Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Apa Salahku?

Bab 3 Apa Salahku?

Bruag...

"Auh sakit," teriak Kenanga.

Gadis kecil itu berusaha bangkit sambil memegangi kepalanya yang benjol akibat terbentur meja. Ketika mau duduk, tempat duduk itu ditarik oleh salah satu anak laki-laki yang duduk di samping Kenanga. Kenanga pun jatuh terduduk, borok yang ada di pahanya terlihat oleh anak seisi kelas.

"Hueg hueg."

Gadis kecil yang dekat dengan Kenanga tiba-tiba merasa mual.

"Menjauhlah dariku," ucap gadis kecil itu sambil menggerakkan tangannya mengusir Kenanga.

Kenanga akhirnya menjauh dari gadis itu dan ia duduk di bangku pojok paling belakang. Dan tidak lama kemudian wali kelas masuk ke dalam kelas seketika kelas itu menjadi tenang.

"Selamat pagi anak-anak, perkenalkan nama saya Bu Wati. Saya yang akan mengajar kalian tiap hari. Sekarang Ibu meminta kalian memperkenalkan diri kalian masing-masing dan kalian nanti maju satu persatu secara bergantian," ucap Bu Wati.

Semua teman-teman Kenanga maju satu persatu memperkenalkan siapa diri mereka. Dan di saat Kenanga lagi menyimak salah satu anak yang memperkenalkan diri, teman satu bangku Kenanga membuat tulisan dan tulisan itu ditempel di punggung Kenanga. Tulisan itu berisi 'Kenanga jelek dan boroken.'

Saat giliran Kenanga maju ke depan semua teman-temannya menertawakan tulisan yang ada di punggung Kenanga.

"Ha ha ha."

Tawa riuh teman-teman Kenanga terdengar sampai di luar kelas.

"Diam! apa yang kalian tertawakan?" tanya Bu Wati sambil mengetuk meja di depannya menggunakan penggaris.

Seketika tawa teman-teman Kenanga berhenti. Giliran Kenanga memperkenalkan dirinya di depan kelas, teman sebangku Kenanga mengambil kotak pensil di dalam tas Kenanga dan memberikan kotak pensil itu kepada Bambang. Bambang menerima kotak pensil itu dan menyembunyikannya di tasnya. Seusai Kenanga memperkenalkan dirinya, ia kembali ke bangkunya. Bu Wati menulis huruf abjad di papan tulis dan semua siswa di suruh menyalin tulisan itu. Kenanga mengeluarkan bukunya dari dalam tasnya. Dia mencari-cari kotak pensilnya di dalam tasnya tetapi tidak menemukan benda itu di sana padahal seingat dia tadi malam ia sudah memasukkan kotak pensil itu ke dalam tasnya. Kenanga kembali merogoh- rogoh tas itu tetapi tetap tidak ada apa yang di carinya. Kenanga terlihat panik, gadis kecil itu

menoleh ke kanan dan ke depan. Bu Wati yang melihat Kenanga panik segera menghampiri gadis kecil itu.

"Ada apa Kenanga?" tanya Bu Wati.

"Ma..maaf Bu pensil Kenanga ketinggalan di rumah," jawab Kenanga dengan gugup. "Tidak apa-apa Ibu akan meminjamimu, besok jangan ketinggalan lagi ya," pesan Bu Wati. "Iya Bu," balas Kenanga.

Jam istirahat berbunyi semua anak-anak yang di kelas Kenanga keluar semua, ada yang pergi ke kantin atau bermain bersama teman lainnya di halaman sekolahan. Tinggal Kenanga sendirian di dalam kelas, tiba-tiba Kenanga merasa kepengen buang air kecil. Gadis kecil itu kemudian melangkahkan kakinya ke toilet dan saat itu Bambang yang sedang bermain bersama dengan teman lainnya melihat Kenanga menuju ke toilet. Bambang mengikuti Kenanga dari belakang. Kenanga masuk ke dalam kamar mandi, Bambang melihat kunci toilet yang digunakan Kenanga mengantung di depan. Laki-laki gendut itu lalu mengunci Kenanga dan langsung berlari menuju kelas karena saat itu bel istirahat telah usai.

"Jeglek jeglek."

"Kenapa pintunya tidak bisa di buka?" tanya Kenanga pada dirinya sendiri.

"Siapapun di luar tolong buka pintunya," teriak Kenanga sambil mengedor-gedor pintu kamar mandi itu.

Hampir setengah jam gadis kecil itu berada di toilet yang sempit itu. Kenanga mulai menangis tersedu-sedu sampai ia kesulitan bernapas. Tangannya masih berusaha mengedor-gedor pintu itu.

"Siapa di dalam?" tanya seseorang dari luar. "To..tolong saya Pak," teriak Kenanga.

Orang itu kemudian membuka pintu toilet, Kenanga langsung keluar. Gadis kecil itu langsung menghirup oksigen dengan rakusnya.

"Kau tidak apa-apa Nak? kenapa kau bisa terkunci dari luar?" tanya orang itu yang diketahui ternyata tukang kebun di sekolahan Kenanga.

"Saya tidak tahu Pak," jawab Kenanga.

"Ya sudah lain kali hati-hati ya," pesan tukang kebun itu sembari berlalu meninggalkan Kenanga.

Kenanga menghapus air matanya dengan menggunakan ibu jarinya, masih dengan wajah sembab ia melangkahkan kakinya menuju ke kelas.

"Tok tok tok."

Bu Wati menoleh ke arah suara ketukan pintu. Kemudian ia menyuruh Kenanga masuk.

"Kenanga kau darimana saja? Jam pelajaran sudah dimulai dari tadi, kenapa kau baru datang?" tanya Bu Wati penuh selidik.

"Maaf Bu tadi Kenanga terkunci di dalam toilet," jawab Kenanga. "Ya sudah cepat duduk," perintah Bu Wati.

Kenanga melangkahkan kakinya ke bangku di pojok. Tidak terasa bel pulang berbunyi, anak- anak berhamburan keluar dari kelas.

Kenanga berjalan sendirian sampai di luar sekolahan dan di tengah jalan ia dihadang oleh Bambang dan juga beberapa temannya.

"Hai Kenanga apa kau tadi mencari ini?" tanya Bambang sambil memperlihatkan kotak pensil milik Kenanga.

"Kenapa kotak pensilku ada padamu?" tanya Kenanga balik.

"Sekarang kembalikan kotak pensilku," pinta Kenanga sambil berjalan mendekat ke arah Bambang.

Bambang mengangkat tangannya ke atas, Kenanga berusaha mengapai tangan Bambang tetapi tangan gadis itu tidak sampai meskipun dia menghentakkan kakinya. Bambang kemudian melempar kotak pensil itu ke teman lainnya dan Kenanga mengikuti ke arah kemanapun kotak pensil itu dilempar.

"Kau mau kotak pensil ini?" tanya Bambang. "Tolong kembalikan kepadaku," mohon Kenanga.

"Aku akan mengembalikannya kalau kau memberiku uang jajanmu," perintah Bambang. "Aku tidak punya uang sama sekali," balas Kenanga.

"Kenapa kalian dari tadi cuma mengangguku? Apa salahku kepada kalian?" tanya Kenanga sambil menangis.

"Berhenti menangis gadis cengeng. Kau mau tahu salahmu apa? Salahmu adalah kau jelek dan boroken," ejek Bambang.

"Sekarang ambil kotak pensilmu itu," ucap Bambang sambil melempar kotak pensil itu ke dalam got.

Kenanga kemudian masuk ke dalam got dan mengambil kotak pensil itu. Saat Kenanga di dalam got tas Kenanga diambil secara paksa oleh Bambang. Bambang lalu melempar tas itu ke atas pohon dan tas itu tersangkut di sana.

"Ha ha ha."

Mereka semua menertawakan Kenanga dan meninggalkan Kenanga sendirian. Kenanga yang masih berada di got segera naik ke atas. Baju Kenanga kotor dan bau. Kenanga melihat tasnya yang ada di atas pohon, gadis kecil itu mau naik ke pohon itu tetapi dia tidak berani.

"Hiks hiks hiks.

"Mereka semua kenapa tega kepadaku? Kenapa nasibku seperti ini?" tanya Kenanga pada dirinya sendiri.

Saat itu ada guru laki-laki yang kebetulan lewat di sana dan melihat Kenanga yang menangis. Guru itu turun dari sepeda motornya dan menghampiri Kenanga.

"Kau kenapa Nak? Apa yang terjadi pada baju seragammu?" tanya Guru itu.

Kenanga hanya terdiam dan dia masih menangis dengan sesengukkan sambil melihat ke arah atas pohon. Guru itu mendogakkan kepalanya dan paham apa yang terjadi pada gadi kecil itu.

"Berhentilah menangis. Bapak akan mengambilkan tasmu," ucap Guru itu.

Guru itu naik ke atas pohon mengambil tas Kenanga, setelah mendapatkan tas itu kemudian Guru itu turun dari pohon lalu memberikan tas itu kepada Kenanga. Kenanga berterimakasih kepada guru itu kemudian ia pamit pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan dari sekolah ke rumah gadis itu menangis. Sesampainya ia di rumah Neneknya, Kenanga tidak melihat Nenek maupun Bibinya Sulastri. Kenanga masuk ke dalam rumah dan ia melihat Ayahnya duduk berselonjor sambil meroko. Lelaki itu sudah tidak bekerja dan ia mengantungkan hidupnya pada Ibunya dan adiknya Sulastri.

"Hiks hiks hiks.

Karena melihat Kenanga menangis laki-laki itu tersulut emosinya. Ia pun berdiri dan menghampiri Kenanga.

"Hai anak sialan apa yang terjadi pada bajumu? Dan kenapa kau menangis?" tanya Dadang. Kenanga mau menjawab pertanyaan dari Ayahnya tetapi lidah Kenanga tiba-tiba keluh.

Kenanga hanya bisa menangis.

"Kalau di tanya itu jawab jangan bisanya cuma menangis," bentak Dadang sambil mengambil sapu yang ada di dekat tembok.

Laki-laki itu kemudian memukulkan sapu itu beberapa kali di punggung Kenanga. Bekas rokok yang dihisapnya tadi di sulutkan ke paha Kenanga yang ada boroknya.

"Augh," teriak Kenanga sambil memegang pahanya yang terbakar. "A..ampun Yah," teriak Kenanga lagi.

Tidak cukup sampai di situ saja Dadang menyiksa Kenanga. Laki-laki itu kemudian mengangkat Kenanga dan menyeretnya ke dalam kamar mandi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel