikit gelisah. Pasal nya ia merasa sedikit tak enak hati saat ini. Perasaan itu masih terus mengganggu nya sejak malam tadi, dan berharap kereta itu agar segera cepat berangkat meninggalkan kota tersebut.

Sssrrtt-khh

"Lapor! Sersan. Prajurit yang berada di gerbong satu telah mati terbunuh." sontak, Sakha langsung mengeluarkan HT nya.

"Apa mereka tergigit?"

"Tidak, tetapi seseorang telah membunuh mereka dengan luka tembak di bagian kepala."

"Siapa ? Apa kau tau orang itu?"

"Mereka berkomplotan, membawa senjata lengkap dan berseragam hitam-.." suara pria tersebut terputus berganti dengan suara tembakan yang tiba-tiba terdengar sehingga membuat Prov.Vincent melebarkan kedua mata nya.

Tidak mungkin - batin nya dengan jantung yang berdebar lantaran ia takut jika Antoni akan menemukan dan membunuh nya.

Sakha segera mengalihkan saluran nya ke handie talkie Rena.

"Nona, kau dengar aku?" panggil nya, tetapi tak ada jawab dari Rena. Sementara itu, Prov.Vincent tiba-tiba berdiri sehingga membuat Anna menatap nya.

"Saya harus segera turun," ucap nya membuat Anna dan Sakha terkejut.

"Profesor.." panggil Anna

Prof.Vincent lekas berjalan ke arah pintu, tetapi dengan cepat di tahan oleh Sakha.

"Apa yang anda laukan?"

"Saya harus melakukan nya, orang-orang itu mencari saya." jelas nya, membuat kecurigaan Melvin terjawab. Ia melangkah maju, kemudian melepaskan pegangan Sakha untuk membiarkan Profesor itu pergi.

"Biarkan dia pergi," ucap nya hanya membuat Sakha menatap bingung.

Tanpa basa-basi Profesor itu langsung melompat keluar sebelum kereta semakin melaju. Anna hanya menatap cengang melihat Prof.Vincent yang sudah berada di luar dari balik kaca nya.

Sssrrtt-khh

"Rena.. jawab aku." ucap Bama yang terdengar panik dari HT Sakha lantaran Bama juga mendengar laporan dari prajurit tersebut.

"Rena!!"

Ssrrtt

"Ssst.. dia sedang bersama ku. Kapten." jawab seorang pria, sontak membuat Sakha, Melvin dan juga Anna menjadi cengang.

"Siapa kau? Apa yang kau ingin kan?" tanya Bama menekan

"Hahah.. aku yang seharus nya bertanya. Siapa kau kapten? Kenapa kau mengambil Rena dari ku?"

"Yassh... bedebah sialan!" ucap Bama geram, sesekali terdengar suara nafas nya yang terengah.

Sssrtt

"Begini saja, mari membuat kesepakatan. Kembalikan profesor ku, dan aku akan kembalikan Rena untuk mu. Bagaimana? Adil bukan?" jelas pria itu, Antoni. Yang membuat Sakha sontak menatap Melvin lantaran ia baru mengerti alasan Melvin menyuruh nya untuk melepaskan Profesor itu.

"Dia sudah pergi. Jika kau menginginkan nya, cari saja di sekitar stasiun!" ucap Sakha membuat Anna tercengang.

"Siapa kau? Biarkan mereka semua pergi!!" seka Bama sedikit membentak

"Wahh. Hahahah... baiklah-baiklah. Aku akan segera keluar sebelum kereta ini semakin melaju. Tapi, bagaimana ini? Aku sudah mengaktifkan bom di gerbong 1."

"Bom ini akan meledak 2 menit lagi. Bagaimana? Aku lupa membawa penjinak bom." lanjut Antoni, sambil tersenyum menatap Rena yang menangis ketakutan di hadapan nya.

"Dengar Tuan.Antoni!, aku akan segera menghampiri mu. Dan memecahkan isi kepala mu itu, tunggu saja!!" ancam Bama, kesal.

"Baiklah, aku menunggu kau melakukan nya. Sampai jumpa lagi kapten" jawab Antoni menantang sehingga membuat Bama semakin tersulut emosi nya. Ia berlari sekuat mungkin, mengejar kereta yang sudah semakin melaju.

Sakha terduduk lemas, ia tak menyangka jika perjalanan mereka kembali terhambat.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Anna

"Ayo, kita keluar sekarang." jawab Sakha namun seketika Melvin berdiri ketika melihat para zombie yang berlari mengejar kereta.

***

Antoni dan para anggota nya telah keluar sejak tadi, meninggalkan Rena sendiri di dalam gerbong. Mereka lekas meninggalkan stasiun itu sementara Bama masih berlari menuju gerbong 5.

"Rena, kau dengar aku? Jawab lah." panggil nya, menghubung ke HT milik Rena.

"Tolong aku, Hikss" jawab Rena sedikit terisak.

"Ayo, keluar sekarang." ucap Bama sambil berlari menghampiri gerbong 2. Bama mulai kelelahan, tetapi ia hampir sampai di gerbong 2. Pintu tiba-tiba saja terbuka, memperlihatkan Rena yang berdiri menatap ke arah Bama.

"Melompatlah!!,"

"Tapi ini sudah semakin cepat."

"Lakukan sekarang!!!, sebelum kereta nya semakin melaju."

"Cepat!!!!, pegang tangan ku." lanjut Bama, sambil mengulurkan tangan nya lantaran ia mulai menjauh dari gerbong 2. Rena berupaya menggapai tangan Bama, tetapi malah semakin jauh sehingga membuat Bama memaksa tenaga nya untuk berlari lebih cepat.

"Ayo, sedikit lagi." beberapa zombie tiba-tiba datang dan mengejar Bama. Tetapi seseorang menghadang mereka dan menghajar nya menggunakan tangan kosong, Prof.Vincent.

"Cepatlah!!!" pekik nya sambil menghajar zombie itu satu persatu.

Tap!!

Bama berhasil memegang tangan Rena, sontak ia langsung menarik Rena hingga terjatuh bersama kedalam pelukan nya. Bama bisa merasakan detak jantung Rena yang berdebar-debar dengan nafas mereka yang naik turun bersamaan.

Boom!!

Suara ledakan terdengar amat keras, serpihan kaca dan pintu kereta seketika terlepas dan melayang ke arah mereka. Sontak, Bama langsung memutar posisi nya memindah kan tubuh Rena di bawah, dan memeluk nya dengan erat. Seketika Rena merasakan tubuh Bama yang tersentak kuat, ketika punggung nya terkena salah satu serpihan tersebut.

Prof.Vincent berlari menghindari puing-puing itu sehingga mengenai para zombie.

Ngiiiiiingg...

Telinga Bama seketika berdengung, punggung nya terasa sakit, dan suara ledakan tersebut menyakitkan kedua telinga nya. Ia menatap ke arah Rena yang tampak cemas, seraya mendengar suara nya yang mulai terendap.

"Bama,, kau baik-baik saja?"

"Bama, kumohon jawab aku."

Ngiiiiingg ....

Bama melihat Profesor Vincent yang berlari ke arah nya, sambil melihat gerak bibir nya tanpa suara. Pandangan Bama mulai berputar, dan memburam. Ia membaringkan tubuh nya sehingga membuat Rena lekas terduduk dan terus menggoyangkan tubuh Bama.

Mata gadis itu sudah tampak nanar, membuat Bama terus melihat nya walaupun samar. Wajah nya yang begitu panik kembali membuat jantung Bama berdetak tak beraturan terlepas dari genggaman kemarin malam. Ini bukan waktu yang tepat untuk mencari arti debaran itu, sementara semua orang terlihat mencemaskan nya saat ini. Namun tak ada yang bisa menghentikan pikiran itu termasuk diri nya, Bama mengerjab kan kedua mata nya dan perlahan-lahan pandangan nya mulai menggelap..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel