Bab 9 Sebuah Kecurigaan
Bab 9 Sebuah Kecurigaan
Malam itu aku kembali ke Rumah Sakit, aku melihat Matt sedang berjaga di kamarku. Aku juga melihat dia membawa seikat bunga krisan kuning kesukaanku.
Aku juga masih memegang tiga belas tangkai bunga krisan merah dan putih yang diberikan Helios padaku. Matt dan Helios seperti mengerti bunga kesukaanku. Aku memang menyukai bunga krisan sejak dahulu.
Bicara mengenai bunga krisan, aku seperti mengingat suatu filosofis tentang bunga krisan. Sesuatu yang membuat aku teramat menyukai bunga krisan putih. Tapi aku lupa apa itu, mungkin ini akibat aku sedang menjadi roh. Jadi banyak pelajaran dan ilmu yang tak bisa kuingat lagi seperti saat aku menjadi manusia dulu.
"Ibu, pulanglah dulu. Biar malam ini aku yang menggantikan ibu menjaga Cleo," ujar Matt kepada ibuku.
"Tidak Matt, ibu masih ingin disini menjaga Cleo. Lebih baik kau pulang sajalah Matt," sahut ibu menolak.
"Bu, kasihan ayah sendirian dirumah. Beliau pasti juga butuh perhatian dari ibu. Kulihat akhir-akhir ini ayah sering terlambat makan."
Ibuku terdiam mendengar perkataan Matt, mungkin ibu berpikir kalau apa yang dikatakan Matt itu benar. Ayah memang tak bisa mengurus dirinya sendiri. Semua kebutuhan ayah dari bangun tidur sampai kembali tidur lagi pasti disiapkan ibu.
Aku masih ingat, bahkan dulu saat ibu pergi seharian untuk menengok temannya yang sakit, ayah benar-benar tidak makan seharian.
Ibu lupa membuatkan makanan untuk ayah. Ibu langsung pergi denganku saat ayah juga pergi ke kantor pagi itu. Saat kami pulang malam harinya, ia tertidur disofa ruang tamu masih dengan memakai pakaian kerjanya lengkap.
Ibu membangunkannya dan bertanya kenapa ayah tidur disofa. Lucunya, ia menjawab karena kelaparan dan tak ada apapun dirumah.
Ibu kaget, marah bercampur lucu. Dia memarahi ayah karena tak memesan makanan online saja. Atau pergi ke restoran cepat saji, atau setidaknya ke warung nasi depan gang rumah kami, daripada ia kelaparan seperti itu. Ayah memang benar-benar seperti bayi besar bagi ibu.
Tapi jawaban ayah lagi-lagi membuat ibu terharu, ayah bilang semenjak dia menikah dengan ibu dia tak bisa memakan makanan lain selain masakan ibu.
Ibu terharu dan menangis mendengar perkataan ayah. Ayah memeluk ibu dengan erat. Aku tersenyum penuh syukur karena telah dilahirkan di dalam keluarga yang begitu harmonis seperti ini.
Aku beruntung dilahirkan menjadi putri di keluarga ini. Aku memiliki kedua orangtua yang benar-benar sangat saling mencintai satu sama lainnya. Diam-diam aku berdoa agar Tuhan memberiku jodoh seperti ayahku. Jodoh yang bisa menyayangiku dengan tulus, setulus ayah mencintai ibuku.
Kembali lagi ke ruang perawatanku. Sepertinya ibu juga sama sedang memikirkan apa yang sedang kupikirkan juga tentang ayah. Dia bangkit dari tempat duduknya dan berbicara kepada Matt.
"Matt, kalau kau tak keberatan ibu ingin menitipkan Cleo padamu malam ini," ucap ibu.
"Tentu saja aku tidak keberatan bu, aku senang bisa berada di sisi Cleo saat kondisinya sedang seperti ini. Ibu urus saja keperluan ayah dirumah. Biar Cleo aku yang urus malam ini. Besok pagi, ibu bisa datang lagi untuk menggantikanku."
Ibu tampak ragu saat ingin pergi meninggalkanku sendiri bersama Matt. Entah apa yang ibu khawatirkan, sampai sepertinya dia benar-benar tidak rela jika meninggalkanku hanya berdua dengan Matt.
"Baiklah ibu akan pulang untuk mengurus ayah sebentar dirumah. Besok pagi-pagi sekali ibu akan datang lagi kesini untuk menjaga Cleo."
"Baik bu, aku akan selalu siap disamping Cleo. Aku tak akan meninggalkan Cleo kemanapun meski hanya sedetik."
"Baiklah ibu pegang janjimu Matt, kalau begitu ibu pulang dulu."
Ibu melihat wajahku, dia membelai rambut dan pipiku. Lalu ia berbicara lirih di dekat telingaku, "Cleo ibu tinggal pulang dulu sebentar ya Nak. Besok ibu kembali lagi, disini ada Matt yang menjagamu. Dia akan mengabari ibu jika ada sesuatu yang buruk terjadi padamu."
"Ibu, pergilah bu. Seandainya kau tahu bahwa aku kini berada di depanmu. Entah apa yang akan terjadi padamu. Kau akan merasa senang bisa melihat roh ku, atau kau justru akan ketakutan melihatku ibu," batinku bergejolak menatap ibu.
Ibu pergi keluar ruangan perawatanku. Dengan langkah berat ia meninggalkanku dan Matt diruangan itu.
"Bahkan ibumu pun tak tenang jika kau ditinggal hanya berdua dengan Matt saja Cleo," ucap Helios dari pojok ruangan.
"Ibu memang tak begitu suka kepada Matt. Entahlah, dari awal aku menjalani hubungan dengan Matt ibu selalu tak suka. Tapi jika kutanya kenapa dia tak suka pada Matt, ibu hanya menjawab, "tak ada alasan untuk menyukai atau membenci seseorang. Semua hanya perasaan seorang ibu. Jadi kalau kau bertanya apa alasan ibu tidak menyukai Matt, maka ibu akan menjawab tak ada alasannya."
"Aku juga sama seperti ibumu, aku benar-benar tak menyukai Matt. Ada sesuatu dalam dirinya yang kupikir tidak sebaik kelihatannya."
"Maksudmu?"
"Ya pokoknya feelingku merasa bahwa Matt itu tak sebaik yang kau kira. Feelingku sama seperti ibumu. Tak bisa menjelaskan tapi bisa merasakan."
"Kalian yang jahat, Matt itu baik kau dan ibuku tak mengenal Matt dengan baik. Jadi kalian hanya menggunakan perasaan kalian saja untuk menerka-nerka dan curiga."
"Tapi Cleo, bukankah perasaan itu lebih kuat dari apapun? Aku masih sangat percaya kepada perasaanku. Aku yakin, perasaanku tak akan salah dalam menilai seseorang."
"Kali ini, perasaanmu salah Helios. Kau harus mengakui itu."
Aku masih berkeras melawan pendapat Helios. Aku masih yakin dan percaya kepada Matt. Aku yang paham dan mengerti bagaimana Matt sesungguhnya. Sedangkan ibu dan Helios, mereka sama sekali tak tahu dan tak mengenal dengan baik bagaimana keseharian Matt.
Setelah perselisihanku dan Helios berakhir, kami tak saling bicara lagi. Kami bertiga diam dalam ruangan itu. Helios masih duduk dipojok ruangan, aku disamping Matt yang sedang menunggu dan memandangiku tidur diatas ranjang Rumah Sakit.
Sepuluh menit dalam diam, Matt bangkit dari tempat duduknya. Dia berjalan kearah luar ruanganku, dia melihat keadaan dengan menengok ke kanan dan kiri ruangan. Lalu Matt kembali masuk kedalam ruangan.
Dia menatapku dan berkata, "Kutinggal dulu keluar Cleo. Aku akan kembali besok pagi, sebelum ibumu kembali. Jagalah dirimu sendiri. Jangan bertindak macam-macam saat aku pergi."
Matt mengusap pipiku dan tersenyum dingin. Senyumnya tidak seperti senyum Helios yang manis dan hangat. Senyum Matt lebih seperti mengejek, dingin dan aku tak mengerti lagi bagaimana melukiskan senyumannya itu.
Aku kaget waktu Matt berpamitan pergi kepada tubuhku. Harusnya dia disini menjagaku, dia sudah berjanji kepada ibuku bahwa dia akan menjagaku. Tapi kenapa dia malah pergi meninggalkanku?
"Matt mau pergi kemana kau? Kenapa kau pergi meninggalkanku seorang diri? Kau sudah berjanji pada ibuku untuk menjagaku. Bagaimana kalau sesuatu terjadi pada diriku?" aku berteriak didepan wajah Matt.
"Cleo, sudah ratusan kali kuucapkan. Percuma saja kau menangis, berteriak, atau memanggil mereka manusia. Mereka tak akan pernah bisa melihatmu dan juga tak bisa mendengar suaramu. Kau hanya menghabiskan energimu saja dengan berteriak-teriak begitu," sahut Helios dengan santai.
"Lalu aku harus apa? Matt pergi meninggalkan jasadku sendirian disini. Bagaimana kalau sesuatu terjadi padaku saat tak ada satu pun orang disisiku?"
"Pergilah ikuti kemana Matt pergi. Kau akan tahu, urusan apa yang lebih penting dari menjagamu. Sampai Matt rela pergi meninggalkanmu sendiri di sini. Aku akan menjaga tubuhmu disini. Kalau sesuatu terjadi pada tubuhmu aku akan memanggil dokter. Kau juga akan kususul jika diperlukan," titah Helios.
"Baiklah Helios terima kasih banyak atas bantuanmu ini. Aku akan mengikuti kemana Matt pergi. Akan kulihat urusan apa yang dikerjakannya diluar sampai ia tega meninggalkanku sendiri disini."
Cleo bergegas keluar ruangan dan segera mencari Matt. Dia mengikuti Matt pergi dan terus berada dibelakangnya.
Matt berjalan menuju arah lift dan ia masuk kedalamnya. Cleo juga segera masuk kedalam lift itu. Sampai di lantai dasar, Matt mengambil mobilnya dan membuka pintu mobil. Cleo langsung masuk saat pintu mobil dibuka Matt.
___Bersambung___